Rumah Joglo secara umum dikenal sebagai rumah adat Jawa, dimana rumah tradisional dalam kebudayaan Jawa ini terbagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan wilayah dan rancangan arsitekturnya. Ciri khas arsitektur Joglo dan karakteristik yang paling menonjol terletak pada bentuk atapnya. Joglo secara bahasa berasal dari kata Tajug Loro (Juglo) yang memiliki arti dua gunung. Secara makna filosofi, gunung merupakan tempat yang ‘tinggi’ dan ‘sakral’.
Baca juga: Tegaknya Rumah Joglo: Hunian Kaum Bangsawan dan Aristokrat Jawa
Penampakan bangunan atap Joglo berbentuk Tajug yang menyerupai gunung, dengan bagian puncaknya dibuat mendatar. Atap rumah Joglo merupakan penggabungan dua atap segitiga dan dua atap trapesium, dengan sudut kemiringan yang berbeda. Bentuk atap persegi empat sisi ini, pada bagian tengahnya akan berbentuk mengerucut tapi tidak lancip.
Atap rumah Joglo ditopang oleh empat tiang utama yang berukuran lebih tinggi, dikenal dengan sebutan soko guru. Empat tiang ini secara filosofi merupakan penggambaran kekuatan dari empat penjuru mata angin. Keempat tiang utama tersebut diletakkan di atas umpak, yaitu batu trapesium tiga dimensi yang berfungsi sebagai penghubung antara tiang dan fondasi. Fungsi dari umpak adalah untuk mencegah tiang kayu terkena air tanah serta mengurangi gaya horizontal yang ditimbulkan oleh gempa bumi.
Jenis-Jenis Joglo
Atap bangunan joglo memiliki konsep bentuk atap berundak bersusun, yang terdiri dari bermacam-macam model atap, sehingga bangunan joglo mempunyai berbagai sebutan berdasarkan ciri atapnya. Berdasarkan perbedaan bentuk dan susunan atapnya, Joglo dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1. Joglo mangkurat
Ciri utama adalah atap bersusun tiga dengan tiga sudut kemiringan yang berbeda. Perbedaan batas antara masing-masing sudut biasanya dibatasi dengan penggunaan lisplang. Atap utama yang berada pada susunan paling atas, merupakan proporsi atap yang lebih besar dan tinggi menjulang.
2. Joglo pangrawit
Secara umum bentuknya hampir sama dengan Joglo mangkurat, dengan sedikit perbedaan pada bentuk atap utamanya. Joglo pangrawit memiliki bentuk atap utama yang lebih kecil dan lebih panjang. Selain itu bubungan atapnya lebih pendek daripada Joglo mangkurat.
3. Joglo hageng
Joglo hageng memiliki atap bersusun tiga, dengan masing-masing atap memiliki lisplang atap diujungnya. Proporsi atap utama serta atap dua dibawahnya lebih pendek dan landai dibandingkan joglo mangkurat maupun jogja pangrawit. Dengan bidang atap yang relatif lebih luas, Joglo hageng memiliki ciri atap tritisan keliling yang luas dan bangunan pun lebih besar serta luas.
4. Joglo sinom
Atap Joglo sinom juga memiliki atap bersusun tiga dengan tiga sudut kemiringan yang berbeda, namun pertemuan antara masing-masing atap tidak terdapat pembeda dalam bentuk lisplang. Joglo sinom memiliki kemiripan dengan Joglo hageng, akan tetapi proporsi atap utamanya lebih tinggi daripada Joglo hageng. Selain itu, Joglo sinom memiliki bentuk atap tritisan yang sama dengan Joglo hageng, namun memiliki luas bangunan yang lebih kecil.
Baca juga: Ini Filosofi Rumah Adat Joglo Sinom yang Wajib Kawan Ketahui!
5. Joglo lawakan
Ciri khas dari Joglo lawakan adalah bentuk atapnya yang bersusun dua. Bentuk atap ini memiliki tampilan yang lebih sederhana dibandingkan jenis-jenis Joglo sebelumnya dengan atap bersusun tiga. Atap utamanya cenderung meruncing ke atas dan atap dibawahnya lebih landai dan melebar.
