krisis banjir jakarta belajar dari belanda dan china dalam mengatasi dan mencegah masalah banjir - News | Good News From Indonesia 2025

Krisis Banjir Jakarta, Belajar dari China dan Belanda dalam Mengatasi dan Mencegah Banjir

Krisis Banjir Jakarta, Belajar dari China dan Belanda dalam Mengatasi dan Mencegah Banjir
images info

Kawan GNFI pernah terbayangkan tidak bangun tidur ternyata kasur sudah basah terendam air? Yah, itu lah yang sering terjadi pada teman-teman kita yang tinggal di wilayah Jakarta. Banjir bukanlah masalah yang baru di Ibu kota. Rasanya Jakarta dan banjir sudah seperti teman akrab di musim hujan.

Menurut data dari geo.mapid, dalam kurun waktu 2016-2020 wilayah Jakarta sudah dilanda banjir sebanyak 50 kali. Pantaubanjir.jakarta.go.id juga mencatat bahwa pada puncak banjir di kurun waktu tersebut ada sekitar 77.787 jiwa yang terdampak. 

Nah, Kawan GNFI tahu nggak kalau China dan Belanda ternya resiko banjir yang tinggi seperti Jakarta namun berhasil mengatasi masalah ini? Kira-kira bagaimana strategi kedua negara tersebut dalam menghadapi masalah ini? Yuk kita pelajari bersama!

Belanda: Menguasai Air dengan Teknologi Canggih

Mengapa Belanda Rawan Banjir?

Menurut themasites.pbl.nl, sekitar 59% wilayah Belanda beresiko tinggi terkena banjir. Hal ini disebabkan karena lebih dari seperempat wilayahnya berada di bawah permukaan air laut. Resiko banjir semakin diperparah dengan banyaknya penduduk yang tinggal di sekitar sungai Rhine dan Meuse.

Sumber yang sama juga menyebutkan, saat ini hampir 70% warga Belanda tinggal di daerah rentan banjir. Tingginya arus urbanisasi dari tahun ke tahun dan krisis iklim global yang semakin parah turut meningkatkan resiko banjir di Negeri Kincir.

Bagaimana Mereka Mengatasinya?

Belanda dikenal sebagai negara yang sangat serius dalam mengatasi masalah banjir. Salah satu inovasi utamanya adalah Delta Works, sistem pertahanan laut raksasa yang terdiri dari bendungan dan pintu air otomatis untuk melindungi daratan dari pasang surut dan badai. Dilansir dari laman english.deltaprogramma.nl, dalam program ini pemerintah membangun tanggul sepanjang 1.500 km dan meningkatkan performa lebih dari 400 struktur teknis anti banjir.

Selain itu, Belanda juga menerapkan sistem manajemen air yang terintegrasi. Seluruh air yang ada di Belanda dikelola dengan baik mulai dari tingkat nasional yang bertanggung jawab dalam sistem pertahanan melalui tanggulnya hingga kotamadya yang bertugas mengelola pembuangan limbah dan air hujan. Di sini, air hujan yang mengalir di kanal-kanal dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan dijaga kebersihannya agar populasi ikan tetap stabil.

China: Sistem Sponge City

Mengapa China Rawan Banjir?

Berdasarkan jurnal Water yang terbit tahun 2022, China termasuk kedalam daftar negara yang berisiko tinggi terkena banjir. Hal ini disebabkan karena negara ini terletak di tepi barat Samudra Pasifik yang rentan terhadap badai tropis dan kenaikan permukaan air laut.

Selain itu, kondisi bagian timur China yang didominasi dengan dataran alluvial dan kaki bukit yang luas menjadikan sungai-sungai utama seperti Sungai Mutiara, Yangtze, dan Sungai Huang He rentan terendam banjir. Kondisi iklim Negeri Panda yang dipengaruhi oleh angin muson dengan tingkat curah hujan yang tinggi juga turut meningkatkan angka resiko banjir di negara ini.

Bagaimana Mereka Mengatasinya?

Untuk mengatasi masalah banjir, pemerintah China telah menerapkan kebijakan yang fokus terhadap pembangunan infrastuktur tahan banjir seperti dam dan waduk hingga penerapan tata kelola lahan. Salah satu strategi pemerintah Negeri Tirai Bambu yang terkenal adalah penerapan program 'Sponge City', kawasan perkotaan yang dirancang untuk menyerap air saat banjir.

Berdasarkan brasildefato.com.br, ada 16 kota yang ditunjuk sebagai sponge city dimana setiap kota membangun jalan dan trotoar dengan bahan yang dapat menyerap air, menambah atap hijau, dan membangun taman hujan. Dengan program ini limpasan air hujan dapat diserap maksimal dan dikumpulkan sebagai cadangan air bersih di bawah tanah. 

Baca juga:Gerak Cepat, Upaya Pemprov DKI Jakarta Hadapi Banjir yang Melanda

Bagaimana dengan Jakarta?

Merujuk pada laman pantaubanjir.jakarta.go.id, mirip seperti kedua negara yang telah dibahas, DKI Jakarta merupakan dataran rendah yang berada di antara hulu sungai dan pesisir. Saat ini Pemprov DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi banjir, seperti memperbaiki sistem drainase Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur, normalisasi sungai, hingga pembangunan proyek Giant Sea Wall.

Sayangnya, jika dibandingkan dengan proyek Delta Works di Belanda, sistem pertahanan banjir di Jakarta masih banyak kekuarangan, baik dari segi teknologi maupun infrastruktur. Sementara itu, meskipun sudah ada beberapa proyek taman resapan air di Jakarta, skala implementasi proyek ini masih jauh dari optimal jika dibandingkan dengan konsep Sponge City di China. 

Salah satu tantangan utama Jakarta dalam menghadapi banjir adalah kencangnya arus urbanisasi. Arus urbanisasi yang tidak terkontrol mempersempit area resapan air dan meningkatkan beban drainase. 

Berbeda dengan Belanda yang memiliki perencanaan tata kota yang ketat dan sistem pengelolaan air yang terintegrasi, Jakarta masih menghadapi kendala seperti alih fungsi lahan yang tidak terkontrol dan minimnya koordinasi antarinstansi. Selain itu, faktor sosial-ekonomi juga turut memperburuk kondisi. Banyak warga yang tinggal di daerah rawan banjir karena keterbatasan lahan dan faktor ekonomi, membuat mereka lebih rentan terhadap dampak banjir tahunan.

Melihat strategi Belanda dan China, ada beberapa langkah yang bisa diadaptasi untuk Jakarta. Peningkatan sistem drainase berbasis teknologi, pengembangan kawasan hijau yang lebih luas, serta regulasi yang lebih ketat terhadap pembangunan di daerah rentan banjir bisa menjadi solusi jangka panjang.

Selain itu, partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan sungai dan memanfaatkan teknologi seperti sistem peringatan dini berbasis AI dapat membantu mengurangi risiko banjir. Dengan strategi yang lebih komprehensif dan komitmen dari semua pihak, bukan tidak mungkin Jakarta bisa menjadi kota yang lebih tangguh terhadap banjir.

Bisakah Jakarta Bebas Banjir?

Banjir adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan solusi jangka panjang. Belanda dan China telah menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat bisa mengurangi dampak banjir. Dengan komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat, Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia juga bisa menjadi lebih tahan terhadap banjir. 

Nah, kalau menurut kawan GNFI kira-kira strategi apa yang cocok untuk diterapkan di Indonesia?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.