Bahasa Bengkulu adalah sekelompok bahasa daerah atau dialek yang termasuk dalam rumpun bahasa Melayu. Bahasa-bahasa ini digunakan oleh masyarakat lokal, yang berada di wilayah Provinsi Bengkulu.
Posisi geografis Bengkulu yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatra dan sejarah perkembangan warganya berkontribusi bagi lahirnya berbagai variasi bahasa atau dialek lokal. Ciri-cirinya dapat ditemukan dalam kosakata, intonasi, dan gaya pengucapan.
Bahasa Bengkulu yang tidak tunggal, tak lepas dari pengaruh keberagaman budaya lokal, termasuk penggunaan istilah-istilah khas terkait adat istiadat. Selain itu, terdapat kontribusi pengaruh dari berbagai bahasa yang berasal dari wilayah atau provinsi tetangganya.
Baca Juga: Indonesia Miliki 750 Bahasa Daerah yang Terverifikasi Kemendikbud
Mengenal 9 Dialek dalam Bahasa Bengkulu
Ada beragam dialek yang ditemui dalam bahasa Bengkulu. Laman kemdikbud.go.id mencatat, terdapat sembilan dialek yang digunakan masyarakat di Provinsi Bengkulu.
Dialek Mukomuko
Dialek Mukomuko adalah dialek yang digunakan oleh suku Mukomuko. Suku ini mendiami wilayah Kabupaten Mukomuko, yang terletak di Bengkulu bagian utara.
Dialek ini menerima pengaruh dari bahasa Minangkabau, bahkan secara linguistik masuk dalam rumpun bahasa Minangkabau. Dalam perkembangannya, terdapat perbedaan antara kosakata dialek Mukomuko Utara dan Dialek Mukomuko Selatan.
Dialek Lembak I
Dialek Lembak adalah dialek yang digunakan oleh suku Lembak, yang dikaitkan dengan keberadaan kerajaan Sungai Serut yang bermukim di Provinsi Bengkulu sampai Lubuklinggau (Sumatra Selatan).
Dialek Lembak I atau Lembak Delapan banyak digunakan di wilayah Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu.
Dialek Lembak II
Dialek Lembak II atau Lembak Beliti banyak digunakan oleh masyarakat yang berada di wilayah Desa Pelalo, Desa Taba Tinggi daerah Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong.
Baca Juga: Tujuh Bahasa Daerah dengan Penutur Terbanyak di Indonesia, Bahasa Daerah Apa Saja?
Dialek Nasal I
Dialek Nasal adalah dialek yang digunakan oleh suku Nasal yang bermukim di Kecamatan Nasal dan Maje, Kabupaten Kaur. Suku Nasal merupakan bagian dari suku Melayu yang ada di Provinsi Bengkulu.
Dialek Nasal mendapat pengaruh dari bahasa Lampung. Dialek Nasal I banyak digunakan di wilayah Desa Tanjung Betuah, Bengkulu bagian Selatan.
Dialek Nasal II
Dialek Nasal II banyak digunakankan di wilayah Daerah Merpas, Bengkulu bagian selatan.
Dialek Serawai-Pasemah
Dialek Serawai-Pasemah adalah dialek yang digunakan oleh suku Serawai dan Pasemah. Dialek ini banyak digunakan di wilayah Bengkulu bagian Selatan (Manna, Seginim, Pino Sukaraja, dan Seluma), Talo, Kaur Utara (Talang Jawi dan Padang Leban), Rejang Lebong daerah Kepahiang (Tapak Gedung).
Dialek Serawai memiliki ciri khas, yakni menggunakan akhiran O (umumnya di Seluma) dan AU (umumnya di Bengkulu Selatan dan Kaur). Sementara dialek Pasemah, mendapat pengaruh dari bahasa di Sumatra Selatan.
Dialek Pekal
Dialek Pekal adalah dialek yang digunakan oleh suku Pekal di wilayah Ketahun, Mukomuko bagian selatan, dan Ipuh.
Dialek yang masuk dalam rumpun bahasa Austronesia ini banyak digunakan di kecamatan Ketahun, Bengkulu Utara; Air Rami, Mukomuko; Ipuh, Mukomuko; dan Malin Deman, Mukomuko.
Dialek Kaur
Dialek Kaur adalah dialek yang digunakan oleh suku Kaur di kabupaten Kaur, Bengkulu. Dialek ini banyak digunakan di wilayah Kaur Selatan yang meliputi Jembatan Dua dan Tanjung Bunga dan Kaur Tengah di Lubuk Gung.
Dialek ini mirip dialek Serawai-Pasemah dan dipengaruhi bahasa Lampung Api atau Lampung Pesisir. Dialek ini juga dikenal sebagai dialek Bintuan dan dialek Mulak.
Baca Juga: Nasib Bahasa Daerah di Tengah Arus Modernisasi
Dialek Bengkulu
Dialek Bengkulu merupakan dialek paling umum digunakan di Kota Bengkulu. Dialek ini menjadi dialek perantara antarsuku, menjadi titik jumpa berbagai dialek Melayu di Bengkulu.
Dialek Bengkulu Kota banyak digunakankan di wilayah Desa Gading Cempaka (Tanah Patah), Kota Bengkulu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News