raminten warisan abadi hamzah sulaiman sang maestro budaya yogyakarta - News | Good News From Indonesia 2025

Raminten, Warisan Abadi Hamzah Sulaiman, Sang Maestro Budaya Yogyakarta

Raminten, Warisan Abadi Hamzah Sulaiman, Sang Maestro Budaya Yogyakarta
images info

Kawan GNFI, pada tanggal 23 April 2025, Yogyakarta kehilangan salah satu tokoh paling ikonik yang pernah dimilikinya, Hamzah Sulaiman atau yang dikenal dengan nama panggung Raminten.

Sosok yang tak hanya dikenal lewat senyumnya yang ramah, tetapi juga melalui peran besarnya dalam memadukan budaya Jawa dengan nilai-nilai keberagaman di ranah seni, kuliner, dan bisnis. Ia wafat di RSUP Dr. Sardjito, meninggalkan kesan mendalam di hati masyarakat Yogyakarta dan para pengagum kebudayaan di seluruh Indonesia.

Jejak Awal Seorang Hamzah Sulaiman

Hamzah Sulaiman lahir dari keluarga Tionghoa-Jawa yang merintis bisnis sejak era Orde Baru. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Hendro Sutikno (Tan Kiem Tik) dan Tini Yuniati (Nyoo Tien Nio), pendiri Mirota Group.

Sejak muda, Hamzah sudah menunjukkan ketertarikan pada budaya Jawa dan kehidupan yang penuh warna. Ia sempat berkuliah di Universitas Gadjah Mada jurusan Biologi, tapi tidak menuntaskannya. Lalu ia pindah ke Universitas Sanata Dharma, mengambil jurusan Bahasa Inggris hingga lulus.

Usai menyelesaikan studi, Hamzah bekerja di kapal pesiar dan sempat tinggal di Amerika Serikat selama tiga tahun. Dunia yang luas dan keberagaman budaya di luar negeri menjadi pengalaman yang membentuk wawasan dan gaya hidupnya. Namun, panggilan keluarga memanggilnya pulang saat sang ayah jatuh sakit.

Mewarisi dan Mengembangkan Bisnis Keluarga

Setibanya di Yogyakarta, Hamzah kembali bergabung dengan keluarga dalam menjalankan bisnis batik dan kerajinan lokal. Salah satu langkah besarnya adalah mendirikan Mirota Batik yang kemudian dikenal sebagai Hamzah Batik di Jalan Malioboro, pusat jantung budaya Yogyakarta. Di sini, ia memadukan nilai-nilai tradisional dengan modernitas, menjadikan toko tersebut bukan hanya tempat belanja, tapi destinasi budaya.

Namun, satu hal yang membuat tempat ini berbeda adalah kehadiran Raminten Cabaret Show yang digelar di lantai 3 gedung Hamzah Batik. Pertunjukan ini menampilkan penampilan panggung yang flamboyan, penuh warna, dan kaya akan ekspresi seni, diisi oleh para penampil lintas identitas yang membawa pesan toleransi, keberagaman, dan keterbukaan.

Raminten Cabaret Show menjadi cerminan nyata dari semangat inklusivitas yang dihidupi oleh Hamzah Sulaiman. Panggung tersebut tidak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga menjadi ruang aman bagi komunitas minoritas untuk mengekspresikan diri, menyampaikan kritik sosial, dan merayakan keberagaman dalam balutan budaya Jawa yang elegan.

Kehadiran acara ini turut memperkuat posisi Raminten sebagai simbol budaya alternatif di Yogyakarta yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi dan menginspirasi.

Melalui setiap langkah usahanya, Hamzah Sulaiman selalu menempatkan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan sebagai dasar utama. Ia membuktikan bahwa bisnis dapat menjadi sarana pelestarian budaya sekaligus wadah perjuangan nilai-nilai sosial yang inklusif. Kini, ketika sosoknya telah tiada, semangat tersebut tetap hidup dalam setiap pertunjukan cabaret, aroma batik yang semerbak, hingga suara gamelan yang mengiringi malam di Malioboro.

Bagi Hamzah, bisnis bukan sekadar transaksi, melainkan ruang perjumpaan nilai dan identitas. Ia memperlakukan karyawan seperti keluarga, menjadikan tempat usahanya sebagai ruang tumbuh yang inklusif.

