mengenal tradisi nyambat orang betawi bukan ajang mengeluh tetapi bergotong royong bantu tetangga - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Tradisi Nyambat Orang Betawi, Bukan Ajang Mengeluh tetapi Bergotong Royong Bantu Tetangga

Mengenal Tradisi Nyambat Orang Betawi, Bukan Ajang Mengeluh tetapi Bergotong Royong Bantu Tetangga
images info

Biasanya kata nyambat digunakan untuk menjelaskan orang-orang yang sedang mengeluh. Tetapi masyarakat Betawi punya pengertian tersendiri untuk menjelaskan mengenai kata nyambat.

Bagi orang Betawi, nyambat bukanlah bentuk ekspresi mengeluh tetapi sebuah tradisi yang bermakna positif yaitu gotong royong. Tradisi ini dilakukan untuk meringankan warga yang sedang memiliki hajat atau kegiatan berat, dengan adanya keterlibatan dari para tetangga. 

Rumah Joglo Betawi, Mempelajari Sejarah serta Filosofinya

Dimuat dari Merdeka yang menukil dari Betawi Tempo Dulu: Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi dijelaskan nyambat merupakan ajakan untuk meminta bantuan tetangga ketika memiliki pekerjaan berat. Kegiatan ini bisa berupa membajak sawah, mendirikan rumah dan yang berkaitan dengan kebutuhan tenaga banyak. 

“Semua pekerjaan dalam Nyambat dilakukan secara sukarela, ikhlas dan tanpa dibayar atau membayar. Namun yang mengajak biasanya menyediakan makanan dan minuman seadanya,” kata Abdul Chaer dalam bukunya.

Populer pada tahun 1950-an

Tradisi nyambat ini cukup populer pada tahun 1950-an. Ketika itu warga akan datang beramai-ramai membantu pekerjaan tetangganya yang sekiranya sukar dirampungkan seorang diri. 

Tetapi jelas Chaer, warga yang datang hanya membantu menyelesaikan pekerjaan yang sukar saja. Misalnya ketika sedang pembangunan rumah ada batasan-batasan yang akan disampaikan saat membantu.

Legenda Si Jampang dari Jakarta, Kisah Jawara Betawi yang Gemar Membantu Masyarakat Kecil


“Penyelesaian rumah kemudian dilanjutkan oleh tukang yang hanya dua sampai tiga orang saja,” katanya lagi.

Hal yang menariknya adalah kaum perempuan juga akan dilibatkan dalam tradisi nyambat. Seperti saat menggelar kegiatan pertanian menanam padi di sawah alias nandur.

“saat panen juga dilakukan Nyambat, dan semua warga boleh ikut memotong batang padi. Nantinya ada perjanjian bagi hasil yang disebut maroan atau separuh dari hasil penjualan akan diberi ke warga,” kata Chaer.

Hilang di zaman modern

Namun tradisi nyambat mulai hilang saat memasuki zaman modern. Hal ini karena perubahan kultur pada kalangan warga Betawi itu sendiri.

Chaer menjelaskan saat pembuatan rumah saja warga Betawi sudah tidak menggunakan tiang-tiang kayu dan struktur kuda-kuda yang mengharuskan dikerjakan secara bersama-sama. Rumah lebih banyak dibangun dengan menggunakan semen dan beton, sehingga bisa dikerjakan oleh tukang dengan cepat dan efisien. 

Legenda Si Jampang dari Jakarta, Kisah Jawara Betawi yang Gemar Membantu Masyarakat Kecil

“Setelah tahun 1950, rumah Betawi banyak yang dibangun menggunakan semen dan tegel. Sawah-sawah juga diurug untuk dijadikan bangunan, sehingga tidak ada lagi media untuk melestarikannya,” jelas Chaer dalam bukunya.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.