Pernahkah kamu berpikir bagaimana pendidikan bisa lebih inklusif bagi semua orang? EDLEVATE 3.0: Equal Access, Equal Opportunity adalah sebuah inisiatif lokal dari AIESEC di UPNVJ yang berkomitmen mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 4: Pendidikan Berkualitas.
Program ini berfokus pada mendukung anak-anak dengan disabilitas, khususnya tunarungu, dengan meningkatkan kesadaran dan memperjuangkan kesempatan pendidikan yang setara.
Melalui kegiatan interaktif dan bermakna, EDLEVATE 3.0 mengajak para pemimpin muda untuk beraksi demi masa depan yang lebih inklusif.
Pendidikan seharusnya dapat diakses oleh semua orang, tetapi kenyataannya banyak anak dengan disabilitas yang masih menghadapi tantangan dalam mendapatkan pembelajaran berkualitas yang mereka butuhkan.
EDLEVATE 3.0 hadir untuk mengubah hal tersebut dengan memberdayakan individu melalui pengetahuan, meningkatkan literasi bahasa isyarat, dan menginspirasi komunitas untuk lebih inklusif.
Memberdayakan Impact Drivers untuk Pendidikan Berkualitas
Memahami seluk-beluk pendidikan berkualitas memerlukan wawasan dari para ahli. Oleh karena itu, program AIESEC in UPNVJ mengundang enam pendidik berpengalaman yang akan mengadakan serangkaian sesi pelatihan untuk calon Impact Drivers.
Sesi-sesi ini, yang dikenal sebagai "Edlevate Webinar Series," dijadwalkan enam kali pada hari yang berbeda, memberikan peserta pengetahuan dan keterampilan praktis untuk mempromosikan pendidikan inklusif dan berkualitas.
Kegiatan tersebut diawali dengan sesi Dive Into a World, yang dibawakan oleh Dea Resti Fransiska, seorang guru di SLB Negeri Bangkinang Kota.
Sesi ini mengandung pemahaman lebih lanjut mengenai SDG 4: Pendidikan Berkualitas dan sharing dari pengalaman pembicara terkait kontribusinya terhadap SDG 4.
Selanjutnya merupakan sesi Voice of Change yang dibawakan oleh Yanda Maria Elsera Sinaga sebagai penerjemah bahasa isyarat di Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat Indonesia.
Sesi ini memberikan gambaran mengenai tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh individu yang ahli di bidang ini di Indonesia, termasuk permasalahan terkait aksesibilitas, pendidikan, dan inklusi sosial.
Dalam sesi di hari berikutnya, yaitu Empowering The Abilities, di mana merupakan sesi menarik. Fokusnya pada kisah inspiratif Fransiskus Dwi Susanto yang merupakan orangdi balik penciptaan sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mendukung individu yang menggunakan bahasa isyarat, Indosign.
From Exclusion to Inclusion, di mana pada sesi ini, Rully Anjar Arifianto. Pria yang berprofesi sebagai guru di Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat Indonesia itu membagikan pengalaman pribadinya dalam mengajar, dengan fokus pada siswa penyandang disabilitas.
Sesi selanjutnya dibawakan oleh Antoni Tsaputra, S.S, MA, Ph.D, seorang dosen di Universitas Negeri Padang. Sesi Living My Authenticity ini memberikan perspektif unik dari penyandang disabilitas, mengeksplorasi bagaimana mereka diperlakukan oleh orang-orang di sekitar mereka dan bagaimana seharusnya mereka diperlakukan.
Lalu sesi terakhir, yaitu Unlocking Potential di mana pada sesi ini Impact Drivers akan diperkenalkan dasar-dasar bahasa isyarat, dengan fokus pada BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) oleh Phieter Angdika, seorang Penerjemah Tuli dari Ibtisamah Mulia.
Team Building dan Kolaborasi dalam Off the Clock
Program dimulai dengan Off the Clock, sesi yang menyenangkan di mana peserta terlibat dalam tantangan tim yang menarik. Kegiatan ini mendorong kolaborasi dan membantu peserta saling mengenal sambil membangun koneksi yang kuat.
