Di Riau terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul ikan patin. Menurut ceritanya, ikan patin merupakan wujud jelmaan dari seorang gadis yang cantik jelita.
Lantas bagaimana kisah lengkap dalam legenda asal usul ikan patin tersebut?
Legenda Asal Usul Ikan Patin
Dinukil dari buku Dian K. yang berjudul 100 Cerita Rakyat Nusantara, dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah seorang kakek tua bernama Awang Gading. Kakek tua ini hidup sebatang kara tanpa satu orang pun keluarga yang dia miliki.
Sehari-hari Awang Gading pergi memancing di sungai yang tidak jauh dari rumahnya. Hasil pancingan ini dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pada suatu hari, Awang Gading pergi memancing seperti biasa. Ketika hendak kembali ke rumah, dirinya menemukan seorang bayi perempuan yang tergeletak dalam sebuah keranjang.
Awang Gading kemudian memutuskan untuk membawa pulang bayi tersebut. Dirinya ingin merawat dan membesarkan bayi itu agar bisa menemaninya.
Bayi perempuan ini kemudian dia beri nama Dayang Kumunah. Tahun demi tahun berlalu, Dayang Kumunah tumbuh menjadi seorang perempuan yang cantik jelita.
Kecantikan Dayang Kumunah kemudian tersebar hingga ke seluruh penjuru negeri. Namun terdapat satu keanehan yang dimiliki oleh Dayang Kumunah.
Dirinya tidak pernah sekalipun terlihat tertawa. Awang Gading juga merasa heran dan penasaran dengan anak gadisnya tersebut.
Pada suatu hari datanglah seorang pemuda ke kediaman Awang Gading. Pemuda ini bernama Awangku Usop.
Ternyata Awangku Usop mendapatkan kabar tentang kecantikan Dayang Kumunah. Dia kemudian bermaksud untuk melamar anak gadis Awang Gading tersebut.
Awang Gading kemudian menyerahkan keputusan kepada anaknya. Dayang Kumunah kemudian memberikan dua syarat kepada Awangku Usop jika ingin melamarnya.
Pertama, Awangku Usop mesti tahu bahwa Dayang Kumunah sebenarnya merupakan penghuni sungai. Kedua, Awangku Usop tidak boleh memaksa Dayang Kumunah untuk tertawa.
Awangku Usop kemudian menyanggupi persyaratan yang diberikan oleh Dayang Kumunah. Akhirnya Awangku Usop menikah dengan Dayang Kumunah.
Dari pernikahannya ini, Awangku Usop dan Dayang Kumunah dikaruniai lima orang anak. Pada suatu hari, mereka semua tengah berkumpul di ruang keluarga.
Mereka melihat anak bungsu yang tengah belajar berjalan. Ketika berhasil, Awangku Usop beserta anaknya yang lain tertawa melihat hal tersebut.
Namun Dayang Kumunah tetap terdiam melihat hal itu. Awangku Usop kemudian bertanya mengapa sang istri tidak tertawa melihat kelucuan anak mereka.
Dayang Kumunah sebenarnya ingin tertawa melihat hal itu. Namun dia memiliki janji yang tidak boleh dilanggar.
Akan tetapi Awangku Usop terus menggoda dirinya. Akhirnya Dayang Kumunah tidak bisa lagi menahan dan tertawa terbahak-bahak.
Ketika tertawa, Awangku Usop dan anak-anaknya melihat insang yang ada di dalam mulut Dayang Kumunah. Menyadari hal itu, Dayang Kumunah langsung menutup mulut dan lari ke arah sungai.
Awangku Usop berusaha mengejar sang istri. Namun usahanya tersebut gagal setelah Dayang Kumunah menjelaskan asal usulnya.
Ternyata Dayang Kumunah merupakan jelmaan seekor ikan. Dirinya sudah berjanji ke penguasa sungai untuk tidak memperlihatkan insang yang dia miliki.
Hal ini membuat Dayang Kumunah sudah melanggar janjinya. Akhirnya Dayang Kumunah kembali masuk ke dalam sungai dan berubah wujud menjadi ikan.
Awangku Usop hanya bisa terpaku melihat hal tersebut. Dia hanya bisa merelakan sang istri yang sudah kembali ke alam asalnya.
Menurut kepercayaan masyarakat, jelmaan Dayang Kumunah inilah yang nantinya disebutkan sebagai asal usul keberadaan ikan patin.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News