Kota Pontianak merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat yang menyimpan beragam keunikan. Salah satu keunikan daerah yang memiliki julukan Kota Khatulistiwa ini adalah adanya budaya ngopi yang menjamur di kalangan masyarakat.
Ngopi di Kota Pontianak tidak hanya menjadi aktivitas meminum kopi semata, tetapi juga menjadi potret keberagaman dalam secangkir kehangatan. Budaya ngopi menjadi sarana bertemunya tiga etnis besar di Kota Pontianak yaitu Melayu, Dayak, dan Tionghoa.
Saat ngopi, masyarakat Kota Pontianak dapat menikmati suguhan kue khas tiga etnis sekaligus. Layaknya tarian Tidayu, kopi menyatukan kue-kue dalam satu nampan tersebut untuk dinikmati.
Baca juga: Pesona Desa Wisata Adat Osing Kemiren: Inspirasi Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Budaya
Fakta Unik Budaya Ngopi di Kota Pontianak
Budaya ngopi di Kota Pontianak menjadi fakta unik yang perlu Kawan ketahui. Ngopi tidak hanya sekadar menjadi aktivitas meminum kopi biasa, tetapi juga mengandung makna filosofis di dalamnya.
1. Sejarah Awal Mula Budaya Ngopi di Kota Pontianak
Hadirnya budaya ngopi di Kota Pontianak tidak terlepas dari sejarah kedatangan etnis Tionghoa terutama di daerah Kalimantan Barat. Masyarakat Tionghoa memiliki kebiasaan untuk membawa minuman ke tempat umum.
Pada awalnya, yang berkembang di China adalah tea house bukan coffee house. Namun, saat bermigrasi ke Indonesia, orang Tionghoa tidak membawa tradisi minum tehnya, tetapi membawa tradisi minum kopi untuk menyesuaikan tradisi orang Melayu.
Oleh sebab itu, orang Tionghoa mengembangkan strategi perdagangannya melalui tradisi minum kopi agar menarik orang Melayu datang ke tempat usahanya. Selain itu, budaya ngopi di Pontianak juga memiliki hubungan dengan kedatangan VOC dan Pemerintah Hindia Belanda.
Pada masa penjajahan, VOC dan Pemerintah Hindia Belanda memiliki kepentingan untuk memproduksi biji kopi. Kopi dijadikan sebagai komoditas dagang maupun konsumsi pribadi bagi VOC dan Pemerintah Hindia Belanda.
Pengaruh orang Tionghoa, masyarakat Melayu, VOC, dan Pemerintah Hindia Belanda sangat menentukan perkembangan budaya ngopi di Kota Pontianak. Hingga tahun 2022 telah tercatat 800 unit warung kopi di Kota Pontianak.
2. Ngopi sebagai Sarana Membangun Keharmonisan di Kota Pontianak
Budaya ngopi di Kota Pontianak menjadi sarana yang tepat untuk membangun keharmonisan di tengah keberagaman. Seperti diketahui, Kota Pontianak didiami oleh masyarakat yang multietnis.
Terdapat masyarakat dengan etnis Melayu/Dayak, Tionghoa, Bugis, Jawa, Madura, dan lain-lain yang mendiami Kota Pontianak. Budaya ngopi menjadi wadah bertemunya masyarakat yang multietnis dan menjadi cerminan toleransi dalam keberagaman.
Pada saat ngopi di Pontianak, dapat dijumpai minuman kopi yang bersanding dengan kue-kue khas tiga etnis. Selain itu, dapat dijumpai orang-orang yang berbeda etnis berkumpul dan bercengkrama menjadi satu.
Hal ini juga dibuktikan dalam penelitian Widiatmaka, dkk. pada tahun 2023 yang menunjukkan bahwa ngopi di Kota Pontianak menjadi sarana efektif untuk membangun keakraban antarsesama. Meskipun berbeda dari aspek etnis, masyarakat dapat berkumpul bersama dan hidup berdampingan.
Budaya ngopi ini mengandung nilai-nilai keselarasan, kecocokan, keserasian, dan keseimbangan yang dapat membangun hubungan baik antaretnis. Budaya ini dapat menjadi inspirasi positif untuk membangun kehidupan masyarakat yang rukun di tengah keberagaman.
3. Faktor-Faktor yang Memicu Budaya Ngopi di Kota Pontianak
Budaya ngopi menjadi kebiasaan yang sangat cocok diterapkan di Indonesia apalagi melihat kondisi masyarakatnya yang lebih suka membangun hubungan kolektif daripada individualis. Peran ngopi sangat besar terutama dalam aspek aktivitas sosial, ekonomi, hingga budaya.
Terdapat tiga faktor besar yang memengaruhi budaya ngopi di Kota Pontianak. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor individu, faktor produk kopi, dan faktor sosial.
Dari hasil penelitian Ahmadi dan Indah pada tahun 2022 menunjukkan bahwa individu masyarakat Pontianak cenderung memiliki kemauan atau motivasi untuk mengikuti budaya ngopi. Kemudian, faktor produk kopi yang menarik dapat meningkatkan kecenderungan masyarakat menyukai untuk mengonsumsinya.
Tidak hanya itu, faktor sosial berupa kebiasaan masyarakat juga memengaruhi budaya ngopi. Faktor-faktor inilah yang membuat budaya ngopi di Pontianak begitu menjamur sehingga dapat ditemui banyak warung kopi hingga sudut kota.
4. Budaya Ngopi di Kota Pontianak dapat Memunculkan Peluang Usaha Kreatif
Tidak hanya mengandung nilai filosofis, budaya ngopi juga dapat memunculkan peluang usaha kreatif di Kota Pontianak. Budaya ngopi dapat memunculkan warung kopi yang menjadi ruang publik di Kota Pontianak.
Kopi dan kue-kue yang disajikan di warung kopi dapat menjadi kuliner andalan khas Pontianak. Pakem akan penyediaan kopi dan kudapan khas dapat menjadi ide usaha untuk UMKM di Pontianak.
Apalagi terdapat pernyataan Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Oneng Setya Harini yang menyatakan bahwa kekuatan subsektor kuliner Pontianak terletak pada ekosistem warung kopi. Selain itu, yang membuat warung kopi di Pontianak unik adalah kekuatannya untuk menyatukan beberapa etnis.
Budaya ngopi dapat menguntungkan UMKM mulai dari pemilik warung kopi, pekerjanya, hingga penitip kue yang ingin menghidupkan UMKM. Elemen-elemen masyarakat dapat memanfaatkan budaya unik ini untuk sebagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan.
Baca juga: Rumah Joglo Kayu Terbesar di Dunia Ada di Blitar, Begini Keunikan Pendopo Ageng Hand Asta Sih
Banyak sekali fakta unik dari budaya ngopi di Kota Pontianak. Dari kebiasaan yang sepele dapat memunculkan banyak nilai kemanfaatan. Ini dapat mendukung terciptanya Kota Pontianak menjadi kota kreatif berkelas dunia.
Budaya ngopi di Kota Pontianak dapat menjadi inspirasi untuk membangun kerukunan di tengah masyarakat yang beragam. Ngopi di Pontianak menjadi potret keberagaman dalam secangkir kehangatan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News