Terlahir dari keluarga sederhana di Buenos Aires, Argentina, Paus Fransiskus tumbuh dengan nilai-nilai kerendahan hati, kerja keras, dan kepedulian yang tinggi pada sesama, utamanya mereka yang kurang mampu.
“Umatku miskin dan aku salah satu di antara mereka,”. Begitulah kalimat yang sering terlontar dari mulutnya. Dalam sebuah tulisan yang diunggah Vatikan dalam situs resmi kenegaraannya, Paus memutuskan untuk tinggal di apartemen dan memasak makan malamnya sendiri.
Lelaki yang terlahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio ini juga rajin menasihati para imamnya untuk menunjukkan belas kasihan dan keberanian kerasulan, serta menjaga “pintu” mereka agar tetap terbuka bagi semua orang.
Sebagai pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus memiliki pengaruh yang besar dalam menebarkan kebajikan. Ia kerap berpesan dan menyampaikan harapannya terkait perdamaian dunia, kemanusiaan, hingga krisis iklim.
Paus dan Konsistensinya Suarakan Perdamaian
Sejak ditahbiskan pada 13 Maret 2013 lalu, dunia menjadi saksi bahwa Paus Fransiskus acap mengecam ketidakadilan yang menyasar mereka yang lemah. Ia juga menjadi sosok pemimpin yang tak segan merangkul kaum terpinggirkan dan menyerukan perdamaian di tengah dunia yang penuh konflik.
Jejak-jejaknya dalam menyuarakan perdamaian itu nampak jelas dari pidato dan kunjungan-kunjungan apostoliknya. Berdialog dengan tokoh lintas agama sembari menyuarakan perdamaian seakan menjadi agenda wajib yang dilakukan Paus Fransiskus.
Menukil dari laman resmi Misi Khusus Vatikan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Paus menyerukan masyarakat dunia untuk bekerja sama membangun dunia yang damai.
“Kita tidak dapat dan tidak boleh menutup mata terhadap ketidakadilan, ketidaksetaraan, skandal kelaparan di dunia, kemiskinan, anak-anak yang meninggal karena kekurangan air, makanan, dan perawatan kesehatan yang diperlukan,” tegasnya saat bertemu dengan Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB.
Tanggal 1 Januari 2025, dalam peringatan Hari Perdamaian Sedunia, sekali lagi, Paus Fransiskus berpesan pada umatnya untuk berdiri mendukung perdamaian. Dalam sebuah rilis Vatikan, Paus merekomendasikan tiga tindakan yang dapat menandai jalannya perdamaian.
Tiga tindakan tersebut di antaranya, pengampunan utang internasional, penghapusan hukuman mati, dan pembentukan dana dunia yang secara definitif dapat membantu menghilangkan kelaparan.
Kemudian, saat menginjakkan kakinya di Jakarta pada September 2024 lalu, dalam homilinya, Paus mengajak umat untuk menyebarkan cinta kasih. Tak lupa, ia juga berpesan agar umat Katolik dapat menjadi jembatan perdamaian di tengah keragaman.
“Saudara dan saudari, saya juga hendak berkata kepada Anda, kepada bangsa ini, kepada Nusantara yang mengagumkan dan beranekaragam ini: janganlah lelah berlayar dan menebarkan jalamu, janganlah lelah bermimpi dan membangun lagi sebuah peradaban perdamaian!” demikian penggalan pidato Paus Fransiskus di hadapan ribuan umat Katolik di Stadion Gelora Bung Karno (GBK).
Luar biasanya, di kemunculan terakhirnya sebelum wafat pada 21 Maret 2025, Paus Fransiskus kembali menyinggung perdamaian—termasuk gencatan senjata dan pembebasan tahanan di Gaza, Palestina.
Paus Fransiskus: Kesederhanaan dan Pesan Damainya untuk Indonesia
Kedatangan Paus di Indonesia saat itu berhasil menuai decak kagum lewat kesederhanaannya. Bagaimana tidak, alih-alih menggunakan pesawat pribadi, Paus Fransiskus justru menggunakan pesawat komersil.
Tidak berhenti di sana, Paus Fransiskus juga dijemput dengan menggunakan mobil yang cukup sederhana, mengingat statusnya sebagai pemimpin umat Katolik dunia dan tamu negara. Paus Fransiskus juga lebih memilih untuk menginap di Wisma Kedutaan Besar (Kedubes) Takhta Suci Vatikan dibandingkan hotel mewah bintang lima.
Selain bertemu dengan umat Katolik, kedatangannya di Indonesia juga diisi dengan pertemuan hangat bersama jajaran pemimpin lintas agama. Paus juga sempat mengunjungi Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal.
Paus Fransiskus “mengacungkan” jempolnya dengan menyebut Indonesia sebagai replika miniatur toleransi dunia. Bahkan, ia juga menandatangani Deklarasi Istiqlal—sebuah deklarasi yang ditandatangani Paus bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, sebagai bentuk peneguhan komitmen lintas agama.
Pertemuan dua tokoh agama ini juga sangat manis. Saat itu, awak media berhasil mengabadikan momen di mana Nasaruddin mencium kepala Paus Fransiskus dan dibalas oleh Paus dengan mencium tangan Sang Imam.
Memori kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia sangat membekas, bukan hanya bagi umat Katolik, tetapi juga umat agama lain. Dalam detik-detik terakhirnya di Indonesia, ia berpesan agar bangsa ini dapat terus menjaga harmoni dan merawat warna keberagaman.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News