Saat ini Indonesia sedang berada pada era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan adanya perkembangan pesat di dunia IT (Information and Technology). Revolusi Industri 4.0 menggabungkan teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), big data, dan otomasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam berbagai aspek kehidupan.
Proses otomasi yang dimaksud adalah proses menggantikan peran sumber daya manusia menjadi robot AI atau teknologi lain yang bisa meningkatkan produktivitas tanpa banyak menggunakan peran manusia. Proses otomasi bisa dilakukan untuk pekerjaan yang sifatnya berulang, mudah diprediksi dan berada di lingkungan yang terkontrol seperti perakitan buruh pabrik, operator mesin, data entry, atau aktivitas administratif.
Otomasi hasil revolusi industri 4.0 di Indonesia bisa dilihat dari adanya aplikasi teknologi digital seperti layanan transportasi daring yang memudahkan dalam bepergian, memesan makanan, mengantar barang, berbelanja, bahkan membeli obat hanya dengan menggunakan gadget.
Masyarakat tidak perlu lagi terhubung ke customer service untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut. Hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa peran manusia sebagai customer service bisa digantikan dengan teknologi.
Di era revolusi industry 4.0 juga banyak bermunculan layanan publik yang menambahkan kata electronic, seperti e-commerce, e-KTP, e-money, e-book dan yang lainnya, dibentuk pula berbagai inisiatif data nasional seperti Satu Data Indonesia dan Satu Peta Indonesia.
Pengaruh yang dibawa oleh revolusi industri 4.0 dalam kehidupan sehari-hari membawa dampak yang baik sekaligus meresahkan. Masyarakat dimudahkan dalam berbagai hal seiring berkembangnya teknologi.
Namun ada kekhawatiran dalam masyarakat bahwa otomasi pada pabrik-pabrik kini yang semakin banyak menggunakan robot dan sistem otomatis untuk produksi akan mengurangi kebutuhan akan pekerja manusia dalam tugas-tugas repetitif sehingga akan menimbulkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang besar dan mengakibatkan meningkatnya pengangguran.
Pekerja Indonesia dan Otomasi
Kondisi pekerja Indonesia secara garis besar menurut Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2024 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang bekerja pada Agustus 2024 sebanyak 144,64 juta orang, naik sebanyak 4,79 juta orang dari Agustus 2023.
Lapangan usaha yang mengalami peningkatan terbesar berada pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,31 juta orang. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2024 sebanyak 152,11 juta orang, naik 4,40 juta orang dibanding Agustus 2023. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2024 sebesar 4,91 persen, turun sebesar 0,41 persen dibanding pada Agustus 2023.
Jika dilihat dari data-data tersebut, dampak otomasi tidak terlihat secara signifikan dalam penurunan jumlah pekerja. Meskipun dengan adanya otomasi dan digitalisasi yang semakin berkembang, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa masih ada sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, terutama di bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Sementara itu, pada sektor industri pengolahan yang dekat dengan otomasi, pada Agustus 2024 BPS mencatat penurunan tenaga kerja sebesar 302.444 orang (4,72 persen) dari Agustus 2023. Sektor industri pengolahan mengalami penurunan tenaga kerja tertinggi, diikuti sektor pengangkutan dan pergudangan, dan sektor konstruksi.
Data dari Kementerian Perindustrian tahun 2024 mencatat jumlah tenaga kerja pada sektor industri tekstil dan industri pakaian jadi mengalami penurunan dibanding pada tahun 2023. Tenaga kerja pada sektor industri tekstil mengalami penurunan sebesar 7,5 persen dan sektor industri pakaian jadi mengalami penurunan 0,85 persen.
Terkait dengan PHK, menurut data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), pada periode Januari-November 2024 terdapat 64.751 pekerja yang terkena PHK di seluruh Indonesia. Pekerja ter-PHK paling banyak terdapat di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebanyak 14.501 pekerja, diikuti Provinsi Jawa Tengah sebanyak 12.492 pekerja dan Provinsi Banten sebanyak 10.992 pekerja.
Jumlah pekerja ter-PHK sepanjang tahun 2024 disumbang dari tiga sektor yaitu industri pengolahan sebanyak 28.336 pekerja. Berdasarkan data penurunan tenaga kerja dan data PHK terlihat bahwa sepanjang tahun 2024, sektor industri semakin terdampak oleh otomasi dan efisiensi bisnis dengan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia.
Prof. Dr.rer.soc. R. Agus Sartono, M.B.A. dalam dalam acara seminar nasional Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul menyatakan bahwa untuk menghadapi perkembangan revolusi Industri 4.0 SDM Indonesia harus berdaya saing dan perlu menyiapkan SDM terampil untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Hal ini sejalan dengan tiga tips yang disampaikan Brian Johnson dalam World Economic Forum Tahun 2017 agar pekerja bisa bertahan di tengah Revolusi Industri 4.0, yaitu dengan tidak berkompetisi dengan teknologi, bekerja sama dengan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan keluar dari zona nyaman dengan mempelajari skill baru yang belum tersentuh otomasi.
Walaupun beberapa pekerjaan menghilang, otomasi juga menciptakan lapangan kerja baru yang menuntut keterampilan digital, seperti analisis data, pengembangan perangkat lunak, dan manajemen sistem otomatis. Untuk itu, pekerja kini perlu menguasai keterampilan baru yang berhubungan dengan teknologi, seperti pemrograman dasar, pengoperasian sistem berbasis AI, serta pemahaman terhadap data dan analitik.
Selain itu, mengasah softskill seperti komunikasi, kreativitas, kepemimpinan, dan pemecahan masalah menjadi penting dikarenakan pekerja yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan bekerja sama dalam tim akan lebih sulit digantikan oleh mesin. Tantangan besar untuk mewujudkan SDM yang berupa kelompok angkatan kerja Indonesia yang unggul, profesional, produktif, berdaya saing tinggi, serta siap untuk menghadapi tantangan global tidak lepas dari pentingnya dukungan pemerintah.
Kebijakan yang tepat dan pelaksanaan yang konsisten khususnya pada bidang pendidikan diharapkan bisa menjadi jalan agar skill SDM di Indonesia bisa saling melengkapi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News