rayakan hari buku internasional 2025 dengan 5 novel karya penulis indonesia yang wajib dibaca - News | Good News From Indonesia 2025

Rayakan Hari Buku Internasional 2025 dengan 5 Novel Karya Penulis Perempuan Indonesia

Rayakan Hari Buku Internasional 2025 dengan 5 Novel Karya Penulis Perempuan Indonesia
images info

Setiap 23 April, terdapat perayaan Hari Buku Internasional atau Hari Hak Cipta Sedunia. Perayaan ini dicetuskan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai sebuah ajang universal untuk mengapresiasi karya tulis, melindungi hak cipta, sekaligus menumbuhkan rasa gemar membaca.

Momen ini hadir berdekatan dengan Hari Kartini (21 April) yang geloranya masih terasa kuat hingga sekarang. Untuk merayakannya, yuk kenali lima novel keren dari penulis perempuan Indonesia yang wajib masuk daftar bacaan Kawan GNFI tahun ini!

1. Aroma Karsa

Aroma Karsa (2018) adalah salah satu novel terbaik yang ditulis oleh Dewi “Dee” Lestari. Setebal 724 halaman, buku ini menyuguhkan plot yang amat kompleks tapi tetap bikinpage-turner! Bergenre realisme magis yang berpadu unsur sejarah dan sentuhan romance tipis-tipis, Aroma Karsa mengisahkan perjalanan Jati Wesi, laki-laki berusia 26 tahun yang dikenal sebagai “si hidung tikus” karena penciumannya yang luar biasa tajam.

Jati tumbuh dan besar di daerah Batar Gebang yang dikenal luas dengan adanya gunung sampah. Di antara berbagai pekerjaan kasar yang ia lakukan, Jati paling senang menjadi peracik parfum.

Namun, hidupnya berubah total ketika Raras Prayagung, pemilik perusahaan parfum ternama Puspa Ananta, menugaskan Jati untuk mencari tanaman mitos yang hanya bisa diidentifikasi lewat aroma; Puspa Karsa. Perjalanan Jati dalam ekspedisinya menemukan Puspa Karsa perlahan mengungkap identitas dirinya yang selama ini tak pernah ia ketahui.

Membaca Aroma Karsa butuh rasa teliti dan barangkali, perlu ditemani secangkir kopi, karena jika Kawan GNFI membuka lembar demi lembar halamannya, keinginan untuk berhenti membaca akan susah sekali.

2. Jakarta Sebelum Pagi

Jakarta Sebelum Pagi (2016) adalah novel karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang berhasil memenangkan Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2015. Ceritanya berpusat pada Emina, perempuan yang separuh hidupnya habis untuk bekerja sebagai pegawai kantoran dan paling bersemangat saat yapping perihal babi.

Di lain sisi, ada tokoh Abel, pria yang mengidap fobia sentuhan serta suara keras. Keduanya pernah berkenalan tanpa sengaja saat kecil. Saat mereka bertemu lagi sebagai dua orang manusia dewasa, Emina dan Abel sepakat memulai kembali pertemanan meskipun diawali rentetan kesalahpahaman. Keduanya berupaya untuk memecahkan misteri melalui surat cinta sepasang kekasih di masa lalu yang menuntun mereka menjelajahi berbagai sudut kota Jakarta.

Fun fact, demand buku ini sempat melejit di kalangan booklovers. Sampai pernah jadi “buku langka”. Buku ini aneh, but, in a good way! Kalau Kawan GNFI ingin mulai berkenalan karya-karya Ziggy, Jakarta Sebelum Pagi adalah pintu masuk yang paling sempurna!

3. Namaku Alam

Kalau Aroma Karsa menampilkan Jati Wesi “si hidung tikus”, maka di buku Namaku Alam (2024), hadir tokoh Sagara Alam, remaja yang punya kemampuan photographicmemory. Alam mampu mengingat detail‑detail kecil, kemampuan ini yang bikin dia selalu dielu‑elukan teman‑temannya di sekolah. Namun, bagi dirinya sendiri, photographicmemory justru terasa seperti kutukan.

