Sungai Musi merupakan sungai yang mengalir di wilayah provinsi Sumatera Selatan. Sungai sepanjang 720 kilometer ini menyusuri dan membelah kota Palembang menjadi dua bagian, yaitu Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan, yang disambungkan oleh Jembatan Ampera.
Bagi warga Palembang, Sungai Musi telah menjadi bagian dari hidup mereka. Banyak dari penduduknya, terutama yang tinggal di dekat pinggiran sungai, mengandalkan sungai ini sebagai mata pencaharian; ada yang berdagang, membuka restoran, dan menjual paket tur wisata menggunakan perahu getek (perahu jukung tradisional khas Sumatera Selatan).
Keterikatan masyarakat dengan sungai inilah yang membuat kota Palembang akhirnya dijuluki “Venice of the East” (Venesia dari Timur).
Sungai Musi yang Jadi Denyut Kehidupan Masyarakat Pesisir Sumsel
Sebagai salah satu sungai yang ikonik di Indonesia, Sungai Musi ini menyimpan banyak cerita di masa lampau. Oleh karena itu, kita akan menggali sejarah Sungai Musi dan menyelami legenda yang menjadikannya simbol kebanggaan daerah.
Apabila membahas sejarah Sungai Musi, tentunya kita harus mengaitkannya dengan salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara, yaitu Kerajaan Sriwijaya, yang berkuasa pada abad ke-7 hingga abad ke-11 Masehi.
Berdasarkan jurnal “Analisis Temuan Benda-benda Peninggalan Sejarah di Sungai Musi sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah”, sejak masa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, kedudukan Sungai Musi dianggap sangat vital karena digunakan sebagai jalur perdagangan dan pelayaran utama.
Bagaimana tidak? Melalui Sungai Musi inilah Kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai sebagian besar wilayah Nusantara, termasuk pulau Sumatera, sebagian besar pulau Jawa, hingga Semenanjung Melayu. Selain itu, berkat adanya Selat Melaka yang mereka kuasai, Kerajaan Sriwijaya juga berhasil mendominasi jalur pelayaran dan perdagangan menuju Tiongkok serta negara-negara di barat.
Selain berfungsi sebagai jalur perdagangan, Sungai Musi juga dijadikan sebagai jalur penyebaran agama Buddha oleh Kerajaan Sriwijaya. Bukti sejarahnya adalah catatan I-tsing pada tahun 671, yang mencatat kunjungannya ke Sriwijaya selama enam bulan untuk mempelajari tata bahasa Sanskerta.
Lalu, ia kembali lagi pada tahun 685 dan tinggal selama empat tahun di sana untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa.
Jejak Rumah Rakit Palembang, Permukiman Tionghoa di Tepi Sungai Musi
Setelah masa kekuasaan Sriwijaya berakhir, Sungai Musi beralih menjadi sarana penyebaran agama Islam di kota Palembang. Mengutip dari jurnal “Perkembangan Islam di Kesultanan Palembang Darussalam Tahun 1659-1821”, agama Islam mulai masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke-7 Masehi dan baru benar-benar disebarkan pada abad ke-14.
Berawal dari ketenarannya sebagai pusat perdagangan, banyak pedagang muslim dari Cina, Arab, dan India, masuk ke wilayah pelabuhan kota Palembang, membangun pemukiman di pinggiran Sungai Musi, dan menyebarkan ajaran Islam di sana, hingga berdirilah Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke-17.
Berdirinya dua kerajaan besar, Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam, menjadi bukti nyata betapa vitalnya peran Sungai Musi sejak masa lampau. Sungai ini tidak hanya menjadi jalur perdagangan strategis, tetapi juga saksi bisu perkembangan peradaban di Palembang yang terbentuk melalui interaksi budaya antarbangsa selama berabad-abad.
Kehadirannya menarik pedagang dari berbagai penjuru dunia untuk datang, berdagang, dan menetap, sehingga membangun kehidupan yang terus berkembang di sepanjang bantaran sungai. Lebih dari sekadar jalur ekonomi, Sungai Musi menjadi penghubung peradaban yang membawa pengaruh besar dalam membentuk identitas budaya Palembang dan sekitarnya.
Legenda Pulau Kemaro, Cerita Cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah yang Abadi di Tengah Sungai Musi
Selain sejarah Sungai Musi yang sudah dijelaskan tadi, ada sebuah kisah legenda yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Palembang, yaitu Legenda Pulau Kemaro. Sebuah kisah romansa yang berakhir tragis, di mana seorang saudagar asal Tiongkok bersama kekasihnya Siti Fatimah yang menghilang di perairan Sungai Musi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News