Sungai Cibanten sudah menjadi tonggak sejarah kehidupan masyarakat di Banten. Sungai ini tercatat menjadi jalur kapal pengangkut rempah-rempah pada saat zaman kolonial.
Dimuat dari kanal Youtube Mang Dhepi, jejak peradaban di Sungai Cibanten telah tercatat sejak masa prasejarah. Hal ini terlihat dari adanya punden berundak, manik-manik, dan alat batu di daerah sekitar Sungai Cibanten.
Selanjutnya, ada beberapa tinggalan bercorak Hindu Budha di Situs Banten Girang yang menyimpan bukti-bukti eksistensi Kerajaan Hindu-Buddha sekitar abad ke 10 sampai awal abad 16. Semua tinggalan ini berada di tepian Sungai Cibanten.
Peradaban di Sungai Cibanten kembali berlanjut ketika masa Kesultanan Banten. Sungai Cibanten dijadikan sebagai jalur transportasi ke daerah-daerah pedalaman penghasil lada, komoditas perdagang utama.
Ketika Kesultanan Banten dihancurkan pada 1813, pusat pemerintahan dipindahkan oleh pihak kolonial Belanda. Pemerintah kolonial Belanda kemudian membangun pusat pemerintahan di Kota Serang.
“Adanya tinggalan-tinggalan cagar budaya yang berada di aliran Sungai Cibanten, menandakan jalur sungai merupakan jalur penting pada masa lalu,” paparnya.
Denyut nadi
Sungai sepanjang 35,9 KM ini menyimpan cerita yang menarik tentang peradaban dan kehidupan selama berabad-abad. Staf Balai Pelestarian Kebudayaan VII, Yanuar Mandiri mengakui Sungai Cibanten sejak dulu merupakan urat nadi kehidupan masyarakat.
“Cibanten ini sangat vital pada masanya, karena sebagai rute transportasi, juga sebagai pertahanan di masa Kerajaan Banten Girang,” jelasnya yang dimuat dari Merdeka.
Sungai Cibanten merupakan sumber mata air yang mengalir ke wilayah Kabupaten Serang dan kota Serang. Air dari Sungai Cibanten yang mengalir untuk memenuhi kebutuhan warga dan para petani.
Meski pun dilanda kemarau panjang namun air sungai tersebut tak pernah habis ataupun kering. Sungai ini menjadi sumber mata air yang jernih, dan keberadaan Sungai Cibanten berpengaruh besar pada kehidupan warga terlebih pada masa Kesultanan Banten pada saat itu.
Dianggap keramat
Bagi masyarakat Baduy, Sungai Cibanten juga dipercaya membawa kesehatan dan keselamatan. Karena itu sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Baduy untuk menempuh jarak puluhan kilometer menuju ke sungai itu.
Ayah Armah dari Baduy Dalam kampung Cikertawana menceritakan, bagi warga yang baru pertama kali melakukan Seba, diwajibkan untuk mandi di sungai ini. Tidak terkecuali bagi warga Baduy Luar dan Dalam.
"Amanat leluhurnya seperti itu, saya waktu pertama kali (ikut Seba), amanatnya juga seperti itu, baik Baduy yang di dalam maupun di luar," kata Ayah Armah yang dimuat Detik.
Ketika berjalan dari kampung masing-masing, warga Baduy menceritakan dongeng kepada anak-anaknya. Jadi, begitu datang, mereka diminta mandi dan meneteskan air sungai Cibanten ke kedua belah mata.
“Sudah dari dulunya begitu, riwayatnya harus seperti itu, ke sungai mandi dan meneteskan air ke mata,” ujarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News