komodo pernah dianggap tidak akan punah pada awal abad ke 20 apa alasannya - News | Good News From Indonesia 2025

Komodo Pernah Dianggap Tidak Akan Punah pada Awal Abad ke-20, Apa Alasannya?

Komodo Pernah Dianggap Tidak Akan Punah pada Awal Abad ke-20, Apa Alasannya?
images info

Komodo merupakan salah satu hewan endemik asli Indonesia. Artinya hewan yang diperkirakan sudah hidup jutaan tahun lalu ini pada awalnya hanya bisa dijumpai di Indonesia saja.

Pada saat ini, komodo menjadi salah satu hewan yang dilindungi di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mencegah kepunahan dari spesies yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur tersebut.

Namun tahukah Kawan pada awal abad ke-20 lalu, keberadaan komodo di Nusa Tenggara Timur dianggap tidak akan pernah punah? Apa yang menyebabkan munculnya anggapan seperti itu dulunya?

Munculnya Protes Terhadap Penangkapan Komodo

Anggapan bahwa komodo tidak akan pernah punah ini muncul setelah adanya protes terhadap penangkapan spesies ini pada waktu itu. Dilansir dari artikel Dr. A. L. J. Sunier, "Het Krioelt van Waranen in West-Flores: Protesten tegen Weghalen van Komcdo- Waranen Waren Geheel Overbodig, Zij zijn niet zeldzaam, en zij sterven niet uit" yang terbit di surat kabar De Locomotief, 25 Maret 1935, dijelaskan pada waktu itu muncul protes akibat adanya penangkapan komodo yang dilakukan oleh orang Amerika.

Penangkapan ini diketahui setelah adanya izin yang diberikan oleh pihak pemerintah. Hal ini membuat orang Amerika tersebut menangkap empat ekor komodo untuk dibawa ke daerah tersebut dan ditempatkan di kebun binatang yang ada di sana.

Alasan penangkapan ini dilakukan adalah belum adanya spesies komodo di seluruh kebun binatang yang ada di Amerika pada waktu itu. Artinya penangkapan komodo ini dilakukan bukan untuk kepentingan komersial, tetapi dengan tujuan ilmiah dan pendidikan.

Komodo Dianggap Tidak Akan Punah

Berdasarkan situasi inilah, Dr. A. L. J. Sunier menuliskan artikel terkait anggapan bahwa komodo tidak akan punah di surat kabar De Locomotief. Pernyataan kepala Laboratorium Voor Het Onderzoek der Zee (LOZ) Pemerintah Hindia Belanda ini didasari oleh beberapa argumen yang dia utarakan dalam artikel tersebut.

Pertama, adanya laporan terkait pengurangan keberadaan rusa di daerah tersebut. Rusa merupakan salah satu makanan utama dari komodo yang mendiami beberapa pulau di Nusa Tenggara Timur.

Padahal dalam Encyclopaedie voor Nederlandsch-Indie (Ensiklopedia Hindia Belanda) yang terbit pada 1918, diketahui bahwa di daerah tersebut terdapat banyak sekali rusa pada waktu itu. Hal ini juga sesuai dengan laporan Douglas Burden ketika melakukan kunjungan ke Pulau Komodo pada 1926.

Pada waktu itu, Douglas Burden menjelaskan bahwa sebagian besar daerah yang ada di pulau tersebut dipenuhi oleh keberadaan rusa dan babi hutan. Alasan kedua mengapa komodo dianggap tidak akan punah adalah pandangan masyarakat setempat terhadap hewan ini.

Masyarakat menganggap komodo sebagai salah satu hewan suci, sehingga membiarkannya begitu saja dan tidak memburunya. Selain itu, komodo juga dianggap tidak memiliki nilai ekonomis, berbeda dengan kulit biawak yang bisa mendatangkan keuntungan dari penjualannya.

Argumen berikutnya yang dituliskan Dr. A. L. J. Sunier dalam artikel tersebut adalah berdasarkan pada laporan yang diterbitkan oleh dr. J. K. de Jong pada 1929. Ahli zoologi di Museum Zoologi, Buitenzorg (Bogor) ini menjelaskan bahwa keberadaan komodo masih mudah ditemui di daerah Nusa Tenggara Timur pada waktu itu.

Keberadaan komodo tidak hanya terbatas di Pulau Komodo saja, tetapi juga di pulau-pulau lain yang ada di sekitarnya, seperti Rinca, Manggarai, dan lainnya. Adanya komodo yang tersebar di pulau-pulau tersebut inilah yang memunculkan anggapan bahwa tidak perlu adanya kekhawatiran terhadap kepunahan spesies tersebut.

Alasan terakhir yang diutarakan Dr. A. L. J. Sunier dalam artikelnya adalah terkait aturan dari pemerintah terhadap penangkapan komodo pada waktu itu. Pemerintah Hindia Belanda diketahui hanya memberikan satu kali izin dalam kurun waktu lima tahun untuk penangkapan delapan ekor komodo saat itu.

Jumlah ini dianggap tidak akan membuat keberadaan komodo akan punah begitu saja. Apalagi penangkapan ini didasari dengan keperluan untuk tujuan ilmiah dan pendidikan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.