Selama ini Tulungagung dikenal sebagai kota dengan industri marmer terbesar di Indonesia. Namun, ini tidak berarti salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur ini tidak memiliki potensi lain.
Salah satu potensi yang patut menjadi perhatian dari Tulungagung adalah batik-batiknya yang khas. Desa-desa tertentu di Tulungagung, turut menyumbangkan aneka motif batik yang menonjol.
Beberapa jenis batik tersebut, yang kemudian menjadi favorit, antara lain Batik Bangoan, Batik Majanan, dan Batik Kalangbret. Belakangan, meluncur pula batik lurik yang diberi nama “Bhumi Ngrowo”.
Seperti apakah batik Bhumi Ngrowo yang menjadi batik lurik khas Tulungagung? Yuk, kita simak sejarah keberadaannya, arti nama, dan ciri-cirinya yang khas.
Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Batik Tulungagung
Sejarah Batik Lurik Bhumi Ngrowo
Selain batik-batik tradisional khas yang telah berkembang sejak lama, muncul batik lurik Bhumi Ngrowo yang memberi warna lain dan membawa kebanggaan bagi Tulungagung.
Batik lurik Bhumi Ngrowo mula-mula digunakan pada kesempatan penyelenggaraan acara East Java Fashion Harmoni 2024. Acara ini berlangsung di pantai Midodaren pada 22 Juni 2024.
Setelah itu, karya batik khas Tulungagung ini diperkenalkan secara resmi ke masyarakat luas bertepatan dengan berlangsungnya acara “Ekrafaganza Exotica Tulungagung Carnival”.
Peluncuran pada kesempatan tersebut, dilakukan secara terbuka melalui kegiatan pawai. Aktivitas tersebut mengambil rute di jalan protokol di sekitar titik 0 Km, pada 21 September 2024.
Batik ini kemudian ditetapkan penggunaannya sebagai salah satu seragam resmi ASN di Tulungagung. Seragam ini digunakan pada setiap Kamis minggu pertama setiap bulan.
Baca Juga: Mengenal Ragam Motif Khas Batik Tulungagung Berdasarkan Daerahnya
Arti Nama “Bhumi Ngrowo”
Pemberian nama “Bhumi Ngrowo” untuk batik lurik khas Tulungagung ini memiliki makna filosofis tertentu. Makna mendalam ini berkaitan erat dengan sejarah serta identitas daerah ini.
“Bhumi” berarti tanah atau bumi, sementara “Ngrowo” merujuk nama terdahulu dari wilayah Tulungagung. Nama tersebut menggambarkan situasi pada masa itu saat masih menjadi wilayah rawa-rawa dengan sungai besar.
Dengan demikian batik lurik “Bhumi Ngrowo” secara harfiah bisa disebut dengan makna “batik dari tanah Ngrowo”. Ini makna yang sangat kental merujuk pada akar budaya dan sejarah lokal pada masanya.
Ciri-Ciri Batik Lurik Bhumi Ngrowo
Batik lurik Bhumi Ngrowo yang menjadi kebanggaan masyarakat Tulungagung ini memiliki kekhasan yang unik, sehingga tampil berbeda bila dibandingkan dengan batik-batik dari daerah lain.
Identitas
Batik lurik Bhumi Ngrowo bukan sekadar batik, melainkan juga sebagai simbol budaya sekaligus identitas bagi daerah Tulungagung.
Warna
Batik ini menggunakan warna dasar kuning keemasan. Pilihan warna ini memberikan kesan tampilan yang elegan dan khas.
Alam
Batik lurik ini menggunakan warna-warna alami yang ramah lingkungan.
Alur
Alur motif pada batik lurik ini menggunakan garis-garis vertikal memanjang. Terdapat sembilan lekukan yang melambangkan air yang mengalir (banyu mili) sebagai simbol pembaruan dan kejernihan.
Angka
Penggunaan angka sembilan merujuk pada makna sebagai angka terakhir, nilai tertinggi, simbol penyelesaian, melambangkan kebijaksanaan dan puncak pencapaian hidup.
Garis
Sembilan alur garis motif menyimbolkan banyaknya Desa (Thani) yang meraih penghargaan sima (perdikan/keistimewaan) sebagaimana tercantum dalam Prasasti Lawadan.
Lokalitas
Motif batik ini mengangkat lokalitas, yakni kekayaan alam, budaya, dan sejarah Tulungagung.
Motif Dasar
Beberapa motif populer yang turut mewarnai motif batik lurik Tulungagung Bhumi Ngrowo ini, antara lain:
- Gayam: Motif ini melambangkan desa dan kehidupan pedesaan.
- Panji: Motif ini mengambil inspirasi dari kisah Panji sebagai cerita rakyat asal Jawa Timur.
- Marmer: Motif ini menggambarkan Tulungagung sebagai penghasil marmer.
- Reog Kendhang: Motif ini menggambarkan kesenian lokal seperti reog dan kendang.
Baca Juga: Tulungagung: Di Balik Gerbang Tradisi, Upacara, dan Kerajinan yang Memikat Dunia
Laki-Laki
Untuk laki-laki, menggunakan atasan bermotif batik Lurik Bhumi Ngrowo, memakai Udeng Tulungagungan, dan bawahan berwarna hitam.
Perempuan
Untuk perempuan, menggunakan atasan bermotif batik lurik Bhumi Ngrowo dengan gaya kutu baru dan bawahan hitam.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News