Sudahkah Kawan GNFI melihat tampilan Google Doodle tanggal 22 April 2025? Google Doodle pada tanggal tersebut menampilkan 6 foto bumi dari udara, di mana menampilkan sejumlah area di bumi yang telah berprogres menuju masa depan yang lebih baik.
Ya, Google menampilkan foto ini dalam rangka memperingati Hari Bumi Internasional tahun 2025. Momen tersebut merupakan sebuah gerakan global yang diharapkan dapat membantu mengingatkan setiap insan akan tanggung jawabnya dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan bumi.
Selain itu, momen ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu-isu lingkungan global yang mulai mengkhawatirkan. Menurut Britannica, kesadaran terhadap krisis lingkungan inilah yang mendorong lahirnya peringatan Hari Bumi pertama kali di Amerika Serikat—sebuah inisiatif yang kini tumbuh menjadi gerakan dunia.
Hari Bumi pertama kali diusulkan oleh seorang aktivis lingkungan Amerika Serikat bernama Gaylord Nelson. Bersama seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Harvard, Nelson berupaya menjadikan isu lingkungan sebagai bagian penting dari agenda politik nasional. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, keduanya menyelenggarakan Hari Bumi pertama pada tanggal 22 April 1970.
Dua dekade kemudian, tepatnya pada tahun 1990, Hari Bumi menjadi gerakan global yang diperingati oleh 140 negara di seluruh dunia. Hingga hari ini, Hari Bumi diperingati secara internasional setiap tanggal 22 April.
Dilansir dari Mongabay.co., Hari Bumi Internasional Tahun 2025 mengusung tema “Our Power, Our Planet” atau “Kekuatan Kita, Planet Kita”.
Tujuannya untuk mengajak masyarakat global untuk beralih ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, air, angin, dan sumber energi panas bumi.
Sayangnya, menurut data yang diambil dari situs GoodStats, per September 2025 bahan bakar fosil masih menjadi sumber energi utama di dunia.
Hari Bumi, Budaya Indonesia yang Diam-Diam Ramah Lingkungan
Sumber energi fosil termasuk dalam kategori sumber energi tidak terbarukan yang cadangannya terus menipis. Lebih dari itu, sumber energi fosil juga merupakan penyumbang utama emisi gas rumah kaca, yang berdampak pada percepatan pemanasan global hingga perubahan iklim yang ekstrem.
Oleh karenanya, percepatan transisi sumber energi ke sumber energi terbarukan menjadi agenda penting yang harus diupayakan oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia.
Saat ini, negara-negara di seluruh dunia mulai berupaya melakukan transisi energi ke sumber energi terbarukan. Langkah yang dilakukan mencakup pengembangan energi surya, angin, air, hingga bioenergi.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi tidak terbarukan dan mengurangi emisi gas rumah kaca demi mencegah kerusakan yang lebih parah di masa depan.
Indonesia pun tidak ketinggalan dalam langkah besar ini. Dilansir dari situs IESR, Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.
Menurut laman LindungiHutan.com., emisi nol bersih merupakan suatu kondisi tercapainya keseimbangan antara emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dan emisi gas rumah kaca yang berhasil diserap atau dikeluarkan dari atmosfer.
Upaya tersebut menjadi langkah penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang makin terasa akibat akumulasi emisi gas rumah kaca dalam atmosfer.
Mengapa Satu Hari Tidak Selalu 24 Jam di Bumi?
Demi mencapai target tersebut, transisi menuju sumber energi terbarukan menjadi salah satu agenda nasional yang harus diprioritaskan.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Indonesia berada di wilayah ring of fire atau cincin api. Oleh karenanya, Indonesia kaya akan potensi sumber energi terbarukan berupa energi panas bumi.
Selain itu, potensi energi terbarukan lainnya seperti tenaga surya, angin, dan air juga tersebar di seluruh wilayah nusantara.
Masih dari sumber yang sama, Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim dan Energi, Hasim Dojohadikusumo, menyampaikan pada November 2024 bahwa Indonesia akan menambah pembangkit listrik baru, dan sebanyak 75% di antaranya akan menggunakan sumber energi terbarukan.
Hal ini menjadi langkah konkret yang menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mempercepat transisi energi demi masa depan yang lebih berkelanjutan.
Nah, sebagai bagian dari masyarakat, apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung keberlanjutan global? Kawan GNFI bisa memulai dari hal-hal yang kecil dulu. Sebagai contoh, dengan memilih produk yang ramah lingkungan, mengedukasi diri dan sekitar untuk menghemat penggunaan listrik, membawa botol minum atau tas belanja sendiri, atau menanam tanaman di halaman rumah sebagai langkah menciptakan ruang hijau.
Kawan GNFI juga bisa memanfaatkan platform media sosial untuk menyebarkan informasi dan ajakan positif seputar keberlanjutan lingkungan.
Ingat, kita hanya punya satu bumi, dan masa depan bumi bergantung pada usaha kita saat ini. Yuk, jadikan momentum Hari Bumi ini untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan Bumi. Mulai dari diri sendiri, lalu sebarkan energi positif untuk menjaga keberlanjutan bumi bersama-sama. Siap menjaga kelestarian Bumi bersama?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News