mirip dengan warna hijau mint yang ada di indonesia temuan baru warna olo bisa diperdebatkan - News | Good News From Indonesia 2025

Mirip dengan Warna "Hijau Mint" yang Ada di Indonesia, Temuan Baru Warna “Olo” Bisa Diperdebatkan!

Mirip dengan Warna "Hijau Mint" yang Ada di Indonesia, Temuan Baru Warna “Olo” Bisa Diperdebatkan!
images info

Beberapa pakar ilmuwanasal Amerika Serikat mengklaim telah menemukan warna baru yang belum pernah dilihat manusia. Warna itu tergambar sebagai biru-hijau. Penemuan ini berasal dari sebuah eksperimen yang dilakukan oleh para peneliti di Amerika Serikat dengan menembakkan sinar laser ke mata para peserta.

Warna ini masih menjadi misterius dan bisa diperdebatkan karena para ahli juga masih terbuka untuk dipertanyakan keabsahannya.

Dengan kemisteriusannya, warna olo ternyata hampir mirip dengan warna hijau mint yang ada di Indonesia. Jika diklaim sebagai temuan baru, tentu warna olo harus memiliki karakteristik unik seperti komposisi pigmen, sifat optik, atau konteks penemuannya yang membedakannya dari warna-warna yang sudah ada sebelumnya.

Setiap Dinosaurus Ternyata Punya Warna Bulu yang Berbeda, Ilmuwan Ungkap Buktinya

Dilansir dari Adobe Express, bahwa hijau mint adalah warna hijau pucat (campuran putih) dengan nada biru yang menenangkan. Sedangkan, menurut para ilmuwan University of California mengatakan bahwa warna olo merupakan penampakan warna biru-hijau yang sangat jenuh. Tidak sama, namun hampir mirip.

Memang belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa olo dan hijau mint benar-benar mirip dalam hal komposisi, fungsi, atau penamaannya. Akan tetapi, secara visual dengan kasat mata warna olo hampir mirip.

Kawan GNFI pasti tahu bahwa warna hijau miint juga hanyalah representasi digital dalam spektrum warna yang sudah dikenal luas. Namun, bisa jadi warna olo memiliki properti khusus, seperti efek metamerik, asal-usul bahan alami, atau makna budaya tertentu yang tidak dimiliki oleh hijau mint bagi pakar peneliti asal Amerika.

Temuan warna Olo dipublikasikan secara ilmiah melalui Jurnal Science Advances dengan judul Novel color via stimulation of individual photoreceptors at population scale pada hari Jumat. Para ilmuwanasal Amerika Serikat menggunakan denyut laser untuk menargetkan sel-sel tertentu di mata para peserta.

Lantas, Bagaimana Mereka Dapat Melihat Warna “Olo”?

Nampaknya mata manusia dapat mendeteksi warna menggunakan tiga jenis sel kerucut seperti L (panjang, M (sedang), dan S (pendek) di mana masing-masing peka terhadap cahaya merah, hijau, dan biru.

Seperti biasa yang Kawan GNFI ketahui bahwa sel kerucut ini dapat bekerja sama, dan otak mampu menafsirkan kombinasi tersebut untuk membentuk seluruh spektrum warna yang dilihat sehari-hari.

Namun, ada beberapa kendala yang terjadi di alam, maka mustahil untuk mengaktifkan hanya satu jenis kerucut, seperti kerucut M yang peka terhadap warna hijau tanpa mengaktifkan yang lain. Terjadinya tumpang tindih itu memang dapat membatasi rentang warna yang dapat dilihat manusia.

Mengapa Warna Merah Selalu Erat dengan Kebudayaan Tiongkok?

Dengan menggunakan teknologi laser canggih dan sistem pelacakan mata, para peneliti pun mampu secara selektif hanya menstimulasi kerucut M, melewati campuran yang biasa. Sehingga diperoleh hasilnya yang rona biru-hijau cerah yang tidak ada di alam mana pun. Warna ini diduga di luar rentang persepsi alami manusia secara resmi dengan nama “Olo”.

Mereka mencatat bahwa terobosan ini memungkinkan perluasan sebagian ruang warna manusia dan menunjukkan bahwa warna-warna baru dapat dipersepsikan dengan menargetkan fotoreseptor individual.

Bahkan, mereka pun mampu menampilkan gambar dan video menggunakan warna "Oz” dengan mengarahkan mikrodosis laser ke ribuan kerucut yang teridentifikasi.

Hasilnya dilihat sebagai bukti konsep bahwa mata manusia dapat diprogram untuk melihat warna di luar batas alaminya. Ini merupakan sebuah perkembangan yang dapat membuka kemungkinan baru dalam ilmu penglihatan, tampilan, dan media imersif. Dilansir dari Times of India, untuk saat ini hanya lima orang yang telah melihat warna “Olo”. Namun menurut para ilmuwan, ini bisa jadi hanya permulaan dalam temuan itu.

Pemberitaan mengenai warna baru Olo yang hanya dapat dilihat oleh lima orang menurut Times of India menimbulkan pertanyaan menarik tentang batas persepsi manusia dan potensi evolusi penglihatan warna.

Jika temuan ini valid, hal ini bisa membuka wawasan baru dalam ilmu neurosains dan biologi persepsi. Maka, nantinya Kawan GNFI juga dapat memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia bahwa pemahaman manusia tentang realitas masih terus berkembang.

Namun, masyarakat Indonesia perlu menyikapinya dengan kritis untuk membedakan antara kemungkinan ilmiah yang revolusioner dengan klaim yang belum teruji secara luas. Sehingga edukasi sains yang baik akan membantu masyarakat menanggapi penemuan semacam ini dengan bijak, tanpa terjebak sensasionalisme dan tetap terbuka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.