Salah satu karakter tambahan yang paling menarik dalam buku ini adalah Ibu Umayani, guru sejarah di SMA Putra Nusa, tempat Alam bersekolah, yang amat kritis dan menginspirasi Alam untuk menulis.

Ditulis oleh Leila S. Chudori, penulis best‑seller Laut Bercerita, novel ini berlatar era pasca‑1965. Kita akan menelusuri hidup Alam, yang memanggul stigma sebagai “anak eks‑tapol”.

Selain mengangkat isu sejarah Indonesia, buku ini juga ikut menghadirkan permasalahan seputar sistem pendidikan di Indonesia. Sebelum membaca buku Namaku Alam, Kawan GNFI lebih baik membaca buku Pulang (2012) karya Leila terlebih dahulu karena bukunya satu universe.

4. Mata dan Manusia Laut

Mata dan Manusia Laut (2019) adalah buku ketiga dalam Seri Mata karya Okky Madasari. Tiga buku lain di seri yang sama ialah Mata di Tanah Melus (2018),Mata dan Rahasia Pulau Gapi (2018), serta Mata dan Nyala Api Purba (2021). 

Di petualangan kali ini, Matara berlayar ke Kampung Sama, Sulawesi Tenggara. Di sana, Ia bertemu Bambulo, anak suku Bajo yang sangat lihai menyelam hingga kedalaman laut. Bersama‑sama, mereka menelusuri keindahan daerah lautan, bertemu makhluk mistis, dan menyaksikan berbagai tradisi masyarakat Bajo yang hidup di atas perairan.

Di buku ini, Okky Madasari memadukan tema kultural yang dibalut dengan unsur fantasi. Kisah ini diperkaya dengan adanya detail budaya, mulai dari rumah panggung, nyanyian pengantar menyelam, hingga mitos penjaga terumbu karang.

Kalau Kawan GNFI ingin bacaan santai tetapi tetap membuat imajinasi melompat liar, Mata dan Manusia Laut adalah buku yang cocok!

5. Lalu Tenggelam di Ujung Matamu

Lalu Tenggelam di Ujung Matamu (2019) lebih tepat disebut sebagai novelet karena hanya terdiri dari 151 halaman. Meskipun tipis, Miranda Seftiana sebagai penulis memilih dengan cermat konflik yang disuguhkan.

Buku ini mengisahkan Adam dan Intan, sepasang kekasih yang terhalang restu orang tua karena perbedaan kelas sosial. Selang beberapa tahun setelah penolakan lamaran Adam oleh keluarga Intan, Gusti Suanang, ayah Intan, jatuh sakit dan koma.

Sakit hati yang dialami Adam dan keluarganya akibat kejadian yang telah bertahun-tahun berlalu, konon berubah menjadi dendam. Dendam inilah yang kemudian diyakini menjadi alasan Gusti Suanang kesulitan untuk “berpulang”.

Dengan gaya penceritaan yang mengalir dan penuh emosi, Miranda Seftiana memilih latar Kalimantan Selatan serta mengangkat adat suku Banjar sebagai latar budaya di novel ini.

Tak hanya itu, penulis juga menyisipkan tradisi suku Banjar, salah satunya adat pemakaman jenazah yang dilakukan di rawa‑rawa sungai, mengingat sebagian besar masyarakat setempat tinggal di rumah panggung. Lalu Tenggelam di Ujung Matamu sangat direkomendasikan untuk Kawan GNFI yang sedang ingin bersedih hati.

Itulah lima judul novel karya penulis perempuan Indonesia yang cocok untuk menjadi bacaan Kawan GNFI di tahun ini. Yuk, tambah rasa cinta kita terhadap penulis lokal dengan membeli buku asli, bukan buku bajakan. Kalau ada rekomendasi buku dari penulis lain yang wajib dibaca, bisa Kawan GNFI share di kolom komentar, ya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.