Lahirnya Sosok Raminten

Nama Raminten muncul pertama kali dari panggung ketoprak komedi yang ia bintangi. Karakter ini, seorang wanita Jawa tua dengan gaya bicara khas dan humor cerdas, menjadi ikonik dalam waktu singkat. Hamzah, dengan identitas Raminten-nya, mulai dikenal masyarakat secara luas. Dari situlah lahir ide untuk membangun The House of Raminten, sebuah restoran yang memadukan sajian kuliner Jawa dan atmosfer teater rakyat.

The House of Raminten bukan sekadar rumah makan. Tempat ini menjadi simbol keberagaman, toleransi, dan seni. Di sana, pengunjung bisa melihat pertunjukan tarian tradisional & musik-musik jawa, menikmati makanan tradisional yang disajikan dengan sentuhan teatrikal dan merasakan suasana Jawa yang begitu kental. Tempat ini sekaligus menjadi wadah ekspresi bagi banyak seniman jalanan dan pekerja seni lokal, yang sering kali terpinggirkan di ruang formal.

Warisan Budaya dan Simbol Keberagaman

Hamzah Sulaiman, melalui Raminten, memberikan ruang ekspresi untuk siapa saja, tanpa memandang latar belakang. Ia mendobrak batasan identitas gender, kelas sosial, dan konvensi estetika. Sosoknya yang nyentrik, lengkap dengan kebaya dan sanggul, adalah bentuk kritik lembut terhadap stereotip dan batasan sosial yang selama ini ada di masyarakat.

Lebih dari itu, Hamzah menjadikan Raminten sebagai etalase budaya Jawa yang hidup. Di setiap sudut ruang, ada filosofi dan kearifan lokal yang dihidupkan. Dari pilihan menu, desain interior, hingga cara pelayan menyambut tamu, semuanya mencerminkan nilai kejawaan yang dirangkul dalam semangat modern.

Tak hanya itu, karya dan pengaruh Hamzah juga akan diabadikan dalam bentuk film dokumenter yang sedang dalam tahap produksi oleh rumah produksi ternama Kalyana Shira Films. Disutradarai oleh Nia Dinata, film ini akan mengangkat sisi personal dan profesional Hamzah sebagai tokoh budaya dan pelaku bisnis yang membela inklusivitas. Dokumenter ini menjadi bukti bahwa warisan beliau tak akan hilang ditelan zaman.

Filosofi Hidup dan Pesan Terakhir

Hamzah Sulaiman tak pernah lepas dari nilai-nilai luhur yang ia wariskan melalui kata-katanya. Dalam salah satu pernyataannya, pada saat ulang tahun ke-73 beberapa tahun lalu, beliau menyampaikan:

“Sugih tanpa bandha, kaya tanpa harta. Bukan semata-mata harta yang menjadi tolak ukur. Kekayaan yang sejati tidak terletak pada harta benda melainkan pada kawan dan saudara. Mengajarkan cinta kasih kepada sesama tanpa melihat perbedaan yang ada.”

“Digdaya tanpa aji. Kekuasaan seringkali tercipta karena suatu kemenangan fisik, kemenangan mental. Kekuasaan tercipta karena citra dan wibawa seseorang, perkataannya membuat orang lain sangat menghargainya.”

Filosofi tersebut menjadi nafas di setiap langkah dan keputusan yang ia ambil, baik dalam dunia bisnis, seni, maupun kehidupan sosial. Ia bukan hanya pengusaha, melainkan guru kehidupan bagi banyak orang yang mengenalnya.

Warisan yang Abadi di Hati Masyarakat Jogja

Kawan GNFI, kepergian Hamzah Sulaiman meninggalkan ruang kosong dalam peta budaya Yogyakarta. Namun karya dan semangatnya akan terus bergema, menginspirasi generasi muda untuk terus melestarikan budaya dengan cara yang otentik dan relevan.

Raminten bukan sekadar nama, melainkan simbol perlawanan terhadap batas, serta ajakan untuk mencintai keberagaman dengan sepenuh hati.

Selamat jalan, Kanjeng Mas Tumenggung Tanoyo Hamiji Nindyo. Yogyakarta akan selalu mengenangmu, bukan hanya karena warisan fisik yang kau tinggalkan, tetapi juga karena nilai-nilai luhur yang kau tanamkan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

OA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.