perayaan dan apresiasi terhadap tokoh sastra indonesia melalui seabad pram - News | Good News From Indonesia 2025

Seabad Pram di Bandung, Perayaan dan Apresiasi Terhadap Tokoh Sastra Indonesia

Seabad Pram di Bandung, Perayaan dan Apresiasi Terhadap Tokoh Sastra Indonesia
images info

Pramoedya Ananta Toer atau Pram adalah sosok penulis legendaris dari Indonesia. Meskipun setiap tahun lahir penulis-penulis baru, nama Pram tak pernah tenggelam. Karya-karya Pram yang mengangkat harapan, perlawanan, dan keberanian menghadapi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan disukai oleh pembaca lintas generasi.

Namanya tidak hanya harum di Indonesia, tetapi sampai dunia internasional mengenal karya Pram.

Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Tengah pada tanggal 6 Februari 1925. Dikutip dari “Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer”, Pram sudah menulis sejak masih SD. Selain pengarang, Pram sempat berkarier sebagai juru ketik, wartawan, dan dosen.

Karya Pram lahir dari kehidupannya yang berliku-liku. Situasi politik pada tahun 60-an membuatnya ditahan selama 14 tahun tanpa proses peradilan, 10 tahun di antaranya dihabiskan Pram di Pulau Buru.

Baca juga: Pram memperlihatkan patriotisme melalui karyanya

Sampai akhir hayatnya, Pram sudah menulis puluhan judul fiksi dan non-fiksi serta mendapatkan beberapa penghargaan internasional. Karya-karyanya sudah diterjemahkan ke 42 bahasa di seluruh dunia.

Perayaan Seabad Pram

Tahun 2025 menandai genap seratus tahun kelahiran Pram. Kelahirannya ini dirayakan oleh kalangan pencinta buku di Indonesia. Perayaan Seabad Pram dimulai tanggal 6 Februari 2025 di kota kelahirannya, Blora.

Baca juga: Evolusi pemikiran dan gaya pada karya Pramoedya Ananta Toer

Kabar baik dari perayaan “Seabad Pram” adalah cetak ulang Tetralogi Buru serta dua judul yang belum pernah diterbitkan sebelumnya. Dikutip dari Tempo.co, dua judul tersebut adalah Yang Terserak dan Tercecer dan Musim Kawin di Nusa Kambangan.

Selama ini keberadaan buku Pram sudah langka. Jika ada di lokapasar, harga jualnya tinggi sekali. Oleh karena itu,kabar cetak ulang ini disambut gembira oleh pembaca.

Perayaan Seabad Pram di Bandung

Bandung termasuk kota yang bersemangat merayakan “Seabad Pram”. Sejak awal Februari, berbagai acara terkait seabad Pram diadakan oleh komunitas buku di kota ini. Acaranya beragam, mulai dari baca bareng, diskusi, sampai musik. Beberapa di antaranya adalah:

Perempuan & Pramoedya (Toko Buku Pelagia)

Perempuan & Pramoedya di Toko Buku Pelagia | Foto dokumen pribadi

Banyak aspek yang bisa dibahas dari buku Pram, salah satunya adalah perempuan dalam tulisannya. Pada tanggal 7 Februari, Toko Buku Pelagi menjadi tuan rumah acara “Perempuan & Pramoedya”. Dimoderatori oleh Galuh Pangestri, enam pembicara perempuan membahas lima karakter perempuan yang terdapat dalam novel-novel Pram.

Para pembicara tersebut adalah: Ilsa Nelwan (pembahas Gadis Pantai), Reita Ariyanti (pembahas Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer), Serat Sati Dhyana (pembahas Calon Arang), Sri Pujiyanti (pembahas Nyai Ontosoroh), Utami Tyas (pembahas Larasati), dan Virly Putricantika (pembahas Annelies). Yang menarik adalah rentang generasi pembahas cukup panjang. Mulai dari remaja sampai orang tua, menandakan usia pembaca Pram luas.

Berbicara tentang Pram, pastinya terkait dengan sejarah. Walau ditulis puluhan tahun lalu, perempuan dalam tulisan Pram masih relevan dengan masa kini. Seperti kisah Gadis Pantai, sampai saat ini kekerasan terhadap perempuan masih terjadi.

memBACAkan PRAM (Dr Long Book Free Library)

Kegiatan memBACAkan PRAM di Panti Wreda Budi Pertiwi
info gambar

Dimulai dari awal Februari, selama empat minggu setiap Rabu, Dr Long Book Free Library membacakan buku Pram setiap hari Rabu pukul 10.00-11.30. Uniknya, kegiatan ini diadakan untuk para nenek di Panti Wreda Budi Pertiwi.

Mengingat usia dan kondisi para nenek, maka buku yang dibacakan dipilih yang ceritanya pendek dan tokohnya tidak banyak. Buku-buku tersebut adalah Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, Larasati, Calon Arang, dan Bukan Pasar Malam.

Para relawan perpustakaan membuat terlebih dahulu ringkasan cerpen/buku, lalu menceritakannya kepada penghuni panti. Untuk menguatkan imajinasi cerita, para relawan juga membacakan 3-4 halaman buku tersebut.

Keterbatasan kekuatan stamina tidak mengurangi antusias para nenek mengikuti kegiatan ini. Dengan memBACAkan PRAM, penghuni panti bisa bernostalgia mengingat masa muda mereka.

Storytelling Night Menapaki Jejak Evolusi Sastra Indonesia: Telaah Buku “Tempo Doeloe” Karya Pramoedya (The Room 19 dan Toko Buku Bandung)

Suasana storytelling Menapaki Jejak Evolusi Sastra Indonesia: Telaah Buku “Tempo Doeloe” Karya Pramoedya di The Room 19
info gambar

Tempo Doeloe adalah antologi sastra pra-Indonesia. Terdiri dari delapan cerita yang ditulis empat penulis, semua cerita ini dikumpulkan Pram dalam satu buku yang terbit tahun 80-an.

Yang menarik adalah Pram tetap mempertahankan gaya bahasa Melayu lingua franca dalam cerita-cerita tersebut, tidak diedit menjadi ejaan baru yang digunakan pada era buku diterbitkan.

Mengapa Pram mempertahankan gaya bahasa asli? Seperti apa bahasa pergaulan dan bacaan pada masa kolonial? Bersama Deni Rachman, penyusun buku “Pram Dalam Kliping” dan pemilik Toko Buku Bandung, pertanyaan di atas menjadi pembukaan diskusi.

Perbincangan pun membahas perkembangan bahasa Melayu dari zaman pra-Indonesia. Adanya ragam bahasa Melayu yang digunakan oleh golongan masyarakat berbeda-beda.

Melalui diskusi ini, peserta lebih memahami perbedaan ragam bahasa Melayu dan mengapa muncul Melayu lingua-franca yang digunakan dalam cerita di Tempo Doeloe.

Bagaimana dengan Perayaan Seabad Pram di kota tempat tinggal Kawan GNFI?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FQ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.