Akhir-akhir ini, film animasi berjudul Jumbo menjadi perbincangan hangat. Namun, apakah Kawan GNFI tahu bahwa Indonesia sudah memiliki film animasi pertamanya jauh sebelum Jumbo hadir di layar kaca?
Dilansir dari laman merdeka.com, film animasi pertama di Indonesia adalah Si Huma. serial animasi ini hadir di televisi masyarakat Indonesia pada 30 Maret 1983 di stasiun TVRI. Si Huma ditayangkan dua minggu sekali setiap hari Minggu pagi dengan durasi 10 menit. Namun, berdasarkan video YouTube yang berjudul Si Huma: Animasi Pertama di Indonesia, serial animasi ini juga pernah tayang pada hari Rabu pukul 17.30.
Sayangnya, Si Huma hanya tayang selama 1 tahun, yaitu pada tahun 1983–1984, karena biaya produksi yang pada saat itu dinilai terlalu mahal.
Dibandingkan pembuatan film biasa, produksi Si Huma dapat memakan biaya enam kali lipat lebih mahal hanya untuk durasi 10 menit. Dana yang dibutuhkan bisa mencapai sekitar 40 juta rupiah, jumlah yang sangat besar pada saat itu.
Petualangan Edukatif Huma dan Windi di Dunia Animasi Indonesia
Si Huma menceritakan tentang anak kecil dengan jiwa petualang yang bernama Huma. Episode pertamanya yang berjudul Terdampar menceritakan tentang Huma yang sedang asyik bermain, tiba-tiba terbawa angin dan terdampar di suatu tempat, di mana Huma bertemu dengan karakter pendampingnya, yaitu Windi.
Huma dan Windi bersama-sama berpetualang untuk mengeksplorasi berbagai tempat baru dan ilmu pengetahuan. Hubungan erat kedua karakter ini menunjukkan sebuah persahabatan yang kuat dan, pada saat yang bersamaan, memberikan edukasi bagi penontonnya.
Salah satu contoh episode bertema edukasi dari Si Huma adalah episode yang berjudul Embun. Episode ini mengangkat penyakit demam berdarah, TBC, kolera, serta diare dengan visualisasi yang ringan dan menarik. Misalnya, nyamuk digambarkan sebagai karakter antagonis di episode tersebut.
Selain masalah penyakit, serial animasi Si Huma juga memberi edukasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Didukung dengan animasi yang menunjukkan bencana banjir, Si Huma mengajarkan penontonnya untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Di Indonesia era 80-an, Si Huma memberi suasana tontonan baru yang ringan dan edukatif, menjadikan Si Huma pelopor bagi animasi-animasi Indonesia lainnya yang akan datang.
Di Balik Layar Si Huma: Perjuangan Awal Animasi Indonesia
Pencipta serial Si Huma adalah Saleh Hasanyang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Seksi Title dan Animasi di Pusat Produksi Film Negara (PPFN). Pembuatan Si Huma merupakan bentuk kerja sama antara PPFN dan UNICEF yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak.
Menariknya, produksi animasi Si Huma sudah dimulai sejak tahun 1970-an. Namun, penayangannya baru terlaksana pada tahun 1983 karena PPFN saat itu memilih untuk terlebih dahulu menyiapkan 26 episode untuk ditayangkan selama satu tahun penuh.
Si Huma dibuat dengan teknik seluloid, yaitu teknik mendasar dalam pembuatan film animasi klasik. Teknik ini mengumpulkan gambar dalam rangkaian gerakan yang kemudian ditransfer ke atas lembar transparan atau kaca khusus yang tembus pandang.
Rangkaian gambar ini kemudian diwarnai, lalu direkam menggunakan kamera khusus yang mengubahnya menjadi film animasi. Menurut artikel dari merdeka.com, proses produksi Si Huma melibatkan dua animator yang dikontrak PPFN. Mereka merupakan lulusan sekolah animasi di Jepang selama enam bulan.
Setelah diputar di TVRI selama kurang dari 1 tahun, kendala biaya membuat Si Huma tidak diproduksi lagi. Setelah serial Si Huma, TVRI sangat jarang memproduksi animasi kartun. Hanya ada satu film animasi buatan yang cukup terkenal, yaitu kisah Timun Mas.
Dengan kesederhanaannya, animasiSi Huma memberi pesan-pesan positif dan edukatif bagi penontonnya, khususnya anak-anak. Si Huma menjadi bukti konkret bahwa Indonesia memiliki sejarah animasi yang patut diapresiasi, menjadi bekal ilmu bagi animator Indonesia di masa depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News