Pernahkah Kawan GNFI mendengar istilah CSA? CSA atau Climate Smart Agriculture adalah sebuah pendekatan sistematis untuk mengelola sumber daya pertanian.
CSA bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan. Tidak hanya itu, metode ini juga diklaim dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatkan penyerapan karbon.
Sistem CSA menawarkan berbagai cara untuk mengurangi emisi GRK, seperti melalui pengelolaan tanah yang lebih baik, pengelolaan air yang efisien, penggunaan pupuk yang lebih baik, pilihan varietas tanaman, dan pengelolaan sisa tanaman.
Kawan GNFI, perubahan iklim memaksa petani untuk lebih dapat menyesuaikan keadaan. Perubahan iklim yang sangat ekstrem mendorong terjadinya berbagai bencana, seperti degradasi sumber daya lahan dan air, hingga kerusakan pada infrastruktur.
Selain itu, banjir dan kekeringan juga menjadi momok menakutkan di dunia pertanian. Di sisi lain, perubahan tersebut juga mendorong semakin banyaknya serangan hama dan penyakit tanaman yang menyebabkan kerusakan fatal.
CSA atau yang juga disebut sebagai pertanian cerdas iklim menjadi panduan bagi petani untuk mengembangkan strategi pertanian demi mengamankan ketahanan pangan berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk menghadapi kondisi dampak perubahan iklim (DPI).
Hemat Air dan Biaya, Ini Dia IPHA: Metode Budi Daya Padi yang Bakal Diterapkan di Seluruh Indonesia
CSA Dipakai untuk Menanam Apa?
Menukil dari pustaka.setjen.pertanian.go.id yang dikelola Kementerian Pertanian, metode CSA dapat digunakan untuk komoditas pertanian padi dan non-padi. CSA berfokus pada beberapa pilar utama, yakni meningkatkan produktivitas dan pendapatan pertanian secara berkelanjutan dan beradaptasi serta membangun ketahanan pangan terhadap perubahan iklim.
Di sisi lain, CSA juga berfokus untuk mengurangi atau meminimalkan gas rumah kaca, dan mengoptimalkan pemanfaatan berbagai sumber daya.
Kawan, kegiatan CSA diutamakan pada komoditas padi. Namun, komoditas selain padi juga dapat dilakukan dengan disesuaikan pada kondisi lapangan.
Kementan menyebut jika komoditas selain padi diutamakan pada tanaman semusim yang bernilai tinggi, di antaranya sayuran, palawija, buah-buahan, tanaman hias, dan empon-empon atau rimpang.
Penerapan CSA di Indonesia
Beberapa contoh penerapan metode CSA di Indonesia adalah:
- Sistem pertanian terintegrasi
Sistem ini menggabungkan tanaman, ternak, dan perikanan dalam satu sistem untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.
- Penggunaan pupuk organik
Penggunaan pupuk jenis ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan kesuburan tanah.
- Irigasi tetes
Irigasi tetes dapat membantu petani untuk menghemat air dan meningkatkan efisiensi penggunaan air.
- Penggunaan varietas unggul
Petani perlu menggunakan varietas tanaman yang unggul serta tahan terhadap hama serta penyakit. Hal ini juga dapat membantu menekan penggunaan pestisida kimia.
Kawan GNFI, metode CSA diharapkan dapat mendukung pertanian berkelanjutan dan memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.
Krisis Beras di Malaysia, Parlemen Malaysia Minta Belajar ke Menteri Pertanian Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News