Indonesia termasuk ke dalam wilayah yang berisiko terhadap bencana gempa bumi. Tepatnya di Pulau Jawa, dalam setahun setidaknya ribuan gempa bumi terjadi. Maka dari itu, masyarakat setempat setidaknya menyesuaikan tempat tinggalnya untuk bertahan hidup.
Rumah joglo adalah rumah adat suku Jawa yang diyakini tahan gempa. Kerangka dan bahan dasar pembuatan rumah joglo membuatnya mampu bertahan dari bencana gempa bumi. Selain itu, kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya pun berpengaruh terhadap pembangunan rumah ini.
Kearifan Lokal terhadap Risiko Gempa
Kearifan lokal dan kemampuan adaptasi manusia dalam menyesuaikan keadaan alam terhadap kelangsungan hidupnya mampu menghasilkan arsitektur rumah yang aman untuk bertahan hidup.
Masyarakat lokal menggunakan bahan yang sederhana, tersedia di alam untuk kelangsungan hidup. Melalui kearifan lokal ini, masyarakat modern mampu mempelajari bagaimana manusia dapat membuat arsitektur yang selain fungsional, selaras dengan lingkungan alam dan kebutuhan hidup, termasuk bencana gempa bumi.
Baca juga: Rumah Joglo, Rangkaian Keindahan dan Filosofinya
Material dan Konstruksi Rumah Joglo
Rumah joglo dibangun dengan menggunakan kayu jati yang terkenal dengan kekuatan dan ketahannya dan batu-batu kali yang kuat dan tahan lama. Struktur rumah joglo terdapat empat tiang utama bernama saka guru, penopang struktur atap bernama tumpang sari. Struktur ini yang memberikan kekuatan dan kestabilan.
Saka guru dalam struktur rumah joglo mempunyai peran yang sangat penting. Saka guru memiliki fungsi untuk memberikan stabilitas struktural dan mendistribusikan beban secara merata.
Konstruksi rumah joglo menggunakan struktur rong-rongan (saka guru-blandar pengeret-sunduk kili). Menurut Prihatmaji dalam jurnalnya, rong-rongan ini yang menjadi struktur utama rumah joglo tahan gempa. Rong-rongan adalah sistem sambungan dan pembebanan struktur pada rumah joglo.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Prihatmaji mengenai struktur rong-rongan, mendapati bahwa penggunaan struktur ini mampu menahan gempa dengan frekuensi tinggi. Hal ini juga dilihat dengan kualitas sambungan dan proporsi lebar-panjang-tinggi struktur rong-rongan.
Sambungan kayu pada rumah Joglo juga memberi pengaruh untuk menahan bangunan selama gempa. Rumah ini menggunakan sistem purus dan cathokan yang saling mengunci satu sama lain.
Prinsipnya, menghubungkan 2 batang kayu dengan olah bentuk yang dapat mengikat satu sama lain dengan penambahan pasak sebagai kuncian persendian. Sambungan ini menghasilkan kayu fleksibel dalam bergerak selama gempa.
Bahan Kayu yang Tahan Gempa
Kayu memiliki elastisitas tinggi sehingga sulit untuk roboh apabila menghadapi guncangan yang kuat. Apabila tanah bergerak, kayu juga bergerak menyesuaikan pergerakan tanah ini sehingga bangunan cenderung stabil.
Dikutip dari Kompas.com, ada 3 jenis kayu yang umum digunakan untuk pembangunan rumah, yaitu kayu jati, merbau, kamper, dan kelapa.
Selain rumah joglo, rumah adat lain di Indonesia juga berbahan dasar kayu yang terbukti masih dapat berdiri walaupun termakan oleh waktu. Selain di Indonesia, rumah-rumah di negara lain, seperti Malaysia dan Jepang, juga menggunakan kayu sebagai bahan dasar pembuatannya.
Tidak Hanya Tahan Gempa
Rumah joglo juga dirancang untuk ketahanan dalam berbagai cuaca. Bentuk atap rumah ini yang berbentuk limas berguna untuk menghadapi cuaca di daerah tropis dan bercurah hujan tinggi. Selain itu, penggunaan kayu untuk bangunan membuat rumah lebih sejuk dan sirkulasi udara yang baik karena rumah joglo yang terbuka.
Baca juga: Ini Filosofi Rumah Adat Joglo Sinom yang Wajib Kawan Ketahui!
Rumah joglo menjadi salah satu kearifan lokal Indonesia yang ternyata tahan akan bencana gempa bumi. Kontruksi rangka rumah joglo dengan bahan material kayu jati menjadi alasan utama rumah ini dapat disebut antigempa.
Melihat keunggulannya dalam ketahanan gempa, ternyata rumah adat ini dapat menjadi inspirasi Kawan dalam membuat rumah. Terlebih lagi untuk Kawan yang tinggal di daerah rawan gempa. Apakah Kawan berminat punya rumah joglo?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News