5 tradisi menyambut ramadhan di indonesia kearifan lokal yang penuh makna - News | Good News From Indonesia 2025

5 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia, Kearifan Lokal yang Penuh Makna

5 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia, Kearifan Lokal yang Penuh Makna
images info

Kawan GNFI, Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki beragam tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadan. Setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk mempersiapkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa, yang mencerminkan kearifan lokal serta nilai-nilai spiritual dan sosial yang kuat.

Dari Jawa, Aceh hingga Sulawesi, tradisi-tradisi ini telah diwariskan turun-temurun sebagai bagian dari budaya Islam Nusantara.

Dalam artikel ini, Kawan GNFI akan diajak untuk mengenal lebih dalam beberapa tradisi khas yang dilakukan masyarakat Indonesia menjelang bulan Ramadhan.

1. Megengan: Tradisi Jawa Menyambut Ramadan

Megengan adalah tradisi khas masyarakat Jawa, terutama di Jawa Timur, yang dilakukan menjelang Ramadan. Kata "Megengan" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "menahan," selaras dengan esensi puasa dalam bulan Ramadhan. Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak masa Wali Songo, yang menggunakan budaya lokal untuk menyebarkan ajaran Islam.

Dalam praktiknya, Megengan biasanya dilakukan dengan kenduri atau selamatan, di mana keluarga dan tetangga berkumpul untuk berdoa bersama. Sajian khas dalam tradisi ini adalah apem, yang memiliki makna simbolis sebagai permohonan ampunan kepada Allah dan sesama manusia sebelum memasuki bulan suci.

2. Rebo Wekasan: Ritual Tolak Bala di Hari Rabu Terakhir Bulan Safar

Rebo Wekasan adalah tradisi yang dilakukan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, bulan kedua dalam kalender Hijriyah. Masyarakat Jawa percaya bahwa pada hari tersebut, berbagai musibah dan bencana diturunkan ke dunia.

Sebagai bentuk perlindungan, mereka mengadakan ritual tolak bala, yang terdiri dari doa bersama, pengajian, serta pembagian air suci yang telah didoakan ke seluruh rumah. Di beberapa daerah, masyarakat juga melakukan mandi di sungai atau laut sebagai simbol pembersihan diri dari energi negatif sebelum memasuki bulan Ramadan.

3. Meugang: Tradisi Makan Daging di Aceh

Di Aceh, masyarakat memiliki tradisi Meugang sebagai bentuk perayaan menyambut Ramadan. Tradisi ini sudah ada sejak masa Kesultanan Aceh dan masih lestari hingga kini.

Pada hari Meugang, masyarakat berbondong-bondong membeli daging sapi atau kambing, yang kemudian dimasak dan dinikmati bersama keluarga. Bagi masyarakat Aceh, menikmati daging sebelum berpuasa adalah simbol rasa syukur dan kemakmuran.

Selain itu, tradisi ini juga mengajarkan nilai gotong royong dan kepedulian sosial, karena masyarakat yang mampu biasanya berbagi daging kepada fakir miskin dan tetangga yang kurang mampu.

4. Mabbaca-baca: Tradisi Bugis dalam Menyambut Ramadhan

Mabbaca-baca adalah tradisi khas masyarakat Bugis. Tradisi ini merupakan bentuk doa bersama yang dilakukan menjelang Ramadan, dengan tujuan memohon keselamatan, keberkahan, dan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa.

Mabbaca-baca biasanya diadakan di rumah atau masjid, di mana masyarakat berkumpul untuk membaca doa-doa tertentu, termasuk ayat-ayat Al-Qur'an dan tahlilan. Setelah doa bersama, makanan khas seperti ketupat dan berbagai lauk tradisional disajikan untuk disantap bersama, mencerminkan semangat kebersamaan dalam budaya Bugis.

5. Pungguan: Kebersamaan Masyarakat Jawa di Tondano

Di Kampung Jawa Tondano, Sulawesi Utara, masyarakat memiliki tradisi Pungguan menjelang Ramadhan. Tradisi ini merupakan ajang pertemuan keluarga besar atau komunitas untuk mempererat tali silaturahmi dan mempersiapkan diri menghadapi bulan suci.

Acara Pungguan biasanya diisi dengan pengajian, tahlilan, dan makan bersama. Sebagai komunitas perantauan, masyarakat Jawa di Tondano menjaga tradisi ini sebagai bentuk pelestarian budaya leluhur dan penguatan identitas mereka di daerah rantau.

Merawat Tradisi, Memperkuat Iman

Kawan GNFI, tradisi-tradisi menyambut Ramadan di berbagai daerah di Indonesia mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun. Megengan, Rebo Wekasan, Meugang, Mabbaca-baca, dan Pungguan bukan sekedar ritual tahunan, tetapi juga bentuk refleksi spiritual, kebersamaan, dan kepedulian sosial.

Menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi ini bukan hanya tentang mempertahankan budaya, tetapi juga tentang meneruskan nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya.

Bagaimana dengan daerahmu, kawan GNFI? Apakah ada tradisi khas dalam menyambut Ramadan?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

OA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.