Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat dikenal sebagai rumah bagi beberapa spesies primata endemik, termasuk beruk Mentawai (Macaca pagensis), yang juga dikenal sebagai siteut atau bokoi.
Beruk Mentawai adalah primata dengan status kritis (critically endangered) di alam dan tidak dapat ditemukan di wilayah lain selain Kepulauan Mentawai. Habitat utamanya adalah hutan hujan tropis di pulau-pulau seperti Siberut, Sipora, dan Pagai, dengan populasi yang terus menurun akibat ancaman deforestasi, perburuan, serta hilangnya habitat.
Habitat dan Persebaran
Menurut Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia atau YIARI, beruk Mentawai hidup di hutan hujan tropis Kepulauan Mentawai, yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi berkat isolasi geografisnya selama ribuan tahun. Hutan ini menyediakan beragam sumber makanan seperti buah, daun, dan serangga, yang menjadi bagian dari diet beruk Mentawai. Namun, pembukaan lahan untuk pertanian dan pembalakan menyebabkan penyusutan habitat alami mereka, sehingga populasi primata ini terus menurun.
RRI menyebutkan, bahwa isolasi geografis Kepulauan Mentawai telah memungkinkan evolusi spesies unik seperti beruk Mentawai. Sayangnya, deforestasi yang terjadi di kawasan tersebut menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup spesies ini. Mereka kini hanya tersebar di beberapa pulau utama, dengan semakin terbatasnya area tempat tinggal dan mencari makan.
Ciri Fisik dan Adaptasi
Beruk Mentawai memiliki bulu tebal berwarna abu-abu gelap dengan ekor pendek, yang membedakannya dari primata lain di Indonesia. Menurut YIARI, mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka di pepohonan, memanfaatkan cabang-cabang pohon sebagai tempat bergerak dan mencari makanan. Spesies ini juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik dalam memilih buah-buahan yang matang dan bergizi, sehingga berperan penting dalam proses penyebaran biji di hutan hujan tropis Mentawai.
Dengan sistem sosial yang kompleks, beruk Mentawai hidup berkelompok dan memiliki hierarki yang menentukan akses terhadap makanan dan pasangan. Dilansir dari RRI, kelompok-kelompok ini bergerak di antara pepohonan, menunjukkan sifat arboreal mereka yang khas.
Tantangan Konservasi
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), status beruk Mentawai berada dalam kategori "kritis" di alam. Beberapa faktor yang menjadi tantangan dalam konservasi spesies ini antara lain adalah fluktuasi populasi, kehilangan habitat, konflik dengan manusia, penyakit, serta keterbatasan genetik akibat isolasi populasi.
Fluktuasi populasi sering kali dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan perubahan habitat. Selain itu, YIARI juga menjelaskan, bahwa pembukaan lahan untuk pertanian dan aktivitas manusia di sekitar habitat mereka memperbesar kemungkinan konflik, terutama ketika beruk Mentawai dianggap hama karena memasuki perkebunan penduduk setempat. Lebih lanjut, penyakit yang ditularkan manusia juga menjadi ancaman serius, mengingat spesies ini tidak memiliki kekebalan terhadap patogen dari luar lingkungan mereka.
Peran Masyarakat Lokal
Masyarakat di Kepulauan Mentawai memiliki peran penting dalam melindungi beruk Mentawai dan habitatnya. Pengetahuan tradisional masyarakat setempat tentang hutan dan spesies yang hidup di dalamnya sangat berharga dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka juga menerapkan praktik pertanian berkelanjutan dan berpartisipasi dalam program-program konservasi untuk melindungi satwa endemik seperti beruk Mentawai.
YIARI menyarankan, melalui edukasi dan peningkatan kesadaran lingkungan, masyarakat Mentawai turut melibatkan generasi muda dalam upaya pelestarian spesies ini. Dengan demikian, kelestarian beruk Mentawai dan ekosistem hutan Mentawai dapat terjaga, serta memberikan harapan bagi kelangsungan hidup spesies ini di masa depan.
Upaya Konservasi yang Diperlukan
Upaya konservasi beruk Mentawai membutuhkan strategi yang komprehensif, mencakup perlindungan habitat, pengelolaan konflik dengan manusia, penelitian lebih lanjut, serta kerjasama antara lembaga konservasi, pemerintah, dan masyarakat setempat. Pelestarian hutan tropis Kepulauan Mentawai tidak hanya penting untuk keberlangsungan hidup beruk Mentawai, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kekayaan hayati kawasan tersebut.
Dengan tindakan konservasi yang tepat, diharapkan populasi beruk Mentawai dapat dipertahankan dan terus menjadi bagian dari warisan keanekaragaman hayati Indonesia yang tak ternilai harganya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News