Ketika mendengar tentang cerita melayu klasik, Kawan GNFI mungkin akan membayangkan prosa lama berupa hikayat, contohnya adalah Hikayat Abu Nawas. Hikayat ini sangat terkenal karena bermuatan humor dan termasuk dalam jenis cerita jenaka yang merupakan satu dari empat jenis cerita rakyat era melayu klasik. Ada empat jenis kesusastraan melayu klasik yang akan kita bahas. Yuk, simak!
Era Melayu Klasik
Jauh sebelum bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa Nasional, masyarakat lebih dahulu menggunakan bahasa Melayu dalam berbagai bidang termasuk sastra. Periode sastra Indonesia era Melayu Klasik berlangsung antara tahun 1870 hingga tahun 1942.
Apa Itu Cerita Rakyat?
Fang (2011) mendefinisikan cerita rakyat sebagai sastra yang hidup di tengah-tengah rakyat. Berbeda dengan golongan raja yang dapat menikmati dan menyebarkan sastra dengan tulisan, rakyat hanya dapat menikmati dan menyebarkannya secara lisan. Sastra kemudian diwariskan dari generasi ke generasi.
Perlu dicatat bahwa sastra rakyat dalam kesusastraan Melayu Klasik tidak hanya terbatas pada cerita-cerita saja, tetapi juga peribahasa, tebak-tebakan, nyanyian, mitos, bahkan mantra. Namun, kali ini kita hanya akan menggali kesusastraan rakyat era Melayu Klasik yang berbentuk cerita. Berikut empat jenis cerita rakyat era Melayu Klasik.
1. Cerita Asal Usul
Cerita jenis ini sering disebut dengan istilah dongeng aetiologis. Tidak hanya asal-usul sebuah benda, cerita asal usul juga dapat mengungkap sejarah atau riwayat suatu tempat, tradisi, dan fenomena alam.
Cerita yang memuat unsur magis atau supranatural ini dapat menggambarkan pandangan suatu masyarakat terhadap dunia.Contoh cerita asal usul yang terkenal adalah Munculnya Pelangi, Kisah Batu Menangis, Legenda Gunung Tangkuban Perahu, Legenda Danau Toba, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Cerita Rakyat Sangkuriang dan Asal-usul Gunung Tangkuban Perahu, Baca yuk!
2. Cerita Binatang
Kawan GNFI pasti sudah tidak asing dengan fabel, cerita yang tokohnya berupa binatang. Dalam cerita ini, binatang memiliki kemampuan berpikir dan berbahasa layaknya manusia. Selain itu, pasti ada satu tokoh binatang sentral yang berperan penting dan paling bijak.
Cerita binatang yang paling terkenal pada era Melayu Klasik adalah Hikayat Pelanduk atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan kancil. Sejak dulu, kisah kancil yang ikut lomba lari melawan kura-kura, kancil yang mengelabui buaya, dan kancil yang mencuri timun sangat populer dan digemari rakyat.
Baca juga: Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Kebaikan Lala si Burung Pelatuk kepada Singa
3. Cerita Jenaka
Cerita Jenaka adalah cerita yang mengandung unsur humor atau tingkah lucu. Fang (2011) menyebutkan bahwa cerita ini dipicu oleh kebiasaan manusia yang gemar melebih-lebihkan keadaan, misalnya ada tokoh bernama Pak Pandir yang sangat bodoh. Selain itu, kita juga mengenal tokoh Abu Nawas yang sangat cerdik.
Dalam cerita rakyat Sunda, terdapat cerita rakyat berjudul Si Kabayan. Dengan otaknya yang cerdik, Kabayan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari. Ia juga digambarkan sebagai orang yang jenaka dan santai. Tingkah Kabayan yang kadang-kadang membuat orang lain tertawa atau kesal dapat menghibur pembaca.
4. Cerita Pelipur Lara
Cerita jenis ini mengacu pada cerita yang pada zaman dahulu digunakan orang untuk menghibur diri dari duka. Pada masa itu, seorang tukang cerita akan membacakan cerita-cerita pelipur lara setelah matahari tenggelam hingga larut malam. Tukang cerita inilah yang biasanya disebut ‘sahibul hikayat’.
Umumnya, cerita pelipur lara memiliki tokoh utama kharismatik yang melakukan pengembaraan. Contoh cerita pelipur lara era Melayu Klasik yaitu Malin Demam dan Anggun Cik Tunggal.
Itulah empat jenis kesusastraan rakyat era Melayu Klasik. Meskipun bersifat fiksi, cerita-cerita tersebut tetap memuat amanat yang dapat diteladani. Cerita mana yang sudah pernah Kawan GNFI baca?
Referensi:
Fang, Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News