Masjid Subulussalam yang berada di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang selalu penuh dengan peziarah. Ternyata di masjid tua itu terdapat sebuah makam dari tokoh penyebaran agama Islam bernama Syekh Hasan Munadi.
Dimuat dari Kompas, makam itu hingga sekarang masih terawat dan menjadi tujuan ziarah. Cungkup makam ini terbuat dari kayu jati yang asli sejak zaman dulu.
6 Ulama Indonesia yang Mendunia dengan Gelar Tempat Kelahiran
"Pada saat tertentu, seperti malam Jumat atau malam selikuran di bulan Ramadhan, makam-makam ramai peziarah," ujar Humas Pengurus Makam Waliyullah Hasan Munadi, Aminudin Santoso, Jumat (7/4/2023).
Amin menjelaskan Syekh Hasan Munadi adalah seorang pendakwah yang masih satu zaman dengan Sunan Kalijaga. Dirinya mendakwahkan agama Islam kepada warga setempat yang awalnya tidak memiliki agama.
Syekh Hasan Munadi lalu mendirikan Masjid Subulussalam selama melakukan syiar. Terlihat ornamen khas Majapahit masih bisa disaksikan saat datang ke masjid tersebut.
"Meski dipugar masih ada yang asli, seperti empat tiang saka atau pilar untuk cungkup dan mimbar dari kayu."
“Pilar-pilar ini ukirannya khas Majapahit, sehingga bisa menjadi tanda bahwa masjid peninggalan Waliyullah Syekh Hasan Munadi merupakan masjid tua," ujarnya.
Acara selikuran
Pada momen pada 21 Ramadan atau Selikuran, makam Syekh Hasan Munadi selalu dipadati dengan peziarah. Malam selikuran diyakini sebagai turunnya Lailatul Qadar atau malam seribu bulan.
Makan itu dianggap waktu yang mustajab (lekas dikabulkan) untuk semua doa-doa yang dipanjatkan. Karena itu umat muslim diperintahkan untuk banyak melakukan amal ibadah pada malam Lailatul Qadar ini.
Tiga Ulama Pembaharu Minangkabau: Pelopor Modernisasi Islam di Awal Abad ke-20
Sejak sore, mushala dan masjid di sekitar makam sudah penuh sesak oleh para peziarah. Tradisi malam selikuran di desa Nyatnyono ini membuat suasana desa Nyatnyono sangat ramai.
Banyak para pedangan yang menjajakan aneka rupa kebutuhan lebaran, mulai dari baju koko, peci, sarung, mukena dan aneka makanan. Tak hanya pedagang, malam selikuran juga dimanfaatkan oleh para pengusaha wahana mainan untuk meraup untung.
Diikuti jutaan peziarah
Sebelum kegiatan ini berlangsung, pengelola melakukan persiapan dengan mengumpulkan tokoh-tokoh seperti perangkat desa, para tokoh, trah atau keturuan Syekh Hasan Munadi dan masyarakat. Mereka lalu melakukan kerja bakti seperti bersih-bersih area masjid.
Mengenal 3 Sosok Ulama Indonesia dengan Kecerdasannya yang Diakui Dunia
Kegiatan ini dimulai pada malam dua puluh yang diisi dengan pengajian. Lalu pada hari kedua, para peziarah bersuci dahulu di Sendang Khalimah Thoyibah, kemudian sebagian warga yang mebawa makanan dibawa ke masjid untuk dipanjatkan doa.
Acara ini ditutup dengan tahlilan di makam Syekh Hasan Munadi dan Syekh Hasan Dipuro dengan tujuan untuk mendoakan dan meminta ampunan dosa kepada Allah SWT, serta untuk mencari barokah dan ketentraman hidup.
Sumber:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News