Swasembada pangan menjadi salah satu goals yang ingin dicapai Indonesia. Kemandirian ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri tanpa bergantung pada produk impor.
Demi mewujudkan cita-cita itu, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) melakukan berbagai upaya. Salah satu cara yang digadang-gadang “sukses” memberikan hasil maksimal adalah penerapan metode IPHA.
IPHA atau Irigasi Padi Hemat Air adalah sebuah metode dalam teknik budi daya padi dengan sistem pengeloaan tanaman, air, dan tanah. IPHA bertujuan untuk meningkatkan penggunaan air yang efektif, efisien, dan proporsional.
Selain itu, metode ini juga berfungsi untuk meningkatkan luas area pertanaman. Lewat metode ini, diharapkan produksi dan pendapatan petani ikut meningkat.
Dari Irigasi hingga PLTA, Inilah Peran Bendungan untuk Ketahanan Air dan Pangan Nasional
IPHA yang hemat biaya plus hemat air
Daerah Irigasi (DI) Rentang yang melayani lahan pertanian di Kabupaten Majalengka, Cirebon, dan Indramayu, menjadi salah satu tempat yang berhasil menerapkan metode IPHA sejak 2024. IPHA yang dilakukan di daerah Kabupaten Cirebon itu dianggap sukses karena berhasil membuat petani lebih menggemat air dan bibit.
Kendati menggunakan air dan bibit yang lebih sedikit, IPHA terbukti membuat hasil tani masyarakat sekitar meningkat. Proyek percontohan IPHA di DI Rentang ini dilakukan pada lahan seluas 85.867 ha.
Penerapan metode serupa ini rencananya bakal dilanjutkan di DI Kamun dengan luas kurang lebih 2.000 ha. Di sisi lain, IPHA juga direncanakan untuk diterapkan di seluruh Indonesia untuk mendukung swasembada pangan lewat metode yang jauh lebih hemat air dan bibit.
Menurut Direktur Jenderal SDA, Ir. Bob Arthur Lambogia, M.Si., penerapan IPHA dapat menghemat air hingga 30 persen. Petani juga dapat menghemat biaya karena hanya membutuhkan benih sebanyak 10 kg/ha.
“Dengan IPHA, pemakaian air lebih hemat kurang lebih 30%, hemat biaya hanya butuh benih 10 kg/ha, dan hemat waktu panennya lebih cepat karena ditanam bibit muda. Hasilnya terbukti dapat meningkatkan produksi hingga mencapai 11 ton/ha,” terangnya melalui rilis Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang dihimpun Minggu (5/1/2025).
Kawan GNFI, lewat penghematan air di metode ini, suplai air yang tersisa bisa digunakan ke area lain pada musim kemarau. Dengan demikian, Indeks Pertanaman (IP) dapat meningkat hingga 30 persen.
Metode IPHA turut didukung penuh oleh para petani milenial yang terlibat di dalamnya. IPHA disebut memberikan lebih banyak keuntungan bagi petani karena biaya yang dikeluarkan hanya sedikit, tetapi hasilnya tetap bagus.
“Dari sisi konsumsi air yang lebih hemat, bibit lebih sedikit, namun hasilnya juga bagus, hanya saja kendalanya para tenaga tanam masih perlu penyesuaian dengan metode ini,” ujar salah satu petani milenial.
Kawasan Pertanian Modern Segera Dibangun, Dorong Swasembada Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News