Indonesia mendapatkan suntikan hibah senilai Rp248,8 miliar dari Uni Eropa dan Prancis. Dana tersebut diberikan untuk pengembangan transisi energi di tanah air.
44 persen atau sekitar Rp109,85 dari total dana hibah itu akan diberikan untuk program Indonesia Energy Transition Facility (IETF). Dana ratusan miliar tersebut akan digunakan oleh PLN dalam pengembangan kapasitas terkait transisi energi.
IETF menjadi sebuah langkah penting untuk mempercepat transisi energi di Indonesia yang diharapkan dapat memberikan manfaat signifikan bagi seluruh wilayah di Nusantara. Tidak hanya itu, program ini juga sejalan dengan pengembangan kelistrikan Indonesia periode 2025-2034.
Indonesia diproyeksikan dapat mencapai kapasitas listrik hingga 71 gigawatt (GW) di tahun tersebut. IETF yang merupakan program antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Agence Française De Développement (AFD)—lembaga keuangan publik Prancis yang bertugas untuk memerangi kemiskinan dan mendorong pembangunan berkelanjutan—dipastikan akan tetap memperhatikan target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sumber Energi Terbarukan, Ini Deretan Pembangkit Listrik Geotermal Terbesar di Indonesia
Realisasi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia Lampaui Target
Kabar baiknya, Kementerian ESDM mengklaim bahwa realisasi penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia, utamanya di sektor energi, sukses melampaui target sebelumnya. Tahun 2024, penurunan itu mencapai 147,61 juta ton dari targetnya yang sebesar 142 juta ton.
Tidak hanya itu, Indonesia juga berkomitmen untuk ikut bergabung dalam hal menurunkan emisi dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan. Kolaborasi antara Kementerian ESDM dan AFD ini tentu dapat mempercepat transisi menuju sistem energi hijau.
Sebagai informasi, saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-3 di ASEAN sebagai negara dengan indeks transisi energi dengan nilai sebesar 56,7. Sementara itu, di kancah global, Prancis sudah jauh berada di depan dengan skor 71,1. Bahkan, negara ini mampu masuk ke dalam peringkat lima besar dunia.
Indonesia menargetkan komposisi Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET) sebesar 23 persen di bauran energi dan 31 persen di tahun 2050. Salah satu realisasinya adalah dengan membangun Green Industrial Park di Kalimantan Utara.
Di sisi lain, dalam aspek teknologi penangkapan karbon, Indonesia memiliki potensi besar dalam penerapan Carbon Capture Strorage (CSS). Potensi yang dimiliki pun sangat besar, yaitu mencapai 500 gigaton.
Melalui kolaborasi ini, Indonesia, AFD, dan Uni Eropa akan saling memanfaatkan untuk percepatan penerapan energi terbarukan. Selain itu, seluruh pihak juga memastikan agar kompleksitas transisi energi dapat diatasi dengan baik.
Menilik Potensi Amat Besar Panas Bumi untuk Wujudkan Swasembada Energi Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News