Banyak peninggalan bersejarah di Indonesia pada masa lampau seperti arsitektur, tulisan, upacara adat, seni yang mampu menambah wawasan budaya, memahami setiap nilai-nilai yang tertuang, serta cerminan dalam perjalanan hidup manusia.
Selain itu, ada juga karya sastra kuno yang menjadi unsur budaya kental dengan corak dan nilai yang lekat dengan adat istiadat yang berlaku pada daerah tertentu.
Kala itu, penyebarannya dari mulut ke mulut, memiliki versi cerita yang berbeda, hingga dipengaruhi kepercayaan seperti animisme-dinamisme, pengaruh Hindu-Buddha serta Islam.
Berikut merupakan 5 deretan karya sastra kuno yang bersejarah, meliputi:
1. Kabanti
Kabanti menjadi warisan karya sastra secara turun-temurun yang ada di masyarakat Buton di Sulawesi Tenggara sejak abad ke-17. Masuknya agama Islam di Kerajaan Buton mampu mengubah status menjadi kesultanan yang diwarnai dengan perkembangan sastra. Salah satunya yaitu, puisi Kabanti. Jika dilihat dari bentuknya terbagi dalam dua jenis terdiri pantun dan syair.
Jika kelompok pantun pada umumnya pendek terdiri dari sampiran dan isi. Sedangkan syair uraiannya panjang-panjang yang merupakan hasil pengolahan secara bebas. Serta ditulis dengan menggunakan aksara Walio, perlu diketahui bahwa Kabanti dalam isi puisinya berisikan nasihan kehidupan manusia mulai dari aturan, pendidikan, budaya, dan keimanan.
Seabad Pram di Bandung, Perayaan dan Apresiasi Terhadap Tokoh Sastra Indonesia
Nilai-nilai atau makna yang terkandung merujuk pada syariat Islam. Masyarakat memegang teguh falsafah “bhinci-bhinciki kuli” dalam berkehidupan manusia saling menghormati, peduli, menyayangi, serta saling memuliakan.
2. La Galigo
La Galigo masuk dalam tradisi lisan masyarakat Sulawesi Selatan yang diturunkan secara turun-temurun sebelum mereka mengenal aksara. Dijuluki sebagai karya sastra terpanjang di dunia lebih panjang dari epik India, Mahabarata hingga Ramayana.
Hal yang menjadikan La Galigo menjadi memory of the world karena naskahnya tersebar dibeberapa negara seperti Indonesia, Belanda, United Kingdom, Jerman, dan Amerika Serikat yang beberapa kali dipentaskan serta menjadi koleksi pribadi maupun publik.
La Galigo atau yang disebut dengan Sureq Galigo menjadi kitab suci bagi masyarakat Bugis yang beraliran kepercayaan lokal To Lotang. Kitab kuno ini berbentuk puisi dan ketika dibaca harus dinyanyikan.
Selain itu, kitab ini berisi tentang aturan bagaimana tata cara berkehidupan yang baik merujuk pada tingkah laku manusia di bumi.
Adapun nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan masyarakat di sana yang meliputi Siri yaitu rasa malu dan Pesse merupakan rasa simpati lalu, keharmonisan hubungan manusia dengan alam, hidup demokrasi, semangat dalam hidup, berpegang teguh pada prinsip, serta saling menghargai antar individu lainnya.
Dalam sejarahnya dijelaskan awal mula adanya kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan dengan masuknya Tomanurung manusia berketurunan Dewa yang dianggap mendirikan kerajaan. Kemudian dalam penyebarannya berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
3. Negarakertagama
Karya terkenal yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada masa Kerajaan Majapahit yakni Negarakertagama yang berisi 98 pupuh tentang keluarga raja, Keagungan Majapahit, upacara keagamaan, pemujaan-pemujaan terhadap raja. Naskah pada kitab ini ditulis dengan Aksara Kawi pada 1287-1365 M.
Kisah Syarifa, dari Sastra Jawa UI Jadi Dalang Wayang Potehi
Mpu Prapanca yang diberi nama Dasawarnana pada silsilah raja Hayam Wuruk tertuang dalam pupuh kedua hingga tujuh menyampaikan garis keturunan raja atau nenek moyang raja yang pada saat itu berkuasa.
Kemudian dilanjutkan dengan dimulainya Ken Arok sebagai cikal bakal Kerajaan Singasari-Majapahit.
4. Kidung Sundayana
Dikenal dengan perang bubat kisah yang tertuang dalam Kidung Sundayana menceritakan tentang peperangan kerajaan Sunda dengan kerajaan Majapahit.
Naskah ini ditulis oleh orang Jawa yang mengembara di Bali. Kidung Sundayana ditemukan pada tahun 1920 oleh sejarawan Belanda bernama C. C. Berg.
Terdapat beberapa pupuh dalam naskah ini yang terdiri dari Dangdanggula, Kinanti, Asmarandana, Sinom, Magatru, Kinanti II, Pangkur, Sinom II, Dangdanggula II, Pangkur II, Durma, Wirangrong, Maskumambang, Asmarandana II, Pangkur III, Pucung, Mijil, Sinom III, dan Dangdanggula III.
5. Primbon Betaljemur Adammakna
Menjadi kitab primbon yang diwariskan secara turun-temurun yang sampai saat ini masih dipergunakan oleh masyarakat Jawa. Primbon Betaljamur Adammakna memuat berbagai macam tentang kehidupan manusia mulai dari lahir hingga meninggal dunia.
Nenek Renia, Satu dari Sekian Penutur Sastra Lisan “Korehan” yang Masih Setia
Selain itu, kitab ini juga berbicara mengenai arsitektur yang berkaitan dengan kampung yang ditempati, tolak bala membangun rumah, menentukan arah rumah, serta pemindahan rumah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News