mengapa bulan januari terasa lebih lama dibanding bulan lainnya - News | Good News From Indonesia 2025

Mengapa Bulan Januari Terasa Lebih Lama Dibanding Bulan Lainnya?

Mengapa Bulan Januari Terasa Lebih Lama Dibanding Bulan Lainnya?
images info

Memasuki awal tahun, bulan Januari banyak orang yang menyambutnya dengan penuh semangat dan resolusi-resolusi baru. Sayangnya, ketika memasuki pertengahan hingga menuju akhir bulan ini sering kali banyak orang merasa bahwa bulan Januari terasa lama.

Bahkan, muncul berbagai meme tentang anggapan tersebut di media sosial. Padahal akhir bulan merupakan momen yang ditunggu-tunggu, misalnya, bagi para pekerja untuk mendapatkan gaji mereka atau sekadar bisa pergi liburan bersama keluarga.

Menariknya anggapan bulan Januari yang terasa lama bukanlah suatu hal atau keluhan semata saja. Ada beberapa penjelasan secara ilmiah mengenai fenomena satu ini.

Persepsi Waktu dan Rutinitas Setelah Liburan

Menurut seorang peneliti di University of Cambridge, William Skylark. Anggapan tentang lamanya bulan Januari bergantung pada persepsi tiap orang. Sementara itu, menurut Zhenguang Cai, seorang mahasiswa PhD di University College London (UCL) salah satu alasannya Januari terasa begitu lambat adalah kembali ke rutinitas setelah liburan Natal.

"Mungkin saja memulai kembali pekerjaan setelah liburan Natal menyebabkan banyak kebosanan (dibandingkan dengan kesenangan selama liburan Natal), yang pada gilirannya menyebabkan kesan bahwa waktu melambat di bulan Januari," kata Zhenguang, dikutip dari The New Statesman.

Hipotesis Jam Dopamin

Lebih lanjut persepsi ini bisa dijelaskan dengan hipotesis jam dopamin. Melansir dailymail, dopamin adalah hormon yang bekerja pada area otak yang bertanggung jawab atas kesenangan, kepuasan, dan motivasi. Ia juga memengaruhi suasana hati, tidur, ingatan, pembelajaran, dan konsentrasi.

Ketika kadar dopamin tinggi, neurotransmitter di otak terkait dengan motivasi dan penghargaan, sehingga mempercepat jam internal dan membuat waktu terasa berjalan lebih cepat. Misalnya selama masa liburan yang menyenangkan, jam internal kita terasa lebih cepat, sehingga waktu terasa berlalu lebih singkat. Sebaliknya, saat dopamin menurun, dengan kata lain kembali ke rutinitas harian, waktu terasa berjalan lebih lambat.

Dopamin juga memiliki peran dalam fenomena yang disebut gangguan afektif musiman Seasonal Affective Disorder (SAD). SAD adalah bentuk depresi yang dipicu oleh perubahan musim, seperti yang terjadi di negara-negara dengan empat musim, atau lebih tepatnya di belahan bumi utara. Banyak orang di wilayah ini mengalami SAD akibat kurangnya paparan sinar matahari selama musim dingin.

Gejala yang muncul meliputi rasa depresi, kelelahan, dan perasaan monoton akibat rutinitas yang padat. Kondisi ini kemudian dapat memengaruhi suasana hati dan energi seseorang, sehingga muncul persepsi atau anggapan bahwa bulan Januari berjalan lebih lambat dan terasa lebih berat dari biasanya.

Kurangnya Sinar Matahari dan Musim Dingin

Kurangnya sinar matahari dapat mempengaruhi suasana hati dan persepsi waktu, sehingga membuat bulan Januari terasa lebih lama bagi banyak orang. Sinar matahari sendiri berperan penting dalam merangsang produksi serotonin, neurotransmitter yang membantu mengatur suasana hati, perasaan bahagia, dan energi.

Ketika produksi serotonin menurun akibat minimnya cahaya matahari, seseorang lebih rentan mengalami perasaan sedih hingga depresi, terutama saat musim dingin ketika langit cenderung mendung dan gelap.

Selain memengaruhi suasana hati, kurangnya sinar matahari juga berdampak pada kualitas tidur. Tubuh secara alami mulai memproduksi melatonin, hormon yang mengatur kantuk, saat tidak ada cukup cahaya. Jika kadar melatonin meningkat pada waktu yang tidak tepat, misalnya terlalu dini, hal ini dapat mengacaukan ritme tidur seseorang.

Mengutip ugm.ac.id, gangguan tidur akibat kurangnya cahaya ini dapat memperburuk suasana hati, meningkatkan kelelahan di siang hari, dan membuat waktu terasa berjalan lebih lambat. Ketika kombinasi suasana hati yang tidak stabil dan gangguan tidur terjadi, bulan Januari menjadi terasa lebih melelahkan, baik secara fisik maupun mental. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.