pengepungan di bukit duri morgan oey jadikan film ini sebagai medium terapi - News | Good News From Indonesia 2025

Pengepungan di Bukit Duri, Morgan Oey: Jadikan Film Ini Sebagai Medium Terapi

Pengepungan di Bukit Duri, Morgan Oey: Jadikan Film Ini Sebagai Medium Terapi
images info

Morgan Oey menjadi pemeran utama dalam film Pengepungan di Bukit Duri. Dalam film terbaru arahan sutradara Joko Anwar ini, ia memerankan karakter tokoh Edwin.

Edwin dalam film yang dikemas dengan genre drama-thriller ini, tampil sebagai sosok guru. Ia menjadi bagian dari SMA Duri, sebuah sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak bermasalah.

Di sekolah tersebut, Edwin harus berhadapan dengan para murid yang beringas. Namun, ia harus melakoninya demi misi pribadi untuk menemukan keberadaan keponakannya.

Dalam film yang dikemas dengan intens ini, permasalahan yang dihadapi Edwin semakin runyam. Ia harus menghadapi situasi yang tidak baik-baik saja, sebagaimana digambarkan terjadi di Indonesia pada 2027.

Baca Juga: Menyuarakan Isu Pendidikan Lewat Film Pengepungan di Bukit Duri

Misi Pribadi Jadi Kompleks dalam Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri diproduksi oleh Come and See Pictures dan Amazon MGM Studios. Kisahnya mengikuti sepak terjang Edwin dalam mengemban tugas tertentu sebagai misi pribadinya.

Sebelum kakaknya meninggal, Edwin berjanji untuk mencari anak kakaknya yang hilang. Upaya pencarian Edwin tersebut membawanya masuk dalam lingkungan sekolah sebagai guru.

Selain membahas keprihatinan akan kesejahteraan guru dan kekerasan remaja, film Pengepungan di Bukit Duri juga menyoroti dampak dari diskriminasi, yang dalam film ini dialami Edwin.

Namun lebih dari permasalahan tersebut, apa yang kemudian dihadapi Edwin semakin di luar dugaannya. Cerita film ini menjadi semakin kompleks di tangan Joko Anwar yang menulis sendiri kisah ini.

Ketika akhirnya Edwin berhasil menemukan anak kakaknya, misi yang diperjuangkannya belum berakhir. Kerusuhan pecah di seluruh kota dan mereka terjebak di sekolah. Ia harus berhadapan dengan anak-anak brutal yang mengincar nyawa mereka.

Baca Juga: Pengepungan di Bukit Duri, Film yang Meleburkan Berbagai Isu Sosial dalam Satu Layar

Film Pengepungan di Bukit Duri sebagai Medium Terapi

Permasalahan yang menjadi tulang punggung film Pengepungan di Bukit Duri, hendak membuka mata setiap orang untuk melihat dan berpikir tentang situasi Indonesia saat ini.

Morgan Oey yang telah bermain dalam banyak film dengan beragam genre, merasa relate dengan situasi ini. Ia merasa selama ini kita dan bahkan negara tidak pernah acknowledge tentang dampak diskriminasi dan trauma yang terjadi.

“Lewat peran ini, saya merasa ini juga menjadi bagian dari proses terapi. Isu dan permasalahan yang ada di film ini, akan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, ungkap Morgan dalam rilis media.

“Diskriminasi bukan saja rasial, tetapi juga adanya ketidakadilan sosial yang terjadi. Semoga film ini bisa menjadi pembuka banyak ruang diskusi dan bisa acknowledge satu sama lain,” lanjutnya.

Lebih dari itu, ia berharap film Pengepungan di Bukit Duri dapat menjadi medium terapi. Ia mendorong penonton dan masyarakat Indonesia membicarakan isu-isu tentang kekerasan dan trauma di masa lampau dengan lebih terang.

Baca Juga: Pengepungan di Bukti Duri Karya Joko Anwar Siap Bawa Film RI Naik Kelas

Film Pengepungan di Bukit Duri Merespons Situasi Terkini

Joko Anwar mengakui, melalui film Pengepungan di Bukit Duri, ia hendak merespons situasi terkini Indonesia. Hal ini relevan, tentang isu kekerasan dan urgensi pembenahan pendidikan.

Film ini menjadi semacam penggambaran atas situasi yang mungkin saja akan terjadi pada tahun 2027, jika masyarakat tak bersuara untuk melakukan pembenahan. Hal ini menyangkut masa depan remaja Indonesia.

Pengepungan di Bukit Duri menjadi potret diri bagi bangsa dan pengingat untuk terus bercermin. Film ini membawa isu urgen untuk membuka mata, sehingga mulai dipikirkan dan tercerahkan.

“Film ini bukan tentang masa lalu, tetapi tentang apa yang terjadi ketika kita pura-pura lupa,” ungkap Joko Anwar. Baginya, terkadang yang paling menakutkan bukanlah kekerasan itu sendiri. Melainkan sistem yang membiarkannya tumbuh.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ang Tek Khun lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ang Tek Khun.

AT
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.