seminar cspp igpa 2025 di ugm misi sekolah indonesia menuju hijau dan sirkular - News | Good News From Indonesia 2025

Seminar CSPP-IGPA 2025 di UGM, Dorong Sekolah Indonesia Menuju Hijau dan Sirkular

Seminar CSPP-IGPA 2025 di UGM, Dorong Sekolah Indonesia Menuju Hijau dan Sirkular
images info

Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada (PSPD UGM) bersama Janitra Bhumi Indonesia (JBI) Education Consulting mengadakan kegiatan bernama Seminar Circular School Partnership Program (CSPP) 2025.

Kegiatan ini merupakan acara yang mencoba mengumpulkan para kepala sekolah di Indonesia untuk membahas kebijakan pendidikan yang membawa lingkungan sekolah menjadi lebih berwawasan hijau dan masa depan berkelanjutan, yang kemudian diberi nama konsep ekonomi sirkular.

Seminar tersebut merupakan rangkaian dari CSPP Symposium yang berlangsung dari tanggal 24-26 April 2025.

CSPP Symposium merupakan kegiatan lanjutan untuk alumni acara Indonesia Green Principal Award (IGPA) yang telah berjalan dalam beberapa angkatan (batch) sejak tahun 2022.

Adapun seminar CSPP diadakan pada Sabtu (26/04) di Ruang Seminar Timur, FISIPOL UGM dengan judul Transformasi Sekolah Menuju Ekonomi Sirkular.

Dukung sekolah berkelanjutan, hadirkan pihak kementerian

Seminar Circular School Partnership Program (CSPP) di FISIPOL UGM, Sabtu (26/04) | GNFI/Pierre Rainer
info gambar

Terdapat 7 narasumber yang dihadirkan pada seminar ini, yang berasal dari berbagai institusi seperti Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Lingkungan Hidup, pelaku usaha di ekonomi hijau, serta kalangan akademisi dari UGM. Kegiatan ini sendiri dimoderatori langsung oleh Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM Nur Azizah.

Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Arif Jamali Muis dalam seminar ini mengapresiasi konsep ekonomi sirkular pada pendidikan Indonesia. Akan tetapi, menurutnya penerapan ekonomi sirkulat tidak hanya terpaku pada sistem, melainkan cara berpikir.

"Program ini jangan terjebak dalam administratif belaka. Program yang diintegrasikan dengan sekolah seringkali hanya berhenti di administrasi, termasuk Program Adiwiyata," tutur Arif.

Hal senada juga disampaikan oleh Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon (NEK) Kementerian Lingkungan Hidup Ary Sudjianto. Ia menyebut bahwa perubahan iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati dapat menjadi bahan dari pembahasan pendidikan di lingkungan sekolah.

"Pemikiran paling mendasar masyarakat yang harus diubah adalah pemahaman terkait
dengan 'siapa yang berbuat, mereka yang harus bertanggung jawab.' Setelahnya,
pemahaman terkait ekonomi sirkular baru bisa ditanamkan ke masyarakat," kata Ary pada seluruh peserta seminar.

Pentingnya industri masuki ekonomi sirkular di sekolah

Dari sisi pelaku industri, Direktur PT INASTEK Yosef Adhitya Duta Dewangga mengatakan bahwa kebutuhan akan ekonomi sirkular di lingkungan pendidikan dapat dijadikan objek kemitraan bersama, melalui hal seperti pengolahan sampah.

Apalagi, ekonomi sirkular menurutnya memang harus berorientasi pada edukasi (education-oriented). Sehingga dalam hal ini, sekolah bisa menjadi laboratorium kecil pengelolaan sampah, dan pihak industri bisa terlibat dalam rantai pasoknya.

Akhirnya, payung kebijakan sebagai penjamin keberlanjutan pengelolaan sampah, yang salah satunya terkait dengan kurikulum menjadi tidak kalah penting. Aspirasi ini turut disampaikan Marketing Associate Noovoleum Firdaus Aulia Rahman dalam sesi seminar.

Dari pihak akademisi/pendidikan, Dosen Teknik Industri UGM Anna Maria Sri Asih berpendapat bahwa diperlukan fasilitas penunjang untuk mempermudah pelaksanaan konsep ekonomi sirkular di pendidikan. Dalam konteks universitas, pemanfaatan program universitas seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) bisa dilakukan.

Pimpinan MLH PP Muhammadiyah M. Azrul Tanjung menjebut bahwa di tempatnya, konsep sekolah berwawasan sirkular sudah beberapa kali diinisiasikan.

"Majelis Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Dinas Lingkungan telah menginisiasi Sekolah Adiwiyata berkelanjutan. Namun, memang dipahami bahwa tipologi sekolah berbeda," kata Azrul.

Kemudian, pihak swasta lain seperti Lucia Karina dari Coca-Cola Europacific Partners menyebut bahwa sekolah perlu mengidentifikasi peluang bisnis yang ada di sekitar sekolah, salah satunya menerapkan bank sampah lokal dengan memanfaatkan sampah organik.

Sejak mulai diadakan pada Januari 2022 lalu, IGPA memang telah membina banyak pelaku pendidikan yaitu kepala sekolah baik pada jenjang SD, SMP serta SMA untuk membahas ekonomi sirkular. Per tahun 2025, CSPP diklaim tercatat mempunyai setidaknya 123 alumni dari seluruh penjuru tanah air.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Pierre Rainer lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Pierre Rainer.

PR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.