Parijoto (Medinilla speciosa) merupakan tumbuhan semak endemik yang identik dengan kawasan Gunung Muria di Jawa Tengah.
Tanaman dari famili Melastomataceae ini kerap dijuluki "anggreknya orang miskin" karena bunganya yang cantik menyerupai anggrek dengan dominasi warna ungu kemerahan.
Keberadaannya tidak hanya memperindah lanskap pegunungan, tetapi juga menyimpan berbagai manfaat ekologis, medis, dan budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
Karakteristik Morfologi yang Unik
Parijoto mudah dikenali dari daunnya yang hijau gelap, tebal, dan mengilap dengan bentuk lonjong serta susunan berseling. Bunganya tumbuh bergerombol dalam rangkaian menggantung, menampilkan gradasi warna dari merah muda hingga ungu—sebuah adaptasi untuk menarik serangga penyerbuk.
Buahnya yang kecil (1-2 cm) berubah dari hijau ke ungu kehitaman saat matang, dengan rasa asam manis yang khas. Menurut penelitian dalam Journal of Horticulture, Forestry and Biotechnology (2018), keindahan bunga dan buahnya membuat parijoto diminati sebagai tanaman hias eksotis di kalangan kolektor tanaman.
Peran Ekologis dan Manfaat bagi Masyarakat
Dalam ekosistem Gunung Muria, parijoto berperan penting sebagai sumber pakan burung dan penyeimbang mikrohabitat. Akarnya yang kuat membantu stabilisasi tanah di lereng curam, mengurangi risiko erosi.
Bagi masyarakat sekitar, parijoto bukan sekadar tanaman liar. Buahnya dikonsumsi segar atau diolah menjadi sirup, selai, bahkan obat tradisional. Studi Indonesian Journal of Pharmacy (2019) mengungkap kandungan antosianin dan flavonoid dalam buahnya yang berpotensi sebagai antioksidan dan antidiabetes.
Tradisi lokal juga meyakini buah parijoto dapat meningkatkan kesuburan, terutama di kalangan peziarah Makam Sunan Muria.
Nilai Spiritual dan Ancaman Kepunahan
Parijoto lekat dengan narasi spiritual masyarakat Jawa. Legenda menyebutkan, Sunan Muria sengaja menanamnya sebagai simbol kesuburan dan perlindungan. Keyakinan ini membuat tanaman kerap dibawa pulang peziarah, yang tanpa disadari turut mengurangi populasi alaminya.
Ancaman lain datang dari alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan pemukiman. Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah (2020) menunjukkan penurunan signifikan populasi parijoto dalam dekade terakhir.
Upaya Pelestarian yang Dilakukan
Pemerintah Jawa Tengah merespons ancaman ini dengan memasukkan parijoto dalam daftar tumbuhan dilindungi terbatas (Perda No. 5/2019). Upaya lain meliputi program penanaman kembali oleh kelompok masyarakat dan edukasi tentang budidaya parijoto sebagai tanaman pekarangan.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama universitas setempat juga mengembangkan penelitian untuk memperbanyak tanaman ini secara in vitro, sekaligus mengeksplorasi potensi ekonominya yang lebih luas.
Melalui sinergi antara penelitian ilmiah, kebijakan konservasi, dan pemberdayaan masyarakat, parijoto dapat terus menjadi kebanggaan Gunung Muria. Pelestariannya bukan hanya tentang menjaga biodiversitas, tetapi juga mempertahankan identitas lokal yang telah hidup ratusan tahun.
Referensi:
- Journal of Horticulture, Forestry and Biotechnology (2018). Medinilla: An Exotic And Attractive Indoor Plant With Great Value.
- Indonesian Journal of Pharmacy (2019). Antioxidant Properties of Medinilla speciosa Fruit Extract.
- Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah (2020). Laporan Status Keanekaragaman Hayati Gunung Muria.
- Perda Jawa Tengah No. 5/2019 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News