Memberdayakan Siswa Melalui LEADvation
Pendidikan adalah alat yang kuat untuk transformasi. Dalam LEADvation, Impact Drivers turun ke SMAN 74 Jakarta untuk mengajarkan siswa SMA tentang SDG 4 dan pentingnya inklusivitas.
Mereka juga mempelajari bahasa isyarat dasar dan mengikuti sesi kerajinan kreatif, menjadikan pembelajaran interaktif dan berdampak.
Menghadirkan Pemahaman melalui Belajar dan Berlatih dengan Teman Tuli
Memahami pengalaman langsung sangat penting untuk menciptakan perubahan yang positif. Dalam program Belajar dan Berlatih, Impact Driversberinteraksi dengan Teman Tuli dari Menembus Batas, mengenal kehidupan sehari-hari mereka, dan berlatih bahasa isyarat. Sesi ini juga bertujuan untuk membangun empati, kesadaran, dan keterampilan komunikasi.
Memperkuat Koneksi di Jaringan Nasional dan Internasional
Jaringan itu penting dalam kepemimpinan. Di Ruang Jaringan Nasional, Change Makers bisa terhubung dengan AIESEC di UNILA (MAHIDANA) untuk saling berbagi ide dan pengalaman, serta memperkuat kerja sama antara komite lokal agar dampaknya semakin luas.
Pendidikan adalah isu global, dan belajar dari berbagai budaya bisa membuka wawasan kita. Di Ruang Jaringan Internasional, Impact Drivers bertemu dengan AIESEC di Waseda, Jepang, untuk belajar bagaimana negara lain menangani masalah akses pendidikan yang inklusif.
Menciptakan Dampak yang Berkelanjutan
EDLEVATE 3.0 bukan hanya program, melainkan juga sebuah gerakan untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif. Lewat pendidikan, kolaborasi, dan advokasi, EDLEVATE 3.0 memberikan kekuatan pada pemimpin muda untuk jadi agen perubahan yang memastikan akses pendidikan yang setara untuk semua.
Inisiatif ini terus menginspirasi banyak orang untuk lebih mengutamakan inklusivitas dan menunjukkan bahwa setiap anak punya hak untuk belajar dan berkembang.
Impact Drivers tidak hanya mendapatkan wawasan dan pengalaman berharga, tetapi juga berkesempatan memperoleh berbagai keuntungan tambahan, seperti akses ke Poplite dari Populix guna memperdalam pemahaman dalam riset dan analisis data.
Penutupan Edlevate 3.0 menegaskan komitmen AIESEC in UPNVJ dalam mendukung SDG 4: Pendidikan Berkualitas dengan menghadirkan akses pembelajaran yang inklusif bagi semua, termasuk individu dengan disabilitas.
Program ini membuktikan bahwa edukasi yang setara dan berbasis aksi dapat membuka peluang bagi setiap orang untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan, serta berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif di masyarakat.
Sementara, program tersebut pun tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam bagi setiap pesertanya. Salah satunya adalah Fanisha Shifa Amelia, mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Jakarta, yang membagikan pengalamannya.
"Mengikuti Edlevate 3.0 adalah pengalaman luar biasa yang memberiku kesempatan untuk berkontribusi pada SDGs 4 sekaligus mengembangkan keterampilan. Aku banyak belajar dari diskusi dengan siswa, materi tentang disabilitas dari pembicara inspiratif, serta bekerja sama dengan tim yang beragam—bahkan bisa bertemu Teman Tuli! Volunteering di sini semakin menumbuhkan semangatku untuk mendukung akses pendidikan yang inklusif sekaligus meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Melihat dampak nyata dari upaya kecil dalam sesi offline membuatku semakin termotivasi untuk terus berkontribusi di dunia pendidikan!"
Sementara itu, dengan berakhirnya Edlevate 3.0, AIESEC in UPNVJ semakin memperkuat komitmennya dalam menciptakan lingkungan belajar yang menjunjung inklusivitas. Program ini membuktikan bahwa edukasi dan aksi nyata dapat berjalan beriringan untuk menciptakan ruang yang lebih terbuka bagi semua.
Dengan terus mengedepankan nilai-nilai kesetaraan dalam pendidikan, Edlevate 3.0 menjadi langkah nyata dalam mendukung akses belajar yang inklusif bagi seluruh individu, tanpa terkecuali.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News