menilik tren pertumbuhan ekonomi indonesia di awal 2025 optimisme di tengah tantangan fiskal - News | Good News From Indonesia 2025

Menilik Tren Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Awal 2025, Optimisme di Tengah Tantangan Fiskal

Menilik Tren Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Awal 2025, Optimisme di Tengah Tantangan Fiskal
images info

Ekonomi Indonesia memasuki kuartal pertama 2025 dengan dinamika yang kompleks. Optimisme tetap ada berkat dorongan konsumsi domestik dan momentum musiman dari Ramadan serta Idulfitri.

Namun, di sisi lain, tekanan dari kebijakan fiskal yang lebih ketat serta perlambatan ekonomi global menjadi tantangan tersendiri.

Sebagaimana mengacu dari riset DBS Group Research, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di angka 5,1% secara tahunan, sedikit lebih tinggi dibandingkan 5,03% di 2024, dengan harapan pemulihan yang lebih kuat pada paruh kedua tahun ini.

Industri Perhiasan Indonesia Punya Peluang Besar Topang Ekonomi Nasional

Dorongan Pertumbuhan dari Konsumsi Domestik

Salah satu faktor utama yang menopang ekonomi Indonesia di awal 2025 adalah tingginya konsumsi domestik. Seperti pola tahunan sebelumnya, Ramadan dan Idulfitri menjadi momen puncak belanja masyarakat, mendorong sektor ritel, makanan dan minuman, hingga pariwisata.

Selain itu, kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga ikut berperan dalam menopang daya beli. Kenaikan upah minimum serta pertumbuhan upah riil yang lebih baik menjadi insentif bagi konsumsi rumah tangga.

Hal ini selaras dengan tren positif dalam Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terus menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional.

Di sektor perdagangan, meskipun surplus diprediksi menyempit akibat moderasi pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang, kinerja ekspor tetap menjadi faktor penting. Komoditas unggulan seperti nikel dan kelapa sawit masih menjadi penopang utama ekspor Indonesia.

Namun, di tengah prospek yang positif, terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Ramadan Bulan Penuh Berkah bagi UMKM, Momentum Besar untuk Meningkatkan Omzet

Tantangan Fiskal dan Ketidakpastian Global

Di sisi fiskal, kebijakan pemerintah dalam menahan belanja negara diperkirakan akan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemotongan anggaran dapat berdampak pada melambatnya investasi sektor swasta, terutama di bidang infrastruktur dan industri manufaktur.

Selain itu, lonjakan aktivitas ekonomi yang terjadi pada paruh pertama 2024 akibat pemilu membuat basis perbandingan tahun ini lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama di 2025 tampak lebih moderat dibandingkan tahun sebelumnya.

Faktor eksternal juga menjadi perhatian. Kebijakan tarif Amerika Serikat menjadi salah satu risiko yang harus diantisipasi.

“Tarif AS adalah risiko yang bersangkutan. Indonesia belum menjadi target secara langsung, meskipun hubungan yang kuat dengan Tiongkok mungkin akan menjadi sorotan,” ujar Senior Economist DBS Bank Radhika Rao.

Jika kebijakan tarif AS berdampak negatif terhadap ekonomi Tiongkok, efeknya bisa turut dirasakan oleh Indonesia, mengingat besarnya volume perdagangan kedua negara.

PMI Manufaktur Indonesia Tertinggi di ASEAN, Optimisme Industri Kian Menguat?

Inflasi Awal Tahun: Terendah dalam Dua Dekade

Salah satu fenomena menarik di awal tahun ini adalah turunnya inflasi Indonesia hingga -0,1% secara tahunan pada Februari 2025. Ini merupakan angka negatif pertama dalam lebih dari dua dekade.

Dibandingkan dengan inflasi Januari 2025 yang masih berada di angka 0,8%, penurunan ini cukup signifikan. Bahkan, rata-rata inflasi sepanjang 2024 yang tercatat 2,3% secara tahunan jauh lebih tinggi dibandingkan tren yang terlihat saat ini.

DBS Group Research mencatat bahwa deflasi ini bukan sepenuhnya disebabkan oleh lemahnya permintaan, melainkan dipengaruhi oleh faktor penawaran.

Salah satu penyebab utama adalah berakhirnya diskon tarif listrik pemerintah untuk pelanggan tertentu, yang sebelumnya memberikan efek penurunan harga.

Selain itu, kenaikan harga rokok, transportasi, dan harga minyak non-subsidi juga akan memberikan kontribusi terhadap inflasi dalam beberapa bulan ke depan.

Utang Luar Negeri Indonesia Kembali Alami Penurunan, Apa Sebabnya?



Harapan untuk Pemulihan Ekonomi Indonesia

Namun, DBS juga menegaskan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan terhadap risiko deflasi, karena tekanan harga musiman dari bahan makanan selama Ramadan dan Idulfitri kemungkinan akan mengerek kembali angka inflasi di kuartal kedua.

Meski demikian, dengan lemahnya inflasi di awal tahun ini, DBS Group Research menurunkan proyeksi inflasi tahunan untuk 2025 dari 2,2% menjadi 1,2% secara tahunan.

Pemerintah dan pelaku usaha kini dihadapkan pada tantangan untuk menjaga momentum ini, dengan memastikan kebijakan fiskal yang tepat serta meningkatkan daya saing industri nasional di tengah ketidakpastian global.

Meskipun awal tahun ini memberikan tantangan tersendiri, prospek ekonomi Indonesia masih cukup menjanjikan untuk tahun 2025 secara keseluruhan.

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.