Selain ikonik karena sebutannya sebagai Kota Pelajar, Jogja juga dikenal sebagai kota yang kaya akan sejarah dan budaya. Dari segi budaya, banyak nilai-nilai luhur dan filosofi yang dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini. Salah satunya adalah keyakinan masyarakat terhadap sumbu filosofis Jogja.
Apa Itu Sumbu Filosofis Jogja?
Apabila diperhatikan dengan saksama, Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, Tugu Pal Putih, dan Gunung Merapi akan terlihat seolah berada dalam satu garis lurus. Berangkat dari hal tersebut, istilah garis imajiner atau sumbu filosofis kemudian muncul. Tata letak ini tidak dibuat secara sembarangan, melainkan berdasarkan sebuah falsafah.
Dilansir dari laman resmi Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono I menerapkan falsafah Hamemayu Hayuning Buwana dalam membangun dan mengatur tata letak Kota Yogyakarta. Frasa tersebut berasal dari kata hayu yang berarti ‘indah’, rahayu yang berarti ‘selamat’ dan ‘lestari’, serta buwana yang artinya adalah ‘alam’ atau ‘dunia’.
Hamemayu Hayuning Buwana memuat gagasan bahwa manusia hendaknya menjaga keselarasan dan kedamaian dalam menjalani kehidupan dan menyelesaikan masalah sehari-hari.
Secara singkat, sumbu filosofis Jogja menggambarkan kisah kehidupan manusia dari lahir sampai kembali ke hadapan Sang Pencipta. Makna dari sumbu filosofis ini diharapkan dapat menjadi pengingat antara manusia dengan alam dan penciptanya. Adapun pada 18 September 2023, sumbu filosofis Jogja resmi ditetapkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Jalan Malioboro
Berada di Kecamatan Gedongtengen, Jalan Malioboro merupakan ruas jalan paling ikonik di Jogja yang tidak pernah sepi pengunjung. Jalan Malioboro berada di sebelah selatan Stasiun Tugu dan Jalan Margatama. Jalan sepanjang 2 kilometer ini dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I dan diresmikan pada tahun 1755.
Di sepanjang Jalan Malioboro terdapat beberapa bangunan pemerintahan penting, yaitu Komplek Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Gedung Agung, dan Kantor DPRD. Selain itu, banyak pertokoan yang menawarkan berbagai jenis cendera mata dan makanan khas Yogyakarta. Di jalan ini juga terdapat Kawasan Pecinan Ketandan, pemukiman Cina yang masih eksis hingga sekarang.
Baca juga: 8 Rekomendasi Oleh-Oleh Khas Jogja di Malioboro, Wajib Dibawa Pulang
Sejarah Singkat Jalan Malioboro
Jalan Malioboro diduga telah sering digunakan oleh rombongan Kerajaan dari Keraton Kartasura pada masa lalu. Ketika masa kolonial, jalan ini digunakan sebagai jalan kerajaan juga jaran raya untuk tamu kehormatan, misalnya pejabat.
Pertokoan di Jalan Malioboro mulai berdiri pada akhir abad XIX. Kemudian pada 1758 Sri Sultan Hamengkubuwono I membangun Pasar Gedhe atau yang sekarang disebut Pasar Beringharjo. Kawasan ini menjadi sangat ramai dan banyak toko-toko permanen yang kemudian dibangun di sekitarnya.
Baca juga: Beromantika ke Bioskop Indra, Tongkrongan Sosialita Kini Lapak PKL Malioboro
Filosofi Jalan Malioboro
Dalam sumbu filosofis Jogja, Jalan Malioboro merupakan salah satu jalan yang menjadi penghubung antara Tugu Pal Putih dengan keraton. Jalan ini berada di tengah sumbu filosofis Jogja.
Ditelisik dari segi etimologi, kata malioboro merupakan kata berbahasa Jawa maliyo yang artinya ‘perubahan menjadi wali’ dan bara atau ngumbara yang dapat didefinisikan sebagai ‘perjalanan’. Maknanya, manusia harus senantiasa hidup di jalan yang baik dan mengikuti ajaran wali atau seseorang yang memahami agama.
Ada yang menyebutkan bahwa kata obor dalam malioboro merujuk pada suatu benda yang berfungsi sebagai penerang. Dalam hal ini, obor melambangkan ajaran kebajikan dari para wali untuk masyarakat.
Tafsir lain mengenai asal usul nama Malioboro adalah bahwa kata malioboro berasal dari bahasa Sansekerta malyabhara, artinya ‘jalan yang dihiasi untaian bunga’.
Dengan demikian, Jalan Malioboro dalam sumbu filosofis Jogja dapat dipahami sebagai bagian perjalanan hidup yang mengingatkan manusia untuk senantiasa mengikuti ajaran kebaikan.
Itulah filosofi Jalan Malioboro yang merupakan bagian penting dari sumbu filosofis Jogja. Nah, apakah Kawan GNFI tertarik datang langsung ke Jalan Malioboro?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News