berbeda dengan indonesia ini alasan perayaan idulfitri di arab kurang meriah - News | Good News From Indonesia 2025

Berbeda dengan Indonesia, Ini Alasan Perayaan Idulfitri di Arab ‘Kurang Meriah’

Berbeda dengan Indonesia, Ini Alasan Perayaan Idulfitri di Arab ‘Kurang Meriah’
images info

Idulfitri menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, perayaan Idulfitri umumnya digelar dengan sangat meriah.

Kelap-kelip cahaya lampu unik dengan berbagai ornamen khas lebaran lumrah ditemui di setiap sudut tempat di penjuru tanah air. Belum lagi berbagai tradisi khas tiap daerah yang berbeda-beda semakin menghidupkan suasana hari kemenangan ini.

Namun, tahukah Kawan GNFI jika ternyata perayaan Idulfitri di negara-negara Arab umumnya ‘kurang meriah’ jika dibandingkan dengan Indonesia? Jika di Indonesia masyarakat biasanya merayakannya hingga hari ke-7, di Arab justru hanya dirayakan tidak selama itu. Kenapa?

Alih-alih merayakan Idulfitri dengan amat meriah seperti warga Indonesia, ternyata masyarakat Arab justru merayakan Idulfitri dengan ‘biasa saja’. Sebagai gantinya, mereka justru merayakan Iduladha dengan meriah.

Melalui laman milik Universitas Indonesia (UI), dijelaskan bahwa masyarakat Arab menyebut Idulfitri sebagai Idul Sughra atau hari raya kecil. Sebaliknya, mereka menyebut Iduladha sebagai Idul Kubra atau hari raya besar.

Alasan kenapa perayaan Iduladha di Arab jauh lebih meriah dibandingkan Idulfitri adalah karena Iduladha bertepatan dengan ibadah haji yang dilaksanakan di kota suci Makkah. Jutaan kepala hadir di sana untuk berhaji dan mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Selain itu, dalam rangkaian ibadah haji yang panjang, umat Islam juga diajak untuk mengenang kisah Nabi Ibrahim dalam mempertahankan prinsip dan ketaatannya kepada Allah SWT.

Hal ini tentu berbeda dengan Indonesia yang merayakan Iduladha dengan perayaan yang tidak terlalu meriah. Namun, meskipun Hari Raya Kurban tidak seramai Idulfitri, masyarakat masih lumrah untuk menyambutnya lewat tradisi-tradisi unik, seperti Gerebeng Gunungan, Manten Sapi, Sekaten, dan sebagainya.

Di sisi lain, perayaan Idulfitri di Arab juga berbeda-beda, tergantung daerahnya. Umumnya, masyarakat merayakannya selama satu hingga tiga hari saja.

Momen Lebaran di Jakarta 1987, dari Salat Idulfitri di Istiqlal hingga Kondisi Kota yang Sepi

Awal Mula Perayaan Idulfitri di Arab

Alasan kenapa perayaan Idulfitri 'kurang meriah' di Arab adalah karena masyarakatnya memilih untuk merayakan Iduladha yang bersamaan dengan haji.
info gambar

Jauh sebelum Islam datang, masyarakat jahiliyah Arab memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan. Saat itu, masyarakat merayakannya dengan pesta besar, minum-minuman keras dan memabukkan, menari, dan berbagai ritual lainnya.

Kemudian, Nabi Muhammad SAW. hadir dan mengganti kedua perayaan jahiliyah itu menjadi hari raya yang lebih baik, yaitu Idulfitri dan Iduladha. Akhirnya, negeri Arab mulai meninggalkan tradisi lamanya dan beralih untuk merayakan Idulfitri dan Iduladha.

Menukil dari Universitas Pakuan, perayaan Idulfitri pertama kali dilakukan pada 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriyah. Perayaan tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh umat Islam.

Sejarah Islam mengatakan, umat Muslim yang ikut berperang saat itu memiliki jumlah pasukan yang sangat sedikit jika dibandingkan kaum kafir. Tidak hanya itu, perang besar tersebut juga dilaksanakan saat momen Ramadan.

Sebagai ‘balasan’ atas perjuangan umat Islam yang luar biasa, Allah SWT. mengganjarnya dengan perayaan yang indah dan penuh berkah, yakni Idulfitri.

Kawan GNFI, uniknya, beberapa negara dengan mayoritas umat Muslim lain, seperti Turki saat periode Ottoman, ada sebuah tradisi Idulfitri yang sangat meriah. Mereka merayakannya dengan menembakkan meriam ke udara.

Melalui Kementerian Agama (Kemenag) RI, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengimbau umat Muslim untuk merayakan Iduladha lebih ‘besar’ dibanding Idulfitri. Selain karena bebarengan dengan pelaksanaan haji di Makkah, umat Muslim yang memiliki harta lebih diwajibkan untuk menyumbangkan hewan kurban kepada masyarakat miskin.

Selain itu, pembacaan takbir saat Iduladha juga lebih lama dibandingkan Idulfitri. Jika Idulfitri takbir dikumandangkan pada malam 1 Syawal hingga salat Idulfitri, takbir saat Iduladha dikumandangkan selama empat hari berturut-turut.

Meskipun demikian, semua hari raya umat Muslim adalah baik. Masyarakat pun sudah sepatutnya merayakan Idulfitri dan Iduladha dengan meriah sebagai wujud rasa syukur dan suka cita.

Momen Lebaran Idulfitri Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat pada 1988

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.