berkunjung ke makam untuk bangsawan di surabaya puluhan bus peziarah datang minta hajat - News | Good News From Indonesia 2025

Berkunjung ke Makam untuk Bangsawan di Surabaya, Puluhan Bus Peziarah Datang Minta Hajat

Berkunjung ke Makam untuk Bangsawan di Surabaya, Puluhan Bus Peziarah Datang Minta Hajat
images info

Di Surabaya terdapat sebuah makam yang dikeramatkan oleh sebagian orang. Tempat yang bernama Makam Sunan Botoputih ini memang menjadi tempat peristirahatan terakhir para bangsawan di Jawa.

Dimuat dari Detik, makam yang berada di Jalan Pegirian, Surabaya ini menjadi bagian dari sejarah penyebaran Islam di wilayah Jawa Timur. Walau disebut sebagai sunan, sosok hidup pada abad ke-15 ini tidak seterkenal Sunan Ampel.

Menziarahi Museum Taman Prasasti, Sejarah, Koleksi, Jam Buka dan Tiketnya

Walau begitu, makam pria yang konon adalah pangeran dari kerajaan Blambangan dan putra dari Pangeran Kedawung ini selalu ramai. Banyak peziarah yang datang usai dari Makam Sunan Ampel.

"Terutama kalau malam Jumat Legi selalu ramai. Kalau mau Lebaran rame terus. Cuman yang nggak pernah tutup Kiai Ageng Brondong setiap hari rame. Banyak rombongan dari luar pulau sampai luar negeri. Kalau orang rombongan dari Situbondo kadang sampai 60 bus, paling sedikit 10-15 bus," papar Tokoh sesepuh sekaligus takmir Langgar Sentono, Muhammad Hanafi

Pemakaman bangsawan

Makam dengan luas sekitar 4.000 meter persegi dan terbagi menjadi dua area besar ini memang dipenuhi para tokoh besar. Beberapa di antaranya adalah bangsawan dari kerajaan di tanah Jawa.

Hafni membenarkan pemakaman ini dikhususkan untuk keluarga keturunan bangsawan. Karena itu makam pejabat Surabaya, habib syekh dan ulama lainnya banyak ditemukan di sini.

"Ada Bupati Surabaya keempat terakhir tahun 1918. Ada Bupati Sidoarjo tahunnya sama sejajar (tahunnya). Orang-orang kerajaan Majapahit juga dimakamkan di sini," kata Hanafi.

Ketika para peziarah datang ke makam ini, terdapat gapura makam Mas Adipati Panji Djoyodirono. Di dalamnya terdapat makam yang berjajar dari anak keturunan serta petinggi bawahan Djoyodirono.

Ziarah ke Kawah Tekurep, Tempat Peristirahatan Terakhir para Raja Palembang

Makam Bupati Surabaya pada 1750 ini berdampingan dengan istrinya. Walau ketika ingin mencari makam itu akan kesulitan, karena tidak ada penanda hanya kain putih yang menyelimuti batu nisan.

Setelah makam Mas Adipati Panji Djoyodirono, para peziarah bisa langsung ke Makam Sunan Botoputih. Di dalamnya, juga terdapat makam Maulana Mohammad Syaifuddin (Sultan Banten ke XVII-terakhir) yang wafat pada 3 Rajab 1318 H/11 November 1899.

"Makamnya bersebelahan (Sunan Botoputih dan Sultan Banten). Keduanya sama-sama tertutup, tapi yang Sultan Banten bisa masuk di ruangan kayunya," ujarnya.

Tempat tawasul 

Hanafi mengatakan makam ini selalu dipenuhi oleh para peziarah setiap harinya. Kebanyakan mereka datang berombongan setelah dari Makam Sunan Ampel.

"Terutama kalau malam Jumat Legi selalu ramai. Kalau mau lebaran rame terus. Cuman yang nggak pernah tutup Kiai Ageng Brondong setiap hari rame. Banyak rombongan dari luar pulau sampai luar negeri. Kalau orang rombongan dari Situbondo kadang sampai 60 bus, paling sedikit 10-15 bus," pungkasnya.

Makam Sunan Botoputih dipercaya sebagai tempat untuk meminta hajat atau tawasul. Umumnya para peziarah meminta dilancarkan rezekinya.

5 Makam di Indonesia yang Menjadi Tujuan Wisata Ziarah

Hal ini dilakukan oleh pria asal Bangkalan, Madura, Arifin yang datang bersama istri dan dua anaknya. Dirinya datang untuk meminta agar masalah pelik yang dihadapi keluarganya lekas memperoleh jalan keluar.

“Adapun kenapa saya tawasul di sini, itu atas saran teman-teman dan kerabat. Banyak yang mengaku urusannya jadi lancar setelah tawasul di sini. Begitu, Mas,” akunya yang dimuat dari Mojok.

Tak lama berselang, saya akhirnya bertemu dengan Ustaz Khanafi. Pria sepuh yang akrab dipanggil Abah itu mengajak saya ke salah satu sudut makam yang agak jauh dari keramaian. Katanya, di sudut itulah ia sering menghabiskan waktu duduk-duduk sendiri. Khususnya di jam-jam sebelum magrib atau setelah isya.

“Dibilang sendiri ya nggak sendiri juga. Saya sering ditemani dengan khodam-khodam yang ada di sini,” katanya dengan santai. Sementara saya mencoba mencari posisi duduk yang enak untuk merekam suara Ustaz Hanafi.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.