Bagi Kawan yang berdomisili di daerah Yogyakarta tentu sudah tidak asing lagi dengan Museum Sonobudoyo bukan? Museum yang memiliki berbagai macam koleksi budaya dan sejarah Jawa ini menjadi salah satu destinasi yang tidak boleh terlewat ketika berkunjung ke Yogyakarta.
Bahkan koleksi yang ada di Museum Sonobudoyo terkait sejarah dan budaya Jawa ini merupakan terlengkap kedua di Indonesia setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Bagi Kawan yang tertarik dengan kebudayaan Jawa, museum ini tentu menjadi salah satu destinasi yang tepat untuk dikunjungi.
Selain memiliki koleksi yang lengkap, keberadaan Museum Sonobudoyo juga menarik untuk dicermati dengan lebih lanjut. Apalagi usia dari museum ini lebih tua dibandingkan negara Indonesia.
Peresmian museum ini pertama kali dilakukan pada 90 tahun silam, tepatnya pada November 1935. Uniknya, peresmian museum ini diselenggarakan di hari yang sama dengan ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwana VIII.
Lantas bagaimana momen pada saat peresmian Museum Sonobudoyo waktu itu? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Peresmian Museum Sonobudoyo pada 1935
Dilansir dari skripsi Abyan Habib Baskoro yang berjudul, "Kongres Budaya Jawa di Yogyakarta dan Surakarta dalam Majalah Djawa (1925-1940)", peresmian Museum Sonobudoyo dilakukan selama dua hari penuh, pada Rabu 6 November 1935 dan Kamis 7 November 1935. Acara peresmian ini diselenggarakan di pendopo museum tersebut.
Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, pemilihan hari peresmian ini bertepatan dengan ulang tahun dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII (HB VIII). Terdapat alasan khusus mengapa Java Instituut, yayasan yang menjadi cikal bakal dan memprakarsai pendirian Museum Sonobudoyo memilih hari tersebut.
Ketertarikan HB VIII terhadap proses pembangunan museum ini menjadi alasan mengapa hari lahir Sri Sultan dijadikan sebagai momentum peresmian. Terlebih HB VIII diketahui juga memberikan dukungan penuh selama proses pendirian museum tersebut.
Berdasarkan hal itulah Java Instituut merasa pemilihan Rabu Wage, 6 November 1935 menjadi hari yang tepat untuk meresmikan Museum Sonobudoyo. Dengan demikian, hari kelahiran Sri Sultan bisa dimeriahkan dengan adanya peresmian museum tersebut.
Wujud Implementasi Hasil Kongres Budaya Jawa
Proses pendirian Museum Sonobudoyo sebenarnya tidak terjadi begitu saja. Adanya museum ini merupakan wujud implementasi hasil Kongres Budaya Jawa yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 1924.
Dalam temuannya, Abyan menjelaskan bahwa adanya ide pendirian museum ini muncul dari para peserta kongres yang hadir pada waktu itu. Meskipun tidak merujuk secara spesifik, para peserta kongres menginginkan adanya pameran yang bersifat permanen terkait produk pameran dan industri Jawa.
"Berdasarkan laporan Kongres Java Instituut di Yogyakarta pada 24-27 Desember 1924, wacana pendirian Museum Sonobudoyo bermula dari buah pikir para peserta Kongres Java Instituut untuk mengadakan pameran permanen yang berisi produk-produk pertanian dan industri Jawa," jelas alumnus sejarah Universitas Sanata Dharma tersebut ketika dihubungi tim GNFI via WhatsApp pada Jumat, 18 April 2025.
Lebih lanjut, Abyan menjelaskan bahwa adanya berbagai macam peninggalan arkeologis yang disimpan di halaman kediaman Residen Yogyakarta juga menjadi alasan mengapa adanya ide untuk mendirikan Museum Sonobudoyo. Hal inilah yang kemudian mendasari adanya proyek besar dalam proses pembangunan museum tersebut hingga diresmikan pada November 1935.
Dihadiri Beberapa Tokoh Penting
Acara peresmian Museum Sonobudoyo pada 1935 juga turut dihadiri oleh beberapa tokoh penting. Tidak hanya itu, beberapa tokoh penting ini juga turut memberikan pidato dalam acara tersebut.
Misalnya, ketua dari Java Instituut, Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat turut memberikan pidato pembukaan dalam acara peresmian museum ini. Selain itu, beberapa tokoh penting lainnya juga turut memberikan sambutan dalam acara ini, seperti Sri Sultan HB VIII, Mr. J. Beijleveld sebagai Gubernur Yogyakarta, dan P. A. Soerjaamidjaja sebagai perwakilan Kasunanan Surakarta.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News