Indonesia, dengan potensi panas bumi mencapai 24 GW, menjadi salah satu negara yang paling kaya akan sumber energi terbarukan ini.
Meski kapasitas terpasang saat ini baru mencapai 2,8 GW, pengembangan energi panas bumi terus menjadi fokus dalam mewujudkan swasembada energi nasional.
Henricus Herwin, SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero), dalam Pertamina Energy Dialog 2024 di Universitas Pertamina, menekankan bahwa energi panas bumi memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia.
“Pengembangan kapasitas gas bumi menjadi salah satu dari inisiatif strategis bisnis rendah karbon, yang juga merupakan bagian dari strategi jangka panjang Pertamina untuk mendukung upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia,” ujar Henricus pada acara yang berlangsung Rabu (11/12/2024).
Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Julfi Hadi, menyebutkan bahwa panas bumi memiliki karakteristik unik yang menjadikannya sangat penting untuk mendukung agenda transisi energi.
“Panas bumi, sebagai satu-satunya energi terbarukan dengan karakteristik baseload, memiliki peran strategis dalam mendukung keberhasilan agenda transisi energi dan swasembada energi, seperti yang diamanatkan oleh Presiden Prabowo,” jelas Julfi.
Langkah Strategis untuk Pengembangan Panas Bumi
Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat investasi di sektor panas bumi.
Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Direktorat Panas Bumi Kementerian ESDM, Sahat Simangunsong, menyampaikan bahwa kebijakan seperti Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 dirancang untuk mendorong pengembangan energi terbarukan.
“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang besar dan beragam untuk mendukung ketahanan energi nasional sekaligus mencapai target bauran energi terbarukan,” ungkap Sahat.
Adhitya Nugraha dari Pertamina Energy Institute juga menambahkan, “Indonesia termasuk dalam klaster Demand Surge dengan peluang besar dalam energi terbarukan.
Namun, tantangan terbesar adalah iklim investasi yang masih memerlukan perbaikan, khususnya dalam hal harga listrik dan skema pendanaan.”
Untuk menarik lebih banyak investor, PGE berkomitmen melakukan diversifikasi aliran pendapatan, menurunkan biaya produksi, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak.
PGE juga menargetkan penambahan kapasitas terpasang sebesar 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan dan hingga 1,5 GW pada tahun 2035.
Dukungan Kebijakan dan Insentif
Pentingnya insentif fiskal untuk pengembangan energi terbarukan juga menjadi sorotan.
“Dukungan insentif fiskal yang tidak membebani keuangan negara dapat berbagi risiko. Pendampingan melalui pasar modal atau green bond dapat menarik investor yang concern terhadap isu lingkungan," ujar Prof. Ari Kuncoro dari Universitas Indonesia.
Langkah strategis lain yang diluncurkan oleh Kementerian ESDM mencakup aplikasi Geothermal Energy Information System (GENESIS) untuk mempermudah akses data sumber daya panas bumi, serta penyederhanaan proses perizinan melalui Online Single Submission (OSS).
Dari kombinasi potensi alam yang melimpah, kebijakan yang mendukung, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan energi panas bumi sebagai pilar utama swasembada energi.
Namun, diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat untuk menghadapi tantangan yang ada, khususnya dalam menarik investasi.
“Optimalisasi potensi panas bumi bukan hanya menjadi langkah strategis bagi Indonesia, tetapi juga menjadi solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional," tegas Henricus Herwin.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News