Dusun Banger, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang terkenal sebagai perkampungan tua yang masih bertahan hingga sekarang. Di kampung ini banyak rumahnya yang masih terbuat dari kayu jati.
Dusun yang berada di pelosok hutan Semarang ini diapi dengan dua sungai,
di timur terdapat Sungai Tuntang sedangkan di baratnya ada sungai kecil bernama Sungai Banger.
Pasar Johar, Titik Sejarah Semarang yang Jadi Asal Sound Viral Tren Baju Lebaran Shimmer
Dimuat dari Jember.jatimnetwork, warga Dusun Banger masih menggunakan kayu jati untuk membangun rumah. Apalagi kayu jati cukup mudah ditemukan karena dusun ini dikelilingi oleh hutan.
Tetapi walau berada di pelosok, kampung ini masih terjaga dari polusi udara karena adanya pohon yang rindang di kawasan tersebut. Sementara itu untuk akses jalan di desa ini pun sudah cukup baik.
Berprofesi butuh tani
Dilihat dari akun YouTube Jejak Tempo Doeloe, Nuryanto yang merupakan warga sekitar menjelaskan dusunnya itu termasuk tertinggal. Mayoritas warganya berprofesi sebagai buruh tani.
Nuryanto menjelaskan sebagian warga ada juga yang beternak kambing dan sapi. Sementara para anak muda dari desa ini kebanyakan merantau untuk bekerja di kota-kota besar.
Deretan Bangunan Cagar Budaya Kota Semarang, Ada yang Sudah Beralihfungsi
“Rumah-rumah di sini memang semua milik warga. Tapi kalau lahan pertaniannya kebanyakan milik perhutani,” kata Nuryanto dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.
Sedangkan asal mula nama desa yaitu Banger, jelas Nuryanto, karena dulu ada seorang wali yang minum air dari sungai yang berada di sebelah utara desa. Air itu baunya “Banger”, seperti bau busuk dari air.
“Wali itu bilang, ‘ini kok air baunya banger tapi rasanya nggak banger? Besok ini namanya Dusun Banger’,” kata Nuryanto.
Terkenal dengan pisang
Dusun Banger sendiri terkenal dengan hasil pisangnya yang bagus kualitasnya. Saat tim Jejak Tempo Doeloe ke sana, para warga sedang memanen hasil tani, salah satunya pisang Banger yang terkenal itu.
Cerita Gedung Setan di Semarang yang Jadi Tempat Berkumpul Freemansory
Supaya bisa mencapai ladang, para petani Dusun Banger harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer. Tampak beberapa ibu-ibu sedang kembali dari ladang dengan membawa hasil tani yang berat.
“Pisangnya macem-macem. Ada Kepok Banjar, Kepok Pipit, dan lainnya,” kata Nuryanto.
Sumber: