Tahukah kawan GNFI? Jika berbicara mengenai Nusantara, tidak ada habis-habisnya. Sebab, negeri kita tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya akan suku, budaya, dan agama. Dilansir dari situs Indonesia.go.id, Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa.
Dengan beraneka ragamnya ribuan suku di negeri Nusantara, maka tentu terdapat budaya dan makanan yang memiliki variasi cita rasa. KalauKkawan GNFI pernah belajar sejarah, tentu mengetahui bahwa alasan utama Indonesia memiliki budaya dan makanan yang begitu beraneka ragam tidak bisa dipisahkan dengan faktor historis.
Berdasarkan teori Yunan, bangsa China Selatan (Yunan) merupakan bangsa yang pertama kali datang ke negeri Nusantara sekitar 1.500 SM.
Bangsa Yunan migrasi ke negeri Nusantara karena pada saat itu wilayah Yunan mengalami bencana alam besar (banjir dan tanah longsor), serangan dari bangsa lain, dan mencari tanah yang subur. Oleh karena itu, lahirlah bangsa proto melayu dan deutro melayu.
Pada abad ke-1 M, bangsa India melakukan hubungan dagang dengan Nusantara, seperti beras, emas, dan rempah-rempah berdasarkan bukti arkeologis dari penulis Yunani bernama Claudius Plotomeus.
Dengke Mas Naniura, Makanan Tradisional Khas Batak Toba yang Dulunya Dihidangkan untuk Raja
Bangsa India melakukan perdagangan di Negeri Nusantara mencakup daerah sepanjang Sumatra, pantai utara Jawa, Kalimantan, hingga Bali.
Akibat interaksi dagang antara India dan Indonesia sangat baik, akhirnya agama Hindu-Buddha semakin tersebar hingga berdiri kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara termasuk Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Kutai, dan lain-lain.
Pada abad ke-6 M, agama Islam lahir di Mekkah, Arab Saudi. Kemudian, agama Islam menyebar ke wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Penyebaran agama Islam tidak hanya dilakukan oleh bangsa Arab, tetapi juga dilakukan oleh bangsa India di Samudra Pasai (Kota Lhokseumawe), Aceh melalui perdagangan, pernikahan, dan pembentukan pemerintahan (kesultanan) berdasarkan catatan Marco Polo.
Dengan banyaknya bangsa-bangsa migrasi ke negeri Nusantara, maka banyak makanan khas Nusantara mengalami akulturasi budaya.
Oleh karena itu, makanan khas Nusantara memiliki variasi cita rasa dan rempah-rempah yang kuat. Salah satu makanan yang mengalami akulturasi budaya adalah roti jala.
Roti Jala, Makanan Akulturasi Budaya Melayu dan India
Roti jala merupakan makanan khas Melayu yang sudah mengalami akulturasi budaya India di mana roti tersebut mirip seperti roti prata. Kalau Kawan GNFI pernah liburan ke Singapura atau Malaysia, tentu akan menemukan roti jala di sepanjang jalan.
Roti jala tidak hanya dijumpai di Malaysia dan Singapura, tetapi juga sering dijumpai di daerah sebagian besar Pulau Sumatra termasuk Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, hingga Jambi.
Pakat, Makanan Tradisional Khas Mandailing yang Menjadi Takjil Andalan saat Ramadan
Mengapa diberi nama “Roti Jala”? Sebab, roti tersebut memiliki filosofis bahwa sebagian besar mata pencaharian suku Melayu adalah nelayan sehingga bentuk rotinya seperti jala untuk memancing ikan.
Roti jala asli memiliki rasa asin. Namun, karena seiring perkembangan zaman di mana masyarakat melayu lebih suka rasa manis dan gurih, maka roti jala yang dijumpai di sebagian besar Pulau Sumatra memiliki rasa asin dan manis.
Pada umumnya, roti jala sering diperjualbelikan pada saat takjil. Penasaran nih dengan proses pembuatan roti jala? Ayo, simak di bawah ini!
Bahan roti jala:
- 175 gram tepung terigu
- 2 butir telur
- 350 ml susu cair
- ½ sendok teh garam
- 2 sendok makan minyak goreng
Cara membuat roti jala:
- Campurkan tepung terigu dan garam ke dalam baskom.
- Tuangkan telur dan susu secara perlahan sambil diaduk hingga rata.
- Diamkan selama 30 menit agar adonan tersebut mengembang.
- Masukkan adonan tersebut ke dalam botol dan jangan lupa di bagian tutup botol dilubangi.
- Panaskan minyak goreng dengan api kecil.
- Pada saat minyaknya panas, tuangkan adonan yang di botol ke panci seperti jala.
- Jika warnanya kuning sedikit kecokelatan, roti jala sudah matang dan siap untuk disajikan.
Makanan tersebut sangat cocok disajikan dengan kuah kari ayam atau kambing, gulai sapi atau kambing, teh tarik, dan acar timun.
Apalagi kalau Kawan GNFI makannya pada saat buka puasa bersama keluarga atau teman terdekat, tambah nikmat rasanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News