mengulik sisi unik penamaan menu kuliner dan interpretasi bahasa - News | Good News From Indonesia 2025

Mengulik Sisi Unik Penamaan Menu Kuliner dan Interpretasi Bahasa

Mengulik Sisi Unik Penamaan Menu Kuliner dan Interpretasi Bahasa
images info

Di era kekinian, penggunaan bahasa asing, termasuk bahasa Inggris, menjadi satu hal yang cukup umum. Saking terbiasanya, kosakata bahasa asing kadang terasa lebih klik, bahkan dibanding istilah bahasa Indonesia atau bahasa daerah bermakna kurang lebih sama. 

Kalau bisa dipelajari dan dipahami dengan baik, keterampilan satu ini memang bisa sangat berguna. Jangkauan manfaatnya pun akan sangat luas. Sebagai contoh, penggunaan bahasa Inggris yang baik dan benar pada penunjuk arah di tempat wisata bisa membantu turis mancanegara berjalan-jalan tanpa khawatir tersesat.

Penggunaan bahasa Inggris, termasuk dalam hal penamaan suatu objek, idealnya sederhana, mudah dipahami. Alhasil, didapat pemahaman yang satu suara, kalau perlu hanya dalam sekali baca.

Masalahnya, beda orang kadang beda sudut pandang. Otomatis, interpretasinya pun beragam. Salah satunya, terlihat pada interpretasi nama menu minuman pada foto di atas. 

Secara kebetulan, nama menu seperti pada foto di artikel ini saya jumpai, saat sedang mampir di sebuah kafe di wilayah Yogyakarta. Saya sendiri memilih memesan secangkir kopi tubruk hitam tanpa gula, dengan tetap memotret nama menu unik itu secara terburu-buru, karena daftar menunya dipakai beberapa orang sekaligus dalam satu rombongan.

Kalau hanya terpaku pada batasan kaku dikotomi benar atau salah, dan hapalan sinonim-antonim, penamaan menu minuman "Toxic Killer" di atas mungkin terkesan rancu. Sudah aneh, rawan membingungkan juga. 

Apa Itu Para-para?

Namun, kalau boleh lebih melenturkan perspektif sedikit saja, ini adalah sebentuk upaya interpretasi, atas ragam jenis bahan pada menu tersebut. Sebenarnya, ini adalah sejenis minuman dari beberapa bahan yang dicampur, dengan beetroot sebagai "titik bingung"-nya.

Beetroot, atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai bit, diketahui punya khasiat detoksifikasi di akarnya. Berkat manfaat inilah, buah bit banyak digunakan sebagai bahan minuman detoksifikasi, termasuk jus.

Secara khusus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring menyebut bit, sebagai "sayuran yang umbinya berwarna merah keunguan, daunnya bisa dibuat sayur, umbinya biasa digunakan sebagai bahan minuman kesehatan", dengan mencantumkan juga Beta vulgaris, sebagai nama ilmiah bit.

Dari definisi baku tersebut, asal nama "Toxic Killer" pada menu jus ini, bisa jadi datang dari khasiat bit, yang coba dikedepankan. Sepintas memang tidak biasa, tapi menjadi bisa dimengerti, berkat fleksibilitas interpretasi bahasa, yang pada titik tertentu bersifat relatif. 

Di media sosial, jenis interpretasi unik juga ditemukan, tepatnya pada menu "ayam geprek" yang kadangkala di-bahasa Inggris-kan sebagai "Chicken Smackdown". Sepintas, nama ini terdengar lucu dan terkesan asal-asalan.

Meski begitu, berkat sisi relatif interpretasi bahasa, nama yang terlihat asal itu terasa lebih mudah dipahami, khususnya oleh orang asing, karena kata "Smackdown" itu sendiri sudah menjadi gambaran sederhana, terkait konsep menu ayam geprek pada umumnya. Secara linguistik, kata geprek sendiri (dalam konteks bahasa Indonesia) ternyata adalah bentuk tidak baku dari kata "geprak".

"Kotak Ajaib" Bernama Buku Komik

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring menyebut, kata "geprak" berarti tiruan bunyi galah yang dipukulkan ke kelompok dahan dan daun dengan keras. Uniknya, pada KBBI versi daring, yang dimutakhirkan pada tahun 2019, "ayam geprek" sudah tercatat sebagai kata benda baku, dengan definisi "ayam goreng tepung yang ditumbuk dengan sambal secara bersamaan".

Bisa jadi, karena berasal dari kosakata baku versi kontemporer dalam bahasa Indonesia, dan awalnya berangkat juga dari bentuk tidak baku kosakata versi klasik Indonesia, kata "geprek" yang belum memiliki bentuk kata terjemahan baku dalam bahasa Inggris, akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris secara interpretatif.

Hasilnya, terjemahan berupa kata "Smackdown" itu lebih bersifat kontekstual, sekali lagi berkat sisi lentur interpretasi bahasa. 

Dari penamaan menu "Toxic Killer" dan "Chicken Smackdown", kita menemukan sisi unik bahasa. Ada kelenturan sudut pandang dan kedalaman interpretasi bahasa, yang ternyata bisa dipahami secara aplikatif, karena dekat dengan keseharian 

Dalam belajar bahasa, bisa terus menambah jumlah perbendaharaan kata akan sangat berguna, tapi, kuantitas ini baru bisa menjadi sangat berkualitas, jika didukung kedalaman dan ketajaman sudut pandang secara kualitatif.

Dari sinilah, tercipta kelenturan interpretasi, yang manfaatnya melampaui batas dikotomis benar-salah, atau setumpuk hapalan sinonim-antonim.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.