Manado yang sering juga terdengar diucapkan dengan kata Menado adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), kota terbesar kedua di Sulawesi setelah Makassar.
Kota Manado dengan luas sekitar 162,53 km2 terletak di Teluk Manado, pesisir pantai di utara menghadap Laut Sulawesi dan sisi selatan dikelilingi daerah perbukitan dan pegunungan nan hijau.
Manado diperkaya dengan tiga pulau kecil terdekat yang eksotis, yakni Pulau Manadotua, Pulau Siladen, dan Pulau Bunaken tempat keberadaan Taman Nasional Bunaken.
Ketiga pulau ini sangat mendukung destinasi Manado dengan wisata lautnya yang indah, surga untuk aktivitas snorkling dan diving (menyelam).
Daya pikat kekayaan hasil bumi yang dilengkapi keindahan alam, budaya, dan lingkungan sosial mengundang datangnya bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda) yang hadir sebagai penjajah.
Baca Juga: 5 Kegiatan Seru di Manado yang Patut Dicoba
Sejarah dan Asal-usul Kota Manado
Tidak mudah melacak cerita tentang sejarah dan asal-usul Manado karena keterbatasan dokumentasi usai masa penjajahan.
Laman resmi Pemerintahan Kota Manado menyebutkan bahwa bukti fisik terkait asul-asal nama Manado, masih menjadi perdebatan sebab memiliki banyak versi.
Sebelum berkembang lebih maju, hingga tahun 1947 Manado merupakan bagian dari wilayah Minahasa.
Versi Wenang
Wenang ditengarai sebagai nama awalnya, sebelum kemudian berganti menjadi Manado, yang diambil dari nama Pulau Manado yang sekarang bernama Manadotua.
Prof. Geraldine Manoppo-Watupongoh menyebutkan pada 1682 Spanyol mengganti nama Wenang menjadi Manado.
Namun, versi lain menceritakan bahwa perubahan nama Wenang menjadi Manado dilakukan oleh pihak Belanda.
Versi ini berdasarkan catatan sejarah pada 1682 yang menjajah Sulawesi Utara sudah bukan bangsa Spanyol lagi, melainkan VOC Belanda.
Pada 1677 hingga 31 Agustus 1682, Dr. Robertus Padtbrugge yang menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda di Ternate, berada di Manado mencatat sisa-sisa penduduk Kerajaan Bowontehu (kini Manadotua).
Nama Manado lebih banyak tercantum dalam dokumen dan surat-surat penting bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda daripada Wenang.
Pada 1623 nama Manado telah dikenal dan digunakan di dalam surat-surat resmi. Ini yang menjadi alasan pergantian nama Wenang menjadi Manado.
Versi Pogidon
Versi lain menyebut Pogidon sebagai nama sebelum Manado. Nama Pogidon berasal dari akronim opo Gidon (nama leluhur Bantik) yang membangun negeri Pogidon.
Pogidon sering kali diidentikkan dengan Wenang. Namun sumber lain menyebut Pogidon dan Wenang adalah dua negeri yang berbeda.
Wenang disebut sebagai negeri yang besar dan kemudian menjadi Manado; sedangkan Pogidon adalah pemukiman kecil sebagai bagian dari Wenang.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini (14 Februari 1946) - Peristiwa Merah Putih di Bumi Minahasa
Manado dari Bahasa Apa?
Menurut lama yang sama, kata Manado berasal dari bahasa daerah setempat, yakni sub-etnis di Sulawesi Utara, yang penyebutannya berdasarkan dialek.
Bangsa Eropa menyebut Manado berdasarkan lidah mereka, karena itu orang Portugis menyebut Manado sebagai Moradores dan orang Spanyol menyebutnya Manados
Berbeda dengan Nicolaas Graafland, seorang misionaris asal Belanda yang bertugas di Tanawangko dan Sonder. Dalam judul bukunya ia menggunakan kata Manadorezen.
Seorang pejabat kompeni Belanda memberikan sebutan Manado’s Gebied, yang artinya daerah Manado ini atau kawasan Manado.
Lain lagi dengan Simao d’Abreu dan Antonio Galvao, yang menyebutnya sebagai Manada. Manada artinya kawanan, dengan maksud kawanan pulau.
Adanya berbagai versi nama Manado sangat mungkin disebabkan kesalahan penulisan atau penyalinan. Bisa juga karena faktor pendengaran orang Eropa atas dialek bahasa lokal.
Siapa Penemu Kata Manado?
Sebuah dokumen menyebutkan nama Manado yang berasal dari bahasa lokal
ditemukan pelaut Portugis Simao d’Abreu pada 1523, dan pulau tersebut sudah berpenghuni sejak 1339.
Hasil temuan Simao d’Abreu baru dipublikasikan 32 tahun setelah itu oleh mantan gubernur Portugis di Maluku Antonio Galvao pada 1555 melalui bukunya berjudul Tratado.
Pada 1541 Nicolaas Desliens yang asal Prancis menggunakan nama Manado di peta dunia. Diduga Desliens mendapatkan nama Manado dari Simao d’Abreu.
Nama Manado yang dimaksudkan Simao d’Abreu dan Antonio Galvao adalah Manado yang kini namanya adalah Manadotua.
Baca Juga: 10 Makanan Khas Manado, Keberagaman Rasa dari Sulawesi Utara
Kata Manado dalam Bahasa Lokal
Nama Manado dikenal dalam beberapa versi berdasarkan etnis dan sub-etnis di Sulawesi Utara. Manado dalam bahasa tua Tombulu, disebut dengan Manaror.
Sementara itu sub-etnis Tontemboan menyebut manado dengan Manarow dan etnis Sangihe menyebutnya Manaro.
Namun demikian, tak satu pun etnis dan sub-etnis di Sulawesi Utara yang menyebut Manado mirip dengan Manada sebagaimana didengar Simao d’Abreu dan ditulis Antonio Galvao.
Nama Manado yang dikenal saat ini berasal dari bahasa daerah Minahasa, yakni Manarow atau Manadou yang artinya “di jauh”.
Sebutan “di jauh” mirip dengan bahasa Sangihe, yakni Manaro yang artinya “di jauh” atau “negeri yang jauh”.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News