bukan lagi yolo gaya hidup yono sudah mulai menjadi tren gen z - News | Good News From Indonesia 2025

Bukan Lagi YOLO, Gaya Hidup YONO Sudah Mulai Menjadi Tren Gen Z

Bukan Lagi YOLO, Gaya Hidup YONO Sudah Mulai Menjadi Tren Gen Z
images info

3 bulan berlalu sejak kita memasuki tahun 2025. Meski baru berjalan 3 bulan, tahun 2025 ini cukup memberikan banyak kontrovesi di kalangan masyarakat, terutama dunia maya. Banyak juga tren yang dihasilkan di tahun 2025, salah satunya "new year, new me" sebagai manifestasi perubahan di tahun yang baru. 

Impact dari slogan "new year, new me" tidak main-main, nyatanya tren ini berdampak pada perubahan gaya hidup banyak orang, lho. Coba Kawan GNFI scroll media sosial, mulai dari TikTok atau Instagram, banyak sekali orang yang memulai tahun 2025 dengan wacana hidup hemat di tahun 2025. 

Tidak perlu menunggu waktu lama, wacana hidup hemat ini ternyata disebut YONO yang merupakan singkatan dari “You Only Need One”. Jauh sebelum ada slogan YONO, ada istilah serupa yang dikenal di kalangan milenial, yaitu YOLO (you only live once).

Kedua sebutan tersebut memiliki arti yang bertolak belakang. YOLO merupakan kata yang populer pada awal tahun 2010 sebagai bentuk ungkapan bahwa kita– sebagai manusia, hanya hidup sekali, maka dari itu kita harus mencari makna kehidupan. Biasanya, orang yang menganut prinsip YOLO lebih mengedepankan kebahagiaan mereka untuk saat ini tanpa memikirkan risiko yang tidak pasti di masa depan.

Di sisi lain, YONO (you only need one) merujuk pada perilaku seseorang yang lebih mempertimbangkan pembelian dan penggunaan barang dan/atau jasa. Umumnya orang-orang yang menganut slogan YONO cenderung lebih bijaksana dalam pengelolaan keuangan dan lebih fokus pada kualitas daripada kuantitas.

Dalam konteks saat ini, YONO bukan hanya soal membeli barang, tetapi juga lebih kepada memilih pengalaman yang berharga dan memprioritaskan kebutuhan sehari-hari.

Pertama Kali Muncul di Korea Selatan

Tidak ada yang menyangka istilah yang mirip dengan nama bapak-bapak Indonesia pertama kali ramai diutarakan oleh kaum Gen Z di Korea Selatan. Media Korea Selatan mengungkapkan bahwa istilah YONO telah menjadi slogan gaya hidup yang lebih bijak setelah terjadi. Lalu kenapa bisa menyebar sampai ke Indonesia? 

Tahun Baru, Harga Tinggi Menyerbu!

Mari kita ulas balik peristiwa apa saja yang terjadi di bulan Januari, salah satunya adalah meroketnya harga bahan pokok di pasar, mulai dari cabai merah keriting, cabai rawit, minyak goreng, Padahal barang yang sudah disebutkan sangat dibutuhkan dalam sehari-hari.

Tidak hanya bahan pokok yang naik harganya, ketidakstabilan ekonomi global menyebabkan kenaikan harga BBM di Indonesia. Menyambut awal tahun, PT. Pertamina harus menaikkan harga BBMnya dengan pertimbangan penyesuaian harga pasar dunia. Disusul dengan Shell dan BP Petroleum yang menaikkan harga BBMnya sesuai Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No 245.K/MG.01/MEM.M/2022 yang merupakan revisi dari Kepmen No 62 K/12/MEM/2020 terkait formula dasar BBM.

Kesadaran Bahwa yang Berlebihan Tidak Baik

Kesadaran bahwa mengonsumsi barang secara berlebihan itu tidak baik dilatarbelakangi oleh kampanye overconsumerism yang sempat menjadi perbincangan di media sosial. 

