Beberapa pekan terakhir, jagat maya khususnya X (Twitter) diramaikan dengan trending #KaburAjaDulu. Jika ditelusuri lebih lanjut, hashtag tersebut merujuk pada ajakan untuk berpindah kewarganegaraan dari Indonesia ke negara lain. Fenomena seperti ini dikenal dengan istilah brain drain.
Brain drain sendiri merupakan fenomena emigrasi atau imigrasi secara besar-besaran (eksodus) oleh individu ke negera luar yang menjadi tujuannya. Tidak jarang, brain drain bahkan sering kali terjadi pada SDM unggul di dalam negeri.
Banyak tenaga kerja profesional, akademisi, dan mahasiswa yang memilih mencari peluang dan peruntungan di luar negeri. Melansir The Global Economy, Indonesia berada pada peringkat ke-88 dari 175 negara, peringkat indeks human flights and brain index, tahun 2024.
Bukan tanpa alasan, fenomena brain drain ini juga didasari oleh berbagai pertimbangan mulai dari faktor ekonomi, kualitas hidup yang lebih baik, atau bahkan karena adanya ‘kekacauan’ yang terjadi di negara sendiri.
Fenomena ini, sebetulnya sudah sejak lama terjadi. Pada tahun 1960-an, banyak mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di luar negeri kemudian memilih untuk tidak kembali ke tanah air hingga memilih berkarier di luar negeri.
Brain drain pun kian berlanjut dan diminati oleh generasi muda Indonesia. Sebagai contoh, menurut data Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum dan HAM menunjukan bahwa sebanyak 3.912 WNI di usia produktif 25-35 tahun, memilih berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura, dalam rentang tahun 2019 hingga 2022 lalu.
Sebenarnya apa yang menjadi penyebab fenomena ini menjadi begitu populer dan bahkan diminati SDM usia produktif di Indonesia? Dan apa saja dampak dari fenomena tersebut bagi negara yang ditinggalkan? Berikut penjelasan selengkapnya.
Faktor Penyebab Brain Drain
Faktor ekonomi dan kualitas hidup yang lebih baik
Gaji yang lebih tinggi sering kali menjadi pertimbangan banyak orang yang memutuskan untuk pindah ke luar negeri. Tidak hanya itu, kualitas hidup yang lebih baik seperti aspek pendidikan dan kesehatan juga jadi prioritas utama.
Di beberapa negara maju, para pekerja mendapatkan kompensiasi yang jauh lebih kompetitif jika dibandingkan dengan Indonesia.
Sistem tunjangan sosial yang lebih terjamin dan akses fasilitas publik yang berkualitas, keamanan yang lebih baik, serta lingkungan yang lebih bersih dan nyaman, turut menjadi faktor pendorong bagi banyak individu yang ingin menetap di luar negeri.
Dengan berbagai keuntungan ini, banyak tenaga profesional Indonesia merasa bahwa peluang untuk memiliki kehidupan yang lebih layak dan lebih besar jika mereka memilih untuk bekerja dan tinggal di luar negeri.
Lingkungan kerja atau belajar yang mendukung
Selain faktor ekonomi, banyak individu memilih untuk pergi ke luar negeri karena fasilitas dan lingkungan kerja atau belajar yang lebih mendukung. Di luar negeri, institusi pendidikan dinilai cenderung lebih menghargai inovasi dan kreativitas, hal ini tentu akan mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan ide-ide baru.
Sementara itu di lingkungan kerja, keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi pun lebih diperhatikan, karena adanya kebijakan seperti jam kerja fleksibel, cuti yang memadai, hingga kesempatan pengembangan diri dalam membangun karier.
Faktor-faktor ini membuat banyak individu merasa lebih dihargai dan memiliki peluang yang lebih baik untuk berkembang, baik secara akademik maupun profesional.
Stabillitas sosial dan politik
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi, jika kondisi politik punya pengaruh besar pada kondisi kehidupan sebuah masyarakat. Ketika sebuah negara memiliki kondisi politik yang stabil, maka akan tercipta lingkungan yang aman kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, investasi, dan kesejahteraan sosial masyarakatnya karena kebijakan yang konsisten.
Sebaliknya, ketidakstabilan politik dapat memicu adanya ketidakpastian pada berbagai sektor dan menurunkan kepercayaan masyarakat, lantaran kebijakan yang berubah-ubah.
Dampak Fenomena Brain Drain bagi Negara yang Ditinggalkan
Menurut Pakar Pengembangan Sosial dan Kesejahteraan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Hempri Suyatna, banyaknya SDM di usia produktif yang pindah kewarganegaraan tidak hanya menyebabkan kekurangan tenaga kerja terampil. Namun, juga dapat menyebabkan kesenjangan ekonomi antarnegara dan memperlambat percepatan pembangunan di Indonesia. Dilansir dari laman ugm.ac.id. Berikut ini dampak brain drain bagi negara yang ditinggalkan.
Kehilangan SDM unggul dan berkurangnya tenaga profesional
Ketika banyak individu dengan keahlian unggul memutuskan berkarier dan tinggal di luar negeri, Indonesia akan kehilangan SDM yang berpotensi besar dalam mendorong pertumbuhan di berbagai sektor strategis.
Akibatnya, perkembangan inovasi di dalam negeri menjadi lebih lambat karena berkurangnya tenaga ahli yang mampu menciptakan solusi baru dan bersaing di pasar global.
Lebih lanjut, fenomena brain drain dapat memperlebar kesenjangan antara Indonesia dan negara-negara maju, sehingga Indonesia berisiko menjadi lebih bergantung pada teknologi dan inovasi dari luar negeri, yang pada akhirnya dapat menghambat kemandirian dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Penurunan penerimaan pajak
Fenomena eksodus (brain drain) ini juga mempengaruhi penurunan penerimaan pajak yang dapat menghambat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara. Dalam sistem ekonomi, pajak penghasilan individu menjadi salah satu sumber utama pendapatan negara.
Jika semakin banyak individu atau tenaga profesional yang meninggalkan Indonesia untuk bekerja di negara lain, maka penerimaan pajak nergara semakin menyusut dan menyebabkan defisit pendapatan sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Terjadinya efek domino bagi generasi muda
Selain berdampak pada kondisi ekonomi negara, fenomena ini juga dapat menciptakan efek domino, khususnya bagi generasi muda lantaran brain drain memengaruhi pola pikir generasi berikutnya dan mengubah persepsi mereka terhadap prospek karier di tanah air. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan keterampilan di Indonesia.
Itu dia sederet ulasan dan penyebab hingga dampak dari fenomena brain drain. Fenomena ini memiliki dampak siginifikan.
Jika tidak diatasi dengan baik, akan memungkinkan terjadinya kesenjangan antara Indonesia dan negara-negara maju, baik dalam aspek inovasi, daya saing ekonomi, maupun kesejahteraan sosial.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News