munggahan kenali tradisi jelang ramadan yang berimbas positif ini - News | Good News From Indonesia 2025

Munggahan, Kenali Tradisi Jelang Ramadan yang Berimbas Positif Ini!

Munggahan, Kenali Tradisi Jelang Ramadan yang Berimbas Positif Ini!
images info

Keberagaman budaya Indonesia sangat kaya. Setiap daerah memiliki tradisi yang unik. Sama halnya ketika menyambut bulan suci Ramadan. Beberapa dari Kawan tentu tidak asing dengan Munggahan. 

Lalu, apakah yang dimaksud dengan tradisi munggahan?

Munggahan merupakan tradisi suku Sunda dalam menyambut bulan suci Ramadan. Ada beragam cara tapi kumpul dengan keluarga maupun kerabat adalah hal yang paling lumrah dilakukan saat munggahan.

Tradisi ini rutin dilaksanakan masyarakat setempat sehingga kelestariannya cukup terjaga. Dari generasi ke generasi, munggahan tetap bertahan meskipun dengan beberapa perbedaan.

Apabila membahas tradisi munggahan secara etimologi, akar katanya berasal dari “munggah dan unggah” yang bermakna naik. Menurut KBBI, kata munggah berarti sebutan untuk hari terakhir di bulan Ruwah, sehari sebelum dimulai berpuasa Ramadan.

Yuk, cari tahu lebih dalam tentang tradisi masyarakat Sunda ini!

Awal Mula Tradisi Munggahan di Tengah Masyarakat

Munggahan, Sejarah tradisi Munggahan di tengah masyarakat
info gambar

Datangnya Islam di tanah air memiliki teknik penyebaran tersendiri. Salah satunya dengan menghubungkan kebudayaan dengan ajaran Islam. Masuknya Islam di tanah Sunda bermula sekitar abad ke-7 M.

Mengutip dari Jurnal Ilmu Ushuluddin, Sujati (2020) menerangkan bahwa Islam di Tatar Sunda membawa keunikan pada budaya masyarakat Sunda. Di tanah Sunda, terdapat dua kebubadayaan yakni syariat Islam dan budaya masyarakat Sunda. Terjadi akulturasi keduanya sehingga melahirkan budaya baru tanpa menghilangkan sifat dari setiap unsur.

Pada masanya, leluhur dalam menyebarkan agama Islam secara perlahan melalui tradisi lokal. Transformasi tradisi dilakukan dengan menyisipkan nilai-nilai Islam sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Munggahan awalnya memang menjadi tradisi masyarakat Sunda. Namun, perkembangan zaman yang begitu pesat mendorong penyebaran munggahan menjadikannya budaya Indonesia yang dilakukan di berbagai daerah.

Baca juga: Rontek, Festival Musik Pacitan Menjelang Ramadan

Tujuan Tradisi Munggahan

Tujuan tradisi Munggahan
info gambar

Menyambut bulan suci yang penuh berkah, perlu persiapan diri secara lahir dan batin. Tradisi munggahan bertujuan untuk mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadan. Kesiapan diri secara spiritual dengan membersihkan hati dari berbagai penyakit. Perenungan mendalam akan spiritual diri dengan instrospeksi dan membangun komitmen baru untuk bulan suci.

Tradisi ini pun memiliki tujuan lain dari segi sosial. Momentum berharga untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Membangun jembatan komunikasi serta meningkatkan ikatan antar individu. Secara batin, tradisi munggahan dapat bertujuan untuk saling berdamai dan memaafkan.

Lebih lanjut, munggahan menjadi salah satu bentuk rasa syukur serta rasa harap. Syukur atas nikmat usia. Harap akan segera dipertemukan dengan bulan suci Ramadan.

Baca juga: Munggahan dan Kuramasan, Tradisi Masyarakat Sunda Menyambut Ramadan

Bagaimana Munggahan Dapat Berdampak Positif bagi Masyarakat?

Kawan GNFI, tradisi munggahan memberikan banyak dampak positif dalam lini kehidupan masyarakat. Apabila diamati saksama, munggahan bukan sekadar tradisi belaka. Tradisi ini memberikan setiap individu untuk mempersiapkan mental dengan memperbaiki hubungan antar sesama.

Munggahan menjadi momen yang dapat mempererat hubungan sesama serta menghidupkan kembali semangat spiritual yang nyata. Kumpul-kumpul dengan keluarga dan rekan tentu memperkuat ikatan sosial.

Di sisi lain, ekonomi mikro mendapat dampak positif yang cukup signifikan. Acara pertemuan dengan sanak saudara mendorong peningkatan jual-beli di daerah. Hal ini tentu menjadi peluang terbuka bagi para pelaku UMKM. Dalam wawancara langsung, berikut pernyataan dari salah satu pelaku UMKM di Pasar Kaget, yaitu Risdi.

“Meningkatnya penjualan itu sudah pasti. Sehari itu ramai banget. Pasar jadi ramai karena warga berbondong-bondong menyiapkan kebutuhan untuk munggahan. Omset bisa naik sampai 50% saat munggahan,” sebutnya.

Transformasi ekonomi cukup pesat menciptakan dinamika ekonomi yang intens. Fenomena ini menunjukkan bahwa munggahan berdampak pada perekonomian warga secara konkret. Momen ini memberikan kesempatan bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik menjelang bulan Ramadan.

“Ramainya biasanya sehari sebelum puasa. Hari terakhir sebelum puasa itu sangat ramai. Karena banyaknya orang yang pergi ke pasar, penjualan menu sarapan seperti bubur jadi meningkat drastis juga,” Ujar Risdi dalam wawancara langsung.

Menu sarapan seperti bubur, cukup meningkat penjualannya. Hal ini menggambarkan bahwa tradisi berkaitan dengan pergerakan ekonomi.

Kawan GNFI, tradisi munggahan menjadi momentum yang dapat memberikan banyak manfaat. Mari bersama-sama menjaga kekayaan budaya Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.