Hidup adalah tantangan, hidup adalah ujian, hidup adalah misteri, dan hidup juga ditafsirkan sebagai ruang persaingan, kontestasi, penindasan, ekspolitasi, cinta, hingga ruang untuk beribadah kepada Allah Swt. Ketenangan hidup sudah barang tentu menjadi harapan setiap manusia.
Namun, dalam kehidupan yang kita jalani sehari-hari tidak semua hal berjalan sesuai harapan yang kita inginkan. Kondisi yang tidak terduka kadangkala menyeret kita pada kondisi yang menyedihkan, cemas, depresi hingga frustasi, dan menghadirkan keadaan dan situasi yang tidak diinginkan.
Itulah mengapa dalam hidup kita membutuhkan keyakinan dan pengetahuan yang dapat menjadi pegangan kita dalam menjalankan setiap kehidupan yang kita jalani. Stoikisme menjadi salah satu pengetahuan itu, dan dapat kita jadikan sebagai Way of Life agar kita dapat senantiasa memiliki ketenangan batin dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Stoikisme dan Bagaimana Ajarannya?
Stoikisme bukan barang baru, melainkan barang lama yang hari ini perlu dipelajari dan diterapkan kembali. Stoikisme sendiri merupakan salah satu aliran filsafat Romawi Kuno yang telah berusia lebih dari 2000 tahun. Meski begitu, aliran ini masih sangat relevan dengan kondisi kita sebagai manusia yang pada saat ini dihadapi dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan perilaku hidup yang serba instan.
Secara historis stoikisme atau ajaran-ajaran kaum stoa pertama kali dibawa oleh Zeno dan Cizio, tepatnya di pulau Siprus 333 SM-263 SM, dan pada awalnya ajaran stoikisme atau stoa diperkenalkan oleh Zeno selaku pembawa ajaran ini kepada para murid-muridnya dalam sebuah diskusi yang berlansung di sebuah teras depan bangunan.
Itulah mengapa aliran ini dikatakan sebagai Stoa atau Stoa Poikile atau yang diartikan sebagai tiang-tiang penopang teras dengan cat warna-warni. Antisthenes, Seneca, Epictetus, hingga Kaisar Marcus Aurelius merupakan tokoh-tokoh terkenal dari aliran ini. Stoikisme sebagai aliran filsafat merupakan aliran filsafat yang memiliki keyakinan bahwa menjalani hidup berdasarkan keungulan moral dan kebijaksanaan adalah kunci kebaikan yang sejati dan kunci menuju kebahagiaan.
Oleh karenanya, setiap orang yang hendak ingin hidup bahagia, harus menjalankan kehidupan berdasarkan keunggulan moral dan kebijaksanaan. Courage, Temperance, Justice, dan Wisdom menjadi nilai penting yang diajarkan aliran ini.
Sedangkan dalam praktiknya, stoikisme memperkenalkan empat hal penting yang menjadi dasar untuk menuju hidup yang bahagia, yakni; Dikotomi Kontrol atau yang dikatakan sebagai pengakuan atas banyaknya keadaan dalam hidup yang tidak dapat kita kendalikan, sebagaimana Marcus Aurelius dan Antoine de Saint-Exupery mengatakan “Nothing is unrealistic or realistic; nothing good or evil. There is only what we think of any given situation. We create our own reality” (Marcus Aurelius) “The meaning of things lies not in the things themselves, but in our attitude towards them” (Antoine de Saint-Exupery); Mengenal Diri Sendiri, kenaliah diri sendiri, ketahuilah apa yang memang penting bagi kita, dan nilai-nilai apa yang hendak kita wujudkan dalam hidup kita, dan carilah kejelasan serta kesederhanaan atas kesemua itu. Karna mereka yang tidak mengenal dirinya sendiri, bisa dikatakan tidak akan berada pada kebahagian hidup; Fokus Pada Hal-Hal yang Penting, tetaplah berada pada titik fokus, jangan biarkan diri kita terganggu oleh sesuatu yang tidak penting, dan kita tidak perlu tahu tentang segalanya. Seperti halnya tidak perlu terganggu dan tidak perlu mengetahui omong kosong orang lain tentang diri kita, tetaplah fokus pada hal-hal penting dan bermanfaat; Amor Fati adalah dasar yang terakhir dan diartikan sebagai “cinta takdir”. Kita harus mencintai takdir, namun bukan berarti menerima takdir dengan berat hati, akan tetapi kita dianjurkan untuk mencintai takdir dengan penerimaan yang jelas dan nyata terhadap ketidapastian, dan terhadap sejumlah resiko yang tidak dapat dikurangi.
Mencintai takdir bukan dimaksudkan untuk menghentikan usaha, menyerah, apalagi berputus asa ataupun lari dari takdiri itu sendiri, akan tetapi cinta atas takdir adalah sikap dan tidakan yang berorientasi pada pemaknaan atas segala bentuk pemberian kehidupan kepada kita.
Singkatnya, stoikisme menekankan kepada kita bahwa hidup harus dijalani berdasarkan keselaran kemauan dengan alam dan akal sehat, fokus pada kebijaksanaan, dan menekankan tentang bagaimana manusia menjaga keseimbangan dengan cara mengontrol diri dari apa yang dapat kita kendalikan dan dari apa yang tidak dapat kita kendalikan.
Resep Hidup Tenang Ala Kaum Stoa
Ketenangan hidup adalah bagian dari kebahagian hidup setiap manusia, dan setiap manusia menginginkan kebahagiaan. Terdapat beberapa resep ala kaum stoa yang dapat dijadikan pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Melatih Diri untuk Tetap Bersyukur
Bersukurlah atas hal-hal yang kita dapatkan hari ini, dan tetaplah bersyukur atas segala bentuk kenikmatan yang diberikan Allah Swt kepada kita. Karna dengan sikap semacam itu, kita akan dapat menjadi manusia yang bahagia.
Tidak Membiasakan Diri untuk Mengeluh
Mengeluh adalah salal satu emosi negatif, cendrung tidak disukai oleh kebanyakan orang, dan cendrung mebawa kita pada kondisi psikologis yang tidak sehat, serta dapat membentuk persepsi negatif tentang diri kita sendiri, dan dapat berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidup kita sendiri.
Melatih Diri untuk Menerima dan Terus Maju
Menerima dan terus maju adalah bagian dari resep hidup tenang ala kaum stoa. Hal ini kita maknai sebagai konsep yang mengajarkan bahwa kita harus senantiasa menerima segala bentuk kesulitan, segala bentuk kehilangan ataupun kegagalan. Karna dengan sikap semacam ini, kita akan dapat menemukan jalan menuju tujuan ataupun visi kita yang lebih jelas.
Mengelola Waktu Agar Tetap Produktif
Waktu adalah aset kita yang paling berharga, dan harus dikelola agar dapat mewujudkan produktifitas. Sebagaimana hal ini dikatakan Senecabahwa “We’re tight-fisted with property and money, yet think too little of wasting time, the one thing about which we should all be the toughest misers”.
Melatih Diri untuk Bertanggung Jawab atas Hidup Kita Sendiri
Kita tidak perlu menyalahkan siapa-siapa, dan tidak perlu menyalahkan apapun atas masalah kita sendiri. Sebab sikap semacam ini hanya akan membuang-buang waktu semata, dan tidak akan dapat membantu kita menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi.
Melatih Diri agar Tidak Mudah Berputus Asa
Kita memiliki banyak pilihan setiap harinya, bahkan setiap waktu kita memiliki banyak pilihan. Berputus asa bukanlah solusi, dan tidak menyerah pada keputusasaan adalah solusi yang sebenarnya, meski kita sedang berada pada sulitnya keadaan hidup.
Itulah beberapa resep hidup tenang untuk mencapai kebahagiaan ala kaum stoa yang dapat kami suguhkan, dan masih banyak lagi yang dapat dipelajari dalam beberapa lieratur jika hendak ingin menambah wawasan yang jauh lebih luas lagi tentang cara hidup tenang ala kaum stoa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News