Kanker payudara menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti, khususnya oleh kalangan perempuan. Di Indonesia, kanker payudara merupakan jenis kanker dengan kasus tertinggi. Berdasarkan data Globocan 2020, terdapat lebih dari 65.000 kasus baru kanker payudara setiap tahunnya di Indonesia.
Sayangnya, banyak informasi keliru yang beredar di masyarakat dan justru membuat orang takut atau salah paham tentang cara pencegahan dan pengobatan. Yuk, kita bahas beberapa mitos dan fakta tentang kanker payudara agar Kawan bisa lebih memahami kanker ini dengan informasi yang benar!
Mitos: Kanker Payudara Hanya Terjadi pada Wanita
Faktanya meski lebih jarang, pria juga tetap beresiko terkena kanker payudara. Dilansir dari National Breast CancerFoundation, diperkirakan sekitar2.800 pria didiagnosis menderita kanker payudara, dan 530 di antaranya akan meninggal.
Kanker payudara pada pria biasanya terdeteksi sebagai benjolan keras di bawah puting dan areola. Tingkat kematian pada pria 19% lebih tinggi dibandingkan wanita, terutama karena kesadaran yang lebih rendah.
Mitos: Tidak Punya Riwayat Keluarga Berarti Aman dari Kanker Payudara
Faktanya, secara statistik, National Breast Cancer Foundation menyebutkan hanya 5-10% dari individu yang didiagnosis menderita kanker payudara memiliki riwayat keluarga. Meskipun riwayat keluarga bisa meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi sebagian besar penderita kanker tidak memiliki riwayat tersebut.
Faktor lain seperti gaya hidup dan paparan lingkungan juga berperan dalam meningkatkan risiko. Namun, jika Kawan memiliki anggota keluarga dekat yang terkena kanker payudara, sebaiknya dapat lakukan skrining dan tes genetik untuk mendeteksi mutasi gen kanker tersebut.
Mitos: Benjolan di Payudara Pasti Kanker
Faktanya, tidak semua benjolan di payudara merupakan kanker, tetapi jika menemukan benjolan baru yang menetap atau melihat perubahan yang mencurigakan pada jaringan payudara, harus segera memeriksakan diri ke dokter. Gejala kanker payudara juga bisa lebih dari sekadar benjolan, misalnya perubahan warna kulit, retraksi puting, atau rasa sakit yang tidak biasa.
Mitos: Menggunakan Deodoran dan Antiperspiran Bisa Menyebabkan Kanker Payudara
Faktanya, menurut American Cancer Society, tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara penggunaan antiperspiran atau deodoran dengan perkembangan kanker payudara.
Mereka menyatakan bahwa tidak ada studi epidemiologis yang kuat (studi pada manusia) yang menghubungkan risiko kanker payudara dengan penggunaan antiperspiran, serta sangat sedikit bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.
Mitos: Menaruh Ponsel di dekat Payudara Bisa Menyebabkan Kanker
Faktanya, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa hal ini menyebabkan kanker payudara. Studi tentang sinyal ponsel tidak menemukan hubungan antara penggunaan alat ini dan kanker.
Seperti penggunaan ponsel yang meningkat di berbagai kelompok usia, tingkat penderita kanker otak dan sistem saraf tidak mengalami peningkatan signifikan. Namun, untuk menghindari risiko lain seperti iritasi kulit atau luka bakar, lebih baik menyimpan ponsel di tas, dompet, atau saku.
Mitos: Mengonsumsi gula menyebabkan kanker payudara
Faktanya,konsumsi gula yang berlebihan memang tidak baik untuk kesehatan, tetapi tidak ada bukti bahwa gula secara langsung menyebabkan kanker atau membuat tumor berkembang lebih cepat, seperti mitos yang sering beredar.
Banyak dokter dan ahli kesehatan menyarankan untuk mengurangi konsumsi gula karena bisa menyebabkan obesitas, perubahan suasana hati, dan masalah kesehatan lainnya. Obesitas dan kenaikan berat badan memang merupakan faktor risiko kanker payudara.
Baca juga: United by Unique: Tema Hari Kanker Sedunia 2025 dan Maknanya
Cara Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Payudara
Dengan memahami fakta yang benar, kita bisa lebih waspada dan melakukan langkah pencegahan yang efektif. Berikut langkah yang bisa dilakukan sesuai dengan saran Kemenkes:
- SADARI (Periksa Payudara Sendiri): Lakukan setiap bulan untuk mendeteksi perubahan sejak dini. Perhatikan perubahan ukuran, bentuk, atau adanya benjolan di payudara.
- SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis): Dilakukan oleh tenaga medis untuk memastikan kondisi payudara lebih lanjut.
- Mammografi: Disarankan untuk wanita usia 40 tahun ke atas, atau lebih muda jika ada faktor risiko tinggi. Ini merupakan metode skrining utama untuk mendeteksi kanker sejak dini.
- Gaya Hidup Sehat:
- Konsumsi makanan bergizi tinggi seperti sayuran, buah, dan protein sehat.
- Rutin berolahraga minimal 30 menit per hari.
- Hindari alkohol dan rokok yang bisa meningkatkan risiko kanker.
- Kelola stres dengan baik.
Jangan mudah percaya mitos!
Mitos dan kesalahpahaman tentang kanker payudara masih banyak beredar. Dengan melakukan deteksi dini dan menerapkan gaya hidup sehat, kita bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara.Yuk, sampaikan info ini ke teman dan keluarga Kawan, agar semakin banyak orang yang tidak termakan mitos!
Baca juga: Deteksi Kanker Payudara Sejak Dini dengan SADARI dan SADANIS
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News