Penampakan atap ini terlihat identik dengan bentuk payung. Hampir tidak ada batas pembeda berupa lisplang diantara kedua susunan atap, namun terdapat perbedaan sudut saja. Terdapat banyak ornamen hias pada atapnya.
6. Joglo jompongan
Joglo jompongan memiliki ciri utama atap bersusun dua dengan bubungan atap yang memanjang ke samping kanan dan kiri. Pertemuan antara kedua susunan atap tidak dipisahkan oleh pembatas lisplang. Berbeda dengan Joglo lawakan, pada jenis atap Joglo jompongan tidak ditemukan banyak ornamen hias. Bangunan Joglo jompongan mempunyai denah lantai cenderung berbentuk bujur sangkar.
7. Joglo semar tinandhu
Perbedaan yang paling nyata pada jenis Joglo semar tinandhu dibandingkan jenis-jenis Joglo sebelumnya, adalah pada tiang penyangga kayu yang diganti dengan dinding. Sehingga pada jenis Joglo ini, atapnya ditopang oleh dinding-dinding.
Tumpang Sari
Tumpang sari adalah konstruksi inti yang merupakan komponen keunikan arsitektur pada bangunan atap Joglo. Struktur dari tumpeng sari terdiri dari gabungan dua jenis susunan rangka, yaitu rangka atap brunjung dan uleng. Susunan rangka brunjung dapat dideskripsikan seperti bentuk piramida terbalik, yaitu makin ke atas makin melebar dan terletak di atas keempat tiang soko guru, yang disusun bertingkat sampai dengan posisi dudur dan iga-iga. Sedangkan rangka uleng merupakan susunan rangka atap berbentuk piramida yang disusun diatas keempat tiang soko guru yang mengarah ke bagian dalam.
Jumlah susunan tumpeng sari dan jenis ornamen yang dibuat adalah berdasarkan dari keinginan sang pemilik rumah. Tumpang sari memiliki makna simbolis dalam kebudayaan Jawa yang melambangkan tingkat status sosial atau derajat pemilik Joglo. Semakin banyak susunan tumpang sari, maka dapat dikatakan pemilik rumah mempunyai status sosial yang tinggi atau kaya.
Konstruksi tumpang sari dibangun dengan kecermatan dan keahlian tinggi. Struktur atap ini terdiri dari berbagai lapisan kayu jati yang disusun secara bertumpuk. Pemilihan kayu jati adalah berdasarkan kemampuan daya tahannya yang baik dan unsur keindahan alaminya.
Fungsi Arsitektur Atap Joglo
Kestabilan dan konstruksi inti rumah Joglo terletak pada keseluruhan konstruksi atapnya. Dengan melihat susunan rangka atap, terlihat bahwa teori beban konstruksi yang mengikuti sifat gravitasi bumi, diratakan dengan beban berat pada bagian konstruksi atap, sehingga konstruksi keseluruhan rumah menjadi stabil.
Fungsi dari atap berbentuk Joglo yang dibuat tinggi dan berbentuk kerucut adalah untuk mengatur sirkulasi udara di dalam rumah agar bisa berputar dengan baik sehingga rumah terasa sejuk dan nyaman. Sirkulasi udara yang optimal menjadikan rumah Joglo nyaman untuk ditempati di iklim tropis Jawa.
Selain memiliki nilai estetika, atap Joglo memungkinkan cahaya alami masuk ke dalam ruangan, menciptakan atmosfer terang dan lapang. Hal ini membuat ruang di bawah atap Joglo sering digunakan untuk berbagai kegiatan sosial dan upacara.
Pendopo dengan atap Joglo, adalah tempat di mana keluarga berkumpul, tamu diterima, dan berbagai upacara budaya dan agama diadakan. Ruang ini adalah jantung rumah Joglo di mana hubungan sosial dan budaya berkembang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News