Industri alas kaki dan pakaian Indonesia kembali menunjukkan kiprahnya di panggung global. Dalam setahun terakhir, Indonesia semakin menjadi pilihan utama bagi merek-merek besar seperti Nike dan Adidas dalam memperluas produksi mereka.
Menurut Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief, Indonesia kini menyumbang hampir 30% dari total tenaga kerja pabrik global Adidas dan Nike.
"Ini bukti nyata daya saing industri manufaktur kita semakin diakui dunia," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Senin (17/3).
Kondisi ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur kelas dunia, tetapi juga membuka lebih banyak peluang kerja bagi tenaga kerja dalam negeri.
Geser China, Vietnam, dan Kamboja dalam Produksi Global
Meningkatnya kontribusi Indonesia dalam rantai pasok Adidas dan Nike menunjukkan bahwa negara ini semakin kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain seperti China, Vietnam, dan Kamboja.
Perusahaan-perusahaan pemasok dari berbagai negara, termasuk Korea Selatan, Taiwan, dan China, kini semakin aktif merekrut tenaga kerja Indonesia untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka.
Misalnya, Ontide (Korea Selatan) dan Korrun (Vietnam) telah memperluas operasionalnya di Indonesia dengan menambah jumlah pekerja secara signifikan.
Di sisi lain, meskipun PT Pancaprima Ekabrothers mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 10,9%, Adidas tengah menjajaki pembukaan pabrik baru melalui mitra lokal seperti PT Adonia dan PT Aroma.
Lonjakan Perekrutan Tenaga Kerja dan Ekspor
Pertumbuhan industri ini juga tercermin dari peningkatan jumlah tenaga kerja yang direkrut sepanjang tahun 2024:
- Sektor alas kaki: Sebanyak 7.644 tenaga kerja baru direkrut, meningkat 3% dibanding tahun sebelumnya, menjadikan total tenaga kerja di sektor ini mencapai 271.774 orang.
- Sektor pakaian: Perekrutan tenaga kerja melonjak 30% (yoy) dengan tambahan 10.013 pekerja baru, sehingga total tenaga kerja di sektor ini menjadi 36.409 orang.
Selain pertumbuhan tenaga kerja, kinerja ekspor industri alas kaki dan pakaian Indonesia juga menunjukkan tren positif. Sepanjang tahun 2024, total ekspor di sektor ini mencapai USD 11,2 miliar, naik 9,8% dibanding tahun sebelumnya.
Amerika Serikat tetap menjadi pasar utama, menyerap 60% ekspor pakaian Indonesia. Sementara itu, ekspor alas kaki ke AS mengalami lonjakan 24,6% (yoy), setara dengan USD 2,9 miliar.
Kementerian Perindustrian melihat tren positif ini sebagai peluang besar untuk semakin memperkuat industri dalam negeri.
Dengan meningkatnya peran Indonesia dalam rantai pasok global, diharapkan industri ini bisa memberikan dampak positif yang lebih luas, termasuk penciptaan lapangan kerja baru dan efek ganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional.
"Kami berkomitmen untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan memperkuat infrastruktur industri agar Indonesia semakin menjadi mitra strategis dalam rantai pasok global," tegas Febri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News