Tidak sedikit dari kita mungkin tidak menyadari bahwa apa yang kita lihat di media sosial akan mempengaruhi perilaku kita dalam membeli suatu barang dan/atau jasa. Akhir-akhir ini banyak sekali video beredar mengenai pembelian barang dalam jumlah yang masif dengan dalih "endorse" atau promosi.

Baca juga: Overconsumption, Apakah Memang Kita Benar-benar Butuh Barangnya?

Sebagai audiens yang bijak kita tentu tidak akan membeli barang yang tidak kita butuhkan. Sayangnya ada juga orang-orang yang tergoda untuk ikut membeli barang dalam jumlah yang masif. Aksi implusif ini disebut sebagai "online implusive behaviour", di mana seseorang akan langsung membeli barang tanpa memperhatikan skala prioritas dan apakah barang tersebut dibutuhkan nantinya.

Banyak yang semakin sadar bahwa dengan kondisi ekonomi yang tidak pasti, prinsip YOLO dengan membeli banyak barang dengan pemikiran bahwa "belum tentu besok diskon" atau "beli aja, uang bisa dicari, tapi barang limited edition tidak datang 2 kali" sudah tidak relevan bagi beberapa orang di tahun 2025.

Prinsip YONO berhubungan dengan upaya untuk lebih mindful dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Banyak Gen Z yang mulai memilih untuk menginvestasikan waktu dan uang mereka pada hal-hal yang benar-benar memberikan manfaat dan kebahagiaan yang lebih tahan lama, seperti hobi yang ditekuni, pendidikan, atau bahkan quality time dengan keluarga dan sahabat.

Apakah Kawan GNFI termasuk dalam mereka yang mulai menerapkan gaya hidup YONO? Jika ingin mencobanya, yuk kita coba lebih mendalami beberapa langkah praktis untuk memulai perjalanan hidup dengan prinsip YONO di tahun 2025 ini.

1. Kurangi Pembelian Impulsif

Saat melihat barang yang sedang tren atau diskon besar-besaran, cobalah untuk menahan diri sejenak. Tanyakan pada diri sendiri, dengan panduan pertanyaan berikut:

  1. Apakah barang tersebut benar-benar saya butuhkan?
  2. Apakah barang tersebut dibutuhkan pada saat ini?
  3. Apakah barang tersebut dapat memberikan manfaat dalam jangka waktu panjang?
  4. Apakah barangnya dapat ditunda pembeliannya?
  5. Apakah saya memiliki uang yang cukup untuk membelinya?
  6. Apakah barang tersebut lebih penting dibandingkan kebutuhan dasar saya

Dengan mempertimbangkan lebih dalam sebelum membeli, Kawan GNFI bisa menghindari pembelian impulsif dan lebih bijak dalam mengelola pengeluaran.

2. Fokus pada Pengalaman

Banyak orang Gen Z yang memilih untuk mengalokasikan sebagian besar uang mereka pada pengalaman, seperti traveling, ikut melihat konser, atau mengikuti kursus keterampilan baru. Pengalaman seperti ini sering kali memberikan kenangan yang lebih berharga daripada barang-barang materi yang bersifat sementara.

3. Mendukung Produk Lokal dan Berkelanjutan

YONO juga sejalan dengan tren keberlanjutan. Memilih untuk membeli produk lokal yang ramah lingkungan dan mendukung merek yang memiliki nilai-nilai keberlanjutan bukan hanya membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif pada perekonomian lokal.

4. Investasi dan Self-appreciate

Salah satu aspek utama dari YONO adalah berfokus pada kebutuhan pribadi, baik itu secara fisik, mental, maupun emosional. Investasikan waktu dan energi untuk merawat diri sendiri, mulai dari olahraga teratur hingga menjaga keseimbangan mental melalui meditasi atau hobi yang menyenangkan.

Gaya hidup YONO mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang, namun dengan semakin banyaknya individu yang mulai menganut prinsip ini, ada kemungkinan besar bahwa tren ini akan terus berkembang dan makin banyak orang yang merasa lebih puas dengan memiliki "satu" yang benar-benar berarti. Jadi, apakah Kawan GNFI tertarik untuk mencoba gaya hidup YONO di tahun 2025?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AO
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.