Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh dunia tak lepas dari pejuangan para pahlawan yang bergerak lewat diplomasi dengan banyak negara, salah satunya Vatikan. Takhta Suci merupakan negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Mgr. Albertus Soegijapranata, Uskup Agung pribumi pertama Indonesia, adalah sesosok tokoh yang berjuang keras untuk meminta dukungan Vatikan. Tahun 1947, ia menyurati Paus Pius XII, pemimpin tertinggi umat Katolik masa itu.
Untaian kata yang dituliskan Mgr. Soegijapranata mampu meluluhkan hati Paus Pius XII. Ia menuliskan bagaimana situasi Indonesia yang masih dihantui kependudukan Belanda.
Pius XII merupakan pemimpin yang mendukung upaya perdamaian di dunia. Vatikan akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia pada 6 Juli 1947, menjadikannya salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia setelah Mesir dan Suriah.
Soegijapranata, Uskup Pribumi Pertama Indonesia yang Perjuangkan Kemerdekaan Lewat Silent Diplomacy
Paus Pius XII, Pemimpin Eropa Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia
Lahir di Roma, Italia, 2 Maret 1876, Paus Pius XII ternyata memiliki jalur karier yang unik. Melalui britannica.com, sebuah eksiklopedia daring terbesar di dunia, lelaki dengan nama asli Eugenio Maria Giuseppe Giovanni Pacelli ini ternyata pernah berkecimpung di dunia diplomasi.
Tahun 1917, Paus Benediktus XV mengangkatnya sebagai Duta Besar Apostolik untuk negara bagian Bavaria, Jerman. Ia dikenal dengan upayanya di bidang diplomasi dengan berbagai negara, meskipun beberapa hasilnya terbatas.
Walaupun memiliki karier diplomatik yang cukup panjang, ia sebenarnya terlahir dari keluarga yang memang merupakan bagian dari kepausan atau bangsawan “hitam”, di mana mayoritas dari mereka mengabdikan dirinya untuk melayani Vatikan. Ayah dan kakeknya pernah menduduki “kursi” penting di Vatikan.
Karena latar belakangnya yang sudah terlatih sebagai diplomat, Pius XII cenderung berhati-hati dalam menjaga imparsialitas Takhta Suci. Ia juga bertindak sebagai mediator antara banyak negara.
Vatikan dan Indonesia juga dianggap memiliki prinsip kenegaraan yang hampir sama. Keduanya sama-sama berkomitmen untuk menciptakan dunia yang damai dan bebas dari perang.
Selain itu, Vatikan dan Indonesia mempunyai pandangan yang serupa terkait pentingnya nilai spiritualitas dalam kehidupan manusia dan penolakan pada atheisme.
Paus mengajak umat Katolik di dunia untuk mendukung Indonesia. Hasilnya, Indonesia berhasil menghimpun lebih banyak dukungan dari umat Katolik di berbagai belahan dunia.
Melalui situs resmi Kedutaan Besar Takhta Suci Vatikan atau Nunsiatur Apostolik untuk Indonesia, pada 6 Juli 1947, Paus Pius XII mengangkat Uskup Agung de Jonghe d’Ardoye sebagai Delegasi Apostolik di Indonesia.
Pada tahun 1950, Internunsiatur Apostolik atau kantor perwakilan diplomatik tingkat rendah yang mewakili Vatikan akhirnya dibuka di Jakarta. Lalu, pada 1966, Internunsiatur ini berubah menjadi Nunsiatur Apostolik atau sudah setingkat dengan kedutaan besar.
Pertemuan Soekarno dan Paus Paulus VI di Vatikan pada 1964, Terima Tiga Hadiah Spesial
Pius XII, Terpesona dengan Pancasila dan Berikan Penghargaan untuk Soekarno
Melansir dari berbagai sumber, Paus Pius XII disebut “terpesona” dengan Pancasila. Dasar negara ini dianggap Paus sebagai jembatan penghubung antara Indonesia dan Vatikan.
Selain itu, Paus Pius XII juga pernah menyampaikan pidatonya kepada Presiden RI saat itu, Soekarno, tepatnya pada Rabu, 13 Juni 1956. Dalam naskah pidato yang diterbitkan oleh Departemen Komunikasi Vatikan, Paus mengatakan suka citanya menjadi saksi kemajuan yang dicapai oleh Indonesia.
"Kami memberikan jaminan bahwa kami akan selalu senang melihat kemajuan yang dicapai oleh negara kalian—negara yang masih muda tapi sudah sadar akan tujuan besarnya—dengan sikap percaya diri, bijaksana, dan tidak berlebihan, sampai akhirnya negara kalian mendapatkan tempatnya di antara negara-negara lain di dunia," demikian penggalan pidatonya.
Tak lupa, Paus juga mendoakan agar Indonesia diliputi dengan kemakmuran dan kebahagiaan agar dapat didedikasikan untuk kebaikan universal bagi seluruh umat manusia.
13 Juni 1956, Paus Pius XII memberikan medali penghargaan kepada Soekarno. Presiden ke-1 RI ini mendapatkan Grand Cross of the Pian Order, salah satu penghargaan tertinggi Vatikan.
Sebagai informasi, Soekarno juga pernah bertemu dengan dua Paus lainnya, yakni Yohanes XXIII pada 14 Mei 1959 dan Paulus VI pada 12 Oktober 1964. Bahkan, Sang Proklamator juga pernah dibuatkan prangko khusus oleh Vatikan dan dihadiahi cendera mata berupa lukisan mosaik Castel San Angelo Vatican.
Sementara itu, hubungan Indonesia-Vatikan terus terjalin dengan baik hingga saat ini. Keduanya mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai perdamaian dunia dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakatnya.
Orang Indonesia Ditunjuk Paus Fransiskus Jadi Kardinal, Apa Tugasnya?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News