Soeharto yang berkuasa sejak 27 Maret hingga 21 Mei 1998 menjadikannya punya pengalaman merayakan Lebaran hingga 30 kali sebagai Presiden. Hal ini membuat segala kegiatan Soeharto menjadi sorotan saat momen Lebaran.
Mengawali Hari Idul fitri, Soeharto yang ditemani Tien Soeharto mengikuti shalat ied di Masjid Istiqlal bersama-sama dengan sebahagian masyarakat Jakarta. Usai shalat, Kepala Negara memberikan sambutannya.
Dirinya mengatakan bahwa masalah-masalah kemiskinan yang dihadapi masih besar. Karena itu negara, ditekankannya akan memberantasnya tidak secara setengah-setengah dan musim-musiman saja.
“Pada kesempatan itu Presiden juga menyatakan rasa syukurnya atas tercapainya gencatan senjata di Timur Tengah. Di akhir amanatnya, kepala Negara meminta maaf kepada Rakyat Indonesia atas segala kesalahan dan kekhilafan yang mungkin telah diperbuatnya,” yang dimuat dari buku Jejak Langkah Pak Harto.
Sungkeman
Setelah berceramah, Soeharto memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk bersilaturrahmi di jalan Cendana 8. Acara ini berlangsung baik pagi maupun malam hari selama dua hari berturut-turut.
Momen sungkeman menjadi tradisi keluarga Soeharto yang ditunggu saat momen
Lebaran. Tradisi ini selalu dipegang teguh oleh Soeharto dan keluarganya.
Pemandangan sungkeman Soeharto kepada ibunda dari Ibu Tien, Eyang Putri K. R. Ay. Siti Hatmanti Soemoharyomo, sering terlihat di televisi saat Lebaran. Pada akhirnya, tradisi ini pun menjadi teladan dan turun temurun bagi anak-anak Soeharto hingga cucunya.
Sungkeman merupakan tradisi yang lazim dilakukan masyarakat Jawa dan Sunda. Ini mengharuskan orang mencium kaki/dengkul kepada seseorang yang dihormati. Kata sungkeman berasal dari bahasa Jawa yang berarti sujud atau tanda bakti kepada orang yang dihormati.
Lazimnya, dilakukan oleh anak ke orang tua atau orang paling tua dalam keluarga.
Sebagai Jawa tulen, Soeharto juga melakukan hal tersebut selama 32 tahun tanpa terlewatkan.
Jaga stabilitas
Hal yang tidak terlewatkan ketika momen Lebaran adalah menjaga stabilitas harga pangan. Presiden Soeharto meginstruksikan Bulog agar dalam menghadapi hari raya Idul Fitri, harga sembilan bahan kebutuhan pokok tetap stabil.
Sementara itu Menteri Perhubungan diinstruksi untuk mengkordinasikan alat angkutan kereta api dan jalan raya sehingga dapat memberikan pelayanan untuk pengangkutan bahan-bahan dari daerah produksi ke daerah konsumen.
Sumber:
- Lebaran Presiden: Soeharto Pertama Salat di Istiqlal-Jokowi ke Aceh